Kedua keluarga tengah berkumpul di luar ruang bersalin. Tidak hanya keluarga, bahkan Askaf dan Nisa pun datang karena khawatir. Ya, Arkan juga menghubungi mereka.
Waktu berjalan sangat lambat bagi Arkan, sejak dua puluh menit yang lalu lelaki itu terus saja mondar-mandir. Tak lupa peluh membanjiri wajahnya. Hei, ayolah, yang lahiran Ayna. Kenapa malah ia yang ketakutan?
Berselang lama kemudian, seorang dokter wanita keluar dari ruangan. Dengan wajah yang entah sulit dijelaskan, ia pun menghampiri keluarga pasien.
"Bisa bicara dengan keluarga pasein?"
Arkan berbalik, gegas ia menghampiri petugas medis itu. Ia tampak kebingungan, mau bertanya mulai dari mana. Apakah menanyakan kondisi istri, atau anaknya lebih dulu?
"S–saya suaminya ...."
"Begini, Pak. Ada komplikasi yang terjadi pada istri Anda. Kedua posisi kepalanya anaknya tidak tepat, sehingga kami harus melakukan tindakan serius."
"Dua kepala?"
Arkan mengulang dua kata tersebut dengan dahi mengerut. Keluarga yang juga penasaran, akhirnya ikut menghampiri keduanya untuk mendengarkan langsung penjelasan dokter.
"Iya, maksud saya tadi anaknya kembar," imbuh sang dokter membuat Arkan menyunggingkan seulas senyum bahagia.
Pantas saja, Ayna mudah sekali kelelahan dan sering mengadu kesakitan di tengah malam. Ternyata, ada dua malaikat kecil di dalam perutnya.
Selama masa kehamilannya, Ayna tak pernah ingin memeriksa jenis kelamin anaknya. Katanya, biarkan itu menjadi kejutan. Selaku suami yang ingin sang istri bahagia, Arkan pun manut tanpa banyak menuntut.
"Lakukan yang terbaik untuk mereka, Dok."
Akhirnya, keputusan Arkan memecah keheningan yang ada. Dokter itu mengangguk, lalu masuk kembali ke ruangan. Ia pun meminta suster menyiapkan segala sesuatunya.
• • •
Dua jam, lampu merah ruang operasi pun padam yang artinya operasi telah usai. Dengan perasaan yang sulit diceritakan serta jantung yang berdegup kencang, Arkan berdiri di depan pintu menunggu sang dokter keluar.
Tak lama, yang ditunggu pun keluar. Dokter itu melepas maskernya dan mulai berbicara.
"Mohon maaf, Pak ...."
Deg!
Rasanya langit sebentar lagi menimpa tubuh kekar itu. Arkan merasa persendiannya mulai dicabut satu per satu.
"Kenapa, D–dok?"
"Kami hanya bisa menyelamatkan dua dari mereka bertiga. Anak pertama Bapak, laki-laki ... kedua perempuan. Namun, yang laki-laki tidak bisa kami selamatkan. Dia meninggal dalam perut ibunya."
Duar!
Arkan luruh ke lantai. Dengan sigap, Askaf membantunya kembali berdiri. Sedang kedua wanita paruh baya, mertua dan ibunya Arkan ikut menangis.
"Apa kami bisa melihatnya, Dokter?" tanya Aurin.
Ya, kakak dari Ayna serta suaminya juga ada di sana. Termasuk Zulaikha, tetapi bocah itu sudah tertidur sejak tiga puluh menit yang lalu di pangkuan ayahnya, Hanif.
"Tentu, tapi sebelum itu kami harus memindahkan pasien ke ruang rawat agar bisa ditemui."
Penjelasan sang dokter menyudahi semuanya.
• • •
"Na, bangun, Sayang."
Arkan mengusap pipi istrinya berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Gadis Polos [Completed]
General Fiction[HATI-HATI, BANYAK TYPO! BELUM DIREVISI] Anak SD mungkin polos, atau bahkan anak TK-lah yang sangat polos. Namun, apa jadinya jika gadis berusia sembilan belas tahun malah mengalahkan kepoloson anak-anak itu. Itulah ujian utama Arkan sebagai suami A...