⚠Mon maap slur dipart awal² emang cringe, belum direvisi. Soalnya cerita ini dibikin pas saya masih menjamet makanya cringe /sekarang juga masih jamet sih awogawog. Tapi kalo partnya makin ke bawah dijamin 👍 deh.
Drrtt Drtt Drtt ....
Zalya terbangun dari tidur saat mendengar suara nada panggilan yang berasal dari ponselnya, gadis itupun segera meraihnya dari atas meja belajar.
Langsung saja ia pn menjawab panggilan telfon tersebut dengan suara Husky-nya. "Halo?"
"Halo Zalya Adity Claresta ... selamat pagi, yuk cepet siap-siap aku tunggu di depan gang," sambut seorang lelaki dari sebrang sana, siapa lagi kalo bukan Devan.
Mendengar perintah tersebut Zalya cekikikkan. "Ganteng doang jemput cewek depan gang," celetuknya.
Devan mencebik. "Oh, mau dijemput di depan rumah, oke siap meluncur, nih," balasnya menantang.
Gadis itu terkekeh, "canda, hehe."
"Yaudah sana cepet mandi, belum mandi, kan? Terus jangan lupa sarapan."
"Iya tauan aja, ih ... siap, aku tutup ya telponnya, bye."
"Iya dong ... bye."
Setelah itu panggilan pun terputus. Langsung saja Zalya menyegerakan dirinya untuk segera pergi mandi.
Byur byur byur gejebar gejebur ....
Kira-kira seperti itu lah bunyi air yang mengguyur seluruh tubuh Zalya.
Beres mandi Zalya merias dirinya sebentar hanya mempoleskan sedikit bedak dan pemerah bibir tidak terlalu tebal, bisa dibilang natural, la, ya. Setelah dirasa cukup oke, gadis itupun segera menuju ruang makan untuk pergi sarapan.
"Selamat pagi semua!" sapa Zalya ke seisi rumah.
"Pagi anak Mama tersayang," balas Milka menyapa balik sambil menunjukkan senyuman manisnya.
Bang Nando hanya berdeham.
"Gimana waktu malem?" tanya Milka sumringah.
"Papa mana, Ma?" tanya Zalya menyurihkan percakapan.
"Pagi-pagi banget Papa udah pergi ke kantor," jawabnya.
Gadis itu hanya ber'oh ria.
"Gimana ...?" tanyanya lagi masih dengan kepenasarannya.
Sungguh, Mamanya ini kepo sekali.
"Kayaknya aku harus berangkat sekarang deh takut kesiangan, ya udah deh, Ma, aku berangkat, ya? Assalammualaikum," pamit Zalya tergesa-gesa sembari mencaplok roti tawar.
"Kamu belum sarapan jangan dulu berangkat Adity ...!" teriak Milka.
"Ini udah, Ma, sarapan roti," desisnya tanpa menghentikan langkah seraya memperlihatkan roti yang tengah dimakan.
Gadis itu segera berlari ke tempat di mana kekasihnya menunggu untuk berangkat sekolah bersama. Tiap-tiapnya Zalya dan Devan selalu begini, gadis itu tak pernah membawa lelaki ke rumahnya karena memang ia tidak boleh pacaran. Jadi ia tidak berani menyuruh Devan menjemputnya di depan rumah, apalagi sekarang ada Abangnya- Nando. Bisa-bisa abis dia di-nyapnyap.
"Heuh, si Mama ngapain sih pagi-pagi udah bikin aku badmood aja." Gadis itu menggerutu sambil mengacak-ngacak rambut.
"Kenapa sih gue harus dijodohin sama Om-om sialan itu? Mama sama Papa lagi salah pilih jodoh buat anaknya sendiri. Mana? katanya udah kenal betul tuh sama om-omnya, nyatanya gue yang lebih tau sifat aslinya." Lagi-lagi Zalya frustrasi sesekali ia akan menendang batu kerikil di sekitar area yang pijakinya hingga akhirnya batu kerikil tersebut terpental tepat mengenai seseorang.
