Di kamar pukul setengah delapan malam, Zalya menghabiskan waktunya dengan tidur. Hingga Akhirnya, Bilqis— keponakannnya membangunkannya.
"Tante, bangun ...!" Bilqis menggoyang-goyangkan tubuh Zalya pelan beberapa kali.
Pintu kamar terbuka menampilkan sosok Intan.
"Mama, Atenya gamau bangun-bangun," keluh Bilqis pada Intan.
"Banjur aja banjur kalo ga bangun-bangun," desis Nando yang tiba-tiba nongol dari balik pintu.
Nando mendapati Air dari dalam gelas yang ia temui ada di atas nakas, ia mengepret sedikit demi sedikit airnya ke wajah sang adik tersebut.
Merasa terganggu Zalya pun terbangun dari tidurnya. "Apaan sih, Bang, gak sopan banget ganggu orang tidur aja." Zalya mengerjap-ngerjap mata sembari menguap.
"Bangun weh, anak perawan jam segini udah tidur aja. Sholat magrib gak tadi?" tanya Nando kedua alisnya bertaut.
"Gak, dong." Lagi-lagi Zalya menguap. "Kan, dity lagi datang tamu," tambahnya. Nando hanya ber'oh ria.
"Nah, emang kamu lagi kedatangan tamu, makanya cepet ke bawah, gih! Udah ditunggu tuh dari tadi sama yang di bawah," ucap Intan lalu ia berlalu begitu saja bersama Nando.
"Tamu apa lagi ...!" Zalya mengusap wajahnya kasar.
"Ayo, Tante ke bawah!" Bilqis keponakannya yang masih menunggunya.
"Iya bentar ya, ate cuci muka dulu biar seger." Zalya kemudian bergerak pergi ke kamar mandi.
Beres mencuci muka, gadis itu berseru pada keponakannya. "Yuk!"
Akhirnya pun keduanya turun ke bawah.
Gadis itu mengenakan hoodie berwarna hitam dan celana pendek di atas lutut berwarna abu-abu dan rambut panjang yang ia gelung ke atas asal.
Bilqis menarik lengan Zalya antusias sampai Zalya tercekat.
"Bibil, pelan-pelan ih takut jat—" Zalya tercengang saat melihat siapa tamunya, ia kira teman kelasnya yang bertamu. Audrey atau tidak Hellena. "Toh," lanjutnya.
Mereka yang asyik mengobrol pun menoleh ke arah tangga. Papa, Mama, Bang Nando, Kak Intan, dan bahkan Angga sekali pun melotot menganga melihat penampilannya.
Tidak dengan kedua orangtua Angga yang menyuruhnya segera bergabung, walau sempat Zalya ingin undurkan diri ingin mengganti pakaiannya dan merasa malu karena ia kedatangan tamu bukan hanya Angga saja tapi kedua orangtuanya pun ikut bertamu.
Zalya malu bukan hanya karena pakaiannya yang terlalu terkesan sangat santai dan rambut yang digelung asal ke atas, tapi wajahnya lah yang membuatnya lebih merasa ingin melarikan diri dari sana.
Sebelum pergi ke bawah Zalya memoleskan pewarna bibirnya ke kelopak matan, agar terlihat seperti abis menangis hebat, dan memoleskannya di kedua pipi chubby-nya. Di sana ia menuliskan kata "Maaf." Kata "Ma" -nya ia letakkan di sebelah pipi kanannya, lalu kata "af" -nya ia letakkan di pipi kiri.
Ia berniat menulis seperti itu untuk ia berikan pada Audrey yang belum sempat Zalya beritahu masalah hidupnya yang telah dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Tapi siapa sangka yang datang malah keluarga lelaki yang akan jadi suaminya nanti.
Zalya menggigit bibir bawah bagian dalamnya dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal itu sembari menahan wajah melasnya. Dan itu terlihat menggemaskan sekali bagi seorang Angga.
"Sini, Nak!" pinta Safa— Bunda Angga, pada Zalya untuk duduk di sebelahnya. Gadis itu menurut.
"Kamu apa-apaan sih, Dek?" sungut Nando.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You [OPEN PO]
Teen Fiction(young-adult fiction) Siapa sangka orang yang pernah ia tumpahi es krim tepat mengenai dadanya itu bisa-bisanya dijodohkan dengannya. Kala mengetahui itu Zalya frustasi dibuatnya. Selain menjengkelkan dan tua untuknya, lelaki itupun selalu narsis h...