Hallo.....
Selamat malam....
Masih ada yang terjaga?
Sambil menunggu EPILOG Lavender update beberapa hari ke depan, doakan saja agar aku secepatnya selesai mengetiknya, baca dulu kisah Levin-Sandara yuk.Jangan lupa berikan vote dan komentar sebagai apresiasi kalian terhadap karyaku.
Happy reading
✳️✳️✳️Levin mendengar rengekan Barry kepada ayahnya saat ia memasuki rumah keluarganya. Selama ini ia memang masih tinggal dalam satu rumah bersama orang tua dan adiknya. Sebenarnya ia sangat ingin hidup mandiri dengan tinggal di rumah pribadinya, tapi sang ibu tidak menyetujui pemikirannya tersebut. Daripada membuat sang ibu sedih, akhirnya ia pun memutuskan untuk mengalah. Sang ibu mengizinkannya hidup terpisah saat ia telah berkeluarga nanti.
"Vin," panggil sang ibu dari arah dapur sambil membawa nampan saat melihat kedatangan putra sulungnya.
Karena kedua tangan sang ibu masih memegang nampan, Levin memutuskan hanya mencium kening wanita yang telah mempertaruhkan nyawa melahirkannya tersebut. "Mereka lagi bahas apa, Ma?" tanyanya pada sang ibu.
"Pesta ulang tahun," Dianti Cantika Adyatama menjawabnya sambil tersenyum.
Levin hanya menanggapinya dengan anggukan tak peduli. Bukannya Levin tidak peduli kepada Barry, hanya saja memang jarang ikut campur urusan adiknya tersebut tanpa dimintai pendapat.
"Tunggu sebentar ya, Nak. Mama mau mengantarkan minuman mereka dulu, setelah itu Mama siapkan menu makan malam untukmu. Kamu pasti sudah sangat lapar, apalagi jam makan malam telah lewat. Atau kamu mandi saja dulu agar tubuhmu kembali segar," pinta Dianti tanpa memberikan kesempatan Levin menyela ucapannya.
"Ma, tidak usah menyiapkan makanan untukku. Aku sudah makan malam tadi di luar, Ma," beri tahu Levin sambil memegang kedua bahu sang ibu.
"Benarkah?" Dianti bertanya penuh selidik.
"Benar, Mama," Levin menjawabnya meyakinkan.
Tidak menemukan kebohongan pada sorot mata sang anak, Dianti akhirnya percaya. "Ya sudah, kalau begitu segarkan dulu tubuhmu," suruhnya.
"Aku ke kamar dulu, Ma," pamit Levin sambil menyunggingkan senyum tipisnya.
💫💫💫
Ranty hanya geleng-geleng kepala dan menghela napas berulang kali melihat Sandara yang masih melamun sambil tersenyum sendiri. Tentu saja ia tahu jelas penyebab sahabatnya tersebut bertingkah seperti sekarang. Jujur saja, ia pun masih sulit percaya atas kejadian yang beberapa jam lalu mereka lalui. Berada di dalam satu mobil dengan sosok yang sangat dipuja di kampusnya. Bahkan, ia sangat beruntung bisa menikmati makan malam di meja yang sama dengan sosok tersebut. Entah malaikat dari surga mana yang turun kemarin malam dan menyambangi mimpinya. Jika mahasiswi seantero kampus mengetahuinya, bisa-bisa ia dan Sandara akan menjadi topik pembicaraan yang hangat sekaligus menggemparkan.
"San, aku sudah selesai. Habis mandi dilanjutin lagi melamunnya," Ranty menyarankan sambil menepuk pundak Sandara. Alhasil, tindakannya tersebut membuat sahabatnya tersebut terkesiap.
"Ran, sepertinya malam ini aku tidak akan bisa tidur nyenyak," ucap Sandara setelah tersadar. "Walau aku sangat mengidolakan Pak Levin, tapi aku tidak pernah menyangka akan berada dalam satu mobil dengan beliau. Apalagi malam di atas meja yang sama bersamanya. Bahkan, beliau mengantar kita pulang," sambungnya dengan mata berbinar.
"Sana cepat mandi, sebelum malam semakin larut dan membuat tubuhmu menggigil kedinginan." Ranty terkekeh sambil mulai mengeringkan rambut basahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Romance
RomansTidak hanya terkenal memiliki sikap dingin dan mimik angkuh di area profersionalnya, di lingkungan keluarga serta sosialnya pun demikian. Namun, tetap saja sosoknya sangat dielu-elukan oleh kaum hawa. Bahkan, banyak perempuan yang bermimpi ingin men...