Zalya melotot sekaligus memekik "Anjrit! Perasaan gue gak kenceng-kenceng amat dah nendangnya." Gadis itu memalingkan muka seraya melangkahkan kaki untuk kabur.
Ternyata orang yang menjadi korbannya itu mengejar dirinya dan lari Zalya kalah darinya orang tersebut sudah mulai mendekat, tiba-tiba saja seseorang itu menarik rambut Zalya dari belakang, lantas Zalya menghadap ke arahnya untuk meminta dilepaskan, sebab itu terasa sakit. Ya iyalah sakit bayangkan saja tiba-tiba rambut ada yang menarik dari belakang ketika tengah keadaan lari dan orang tersebut menariknya tidak pakai perasaan, sakit lah woy.
Ketika gadis itu sudah berbalik badan, matanya mendelik.
Lah, ternyata yang gak sengaja gue celakain itu si om-om? ya elah kalau tau gitu sih gue ga perlu repot-repot kabur.
"Maaf," ucap Zalya tanpa ekspresi rasa bersalah.
"Oh, kamu udah mulai berani ya?" ujarnya sambil mengulur rambut gadis itu.
Zalya hanya mendengus lalu mengabaikannya sembari kembali berjalan.
"Kamu udah mulai berani, ya, menggoda saya dengan hal yang tidak wajar. Kalo mau ngegoda saya jangan sampai kayak gitu, seharusnya dengan cara baik-baik dan lembut, dan saya juga bakalan ngerespon kamu kok tenang aja jangan takut diabaikan sama saya." Ucapannya berhasil menghentikan langkah gadis tersebut.
Panjang yak cerocosannya!
Gadis itu mendecih, "pede sekali Anda," ujarnya sembari merotasikan bola matanya malas. "Mau saya jelasin, gak? Supaya tidak ada kesalahpahaman yang membuat Anda terlalu pede." Zalya mengangkat tanganya menunjuk Angga dengan sopan.
"Jelasin apaan? Orang udah jelas kamu itu lagi ngegoda saya," sungutnya dan membuat tubuh gadis itu bergidik secara spontan.
"Ya percuma sih walaupun gue jelasin gak bak-" Ucapannya terpotong kala ada yang memanggil nama dirinya. Spontan gadis itu menengok ke sumber suara.
"Devan?" gumamnya.
"Kenapa ini?" tanya Devan kemudian ia turun dari motornya.
Di situlah Zalya merasa kebingungan dan parno. Ia takut sekali devan akan bertanya siapa orang itu dan Zalya pun takut Om-itu akan membuat pertanyaan yang sama.
Tanpa berfikir panjang lagi Zalya mengambil keputusannya untuk menghampiri Devan dan menuntunnya untuk segera pergi.
"Kenapa dulu?" tanyanya lagi.
"Devan ...." Gadis itu merengek meminta tuk segera pergi.
Akhirnya Devan pun menurut serta menyegerakan melajukan motornya meninggalkan Angga yang tercenung dengan tatapan yang sulit di artikan.
Dalam perjalanan tersebut, Zalya dibuat tak enak hati. Mungkin ini efek karena terlalu kesal dengan keadaan.
_
_
_
_
Gimana part ini?? Udah bikin gereget belum? Belum yak? Kalo belum berarti di part berikutnya yang bikin gereget,,,jadi stay tuned terus cerita ini biar ga ketinggalan kegeregetannya:v
_
_
_
Jangan lupa untuk memvote ceritanya yak hehe💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You [OPEN PO]
Teen Fiction(young-adult fiction) Siapa sangka orang yang pernah ia tumpahi es krim tepat mengenai dadanya itu bisa-bisanya dijodohkan dengannya. Kala mengetahui itu Zalya frustasi dibuatnya. Selain menjengkelkan dan tua untuknya, lelaki itupun selalu narsis h...