Di pagi yang cerah ini, seorang gadis yang memiliki nama Zalya, mengawali paginya dengan mengerjakan tugas di perpustakaan sekolah. Tugas yang saat ini tengah ia kerjakan bukan sembarang tugas, melainkan itu adalah hukuman yang diberi oleh salah satu guru di sekolah tersebut. Sebab, ia melakukan suatu hal.
Di tengah kegiatannya tersebut, tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil namanya. Dan itu membuatnya terganggu.
"Zalyaa ...!" panggil Hellena— sahabatnya yang baru saja datang.
"Hel, berisik jangan teriak-teriak di sini! Lo sadar, kan, ini tuh di perpus?" Zalya mendecak seraya menoyor Hellena.
Temannya itu nyengir. "Ya maaf," sambungnya dengan jenaka.
Zalya tak menggubris teman gilanya yang satu itu, dan teman gilanya yang satunya lagi dia sedang menjenguk neneknya di Bandung, jadi ia izin untuk tidak sekolah hari ini.
"Zal, btw lo lagi ngapain, nih?"
"Menurut lo?" tanya Zalya balik, kedua alisnya bertaut tajam. Sepertinya mood-nya kali ini sedang tidak baik-baik saja.
"Lagi nulis," desis Hellena sambil memamerkan gigi ratanya.
"Iya lah, Perpustakaan itu tempat membaca dan menulis atau tempat untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Ibu Desi yang terhormat dengan segala keanggunannya. Bukan tempat buat mojokkan." Zalya berujar nge-gas. Mungkin itu adalah salah satu efek kekesalannya terhadap guru tersebut yang memberikannya hukaman.
"Dih, siapa bilang ini tempat mojokkan ...? Eh, lo ngerjain tugas Bu Desi, yak? Kesian banget cabatku yang satu ini. Cape, ya? Sini aku bantuin," tawar Hellena seraya meraih pulpen dari tangan Zalya. Saat Zalya ingin memberikan pulpennya, Hellena segera menarik lengannya kembali sembari berjalan menuju ke luar perpus.
"TAPI BOONGG ...!" serunya dengan keras seraya tertawa terbahak-bahak, meninggalkan Zalya yang sudah murka di tempat.
"DASAR LO YA TEMEN LAKNAT!" Zalya berteriak dengan nada yang lebih tinggi.
"Sttt berisik! Lo sadar, kan, ini Perpus?" Dan sekarang justru dirinya lah yang ditegur. Mana seisi perpustakaan lagi.
Gadis itu nyengir. "Maaf," ucapnya tanpa beban. "Gue di gas bro," tambahnya menggerutu.
**
"Zal, lo mau pesen apa? Gue mau keluar sekolah nyari jajanan." Hellena memberi tawaran.
Kini keduanya tengah berada di kantin sekolah. Namun, sejak tadi mereka belum memesan apapun karena bingung mau pesan makanan apa.
"Traktir lo?" jawab Zalya sumringah.
"Iye, cepet mau apa?"
Jelas membuat alis Zalya bertaut merasa aneh. "Beneran lo mau traktir gue? Ada petir dari mana lo?"
"Angin bukan petir kali, udah cepetan mau apa? Gue mau keluar nih sama Gabriel, udah belu gue sama jajanan yang di mari," sungut Hellena asal.
"Gue mau nasi padang aja deh, laper gue belum sarapan." Zalya meminta dengan wajah yang mengenaskan.
"Oks." Otomatis jari Hellena terangkat mengacung.
"Nasi padang dua, ya!" pinta seseorang yang tiba-tiba datang dari belakang.
"Dih, beli sendiri!" Hellena memelet ke arah orang itu.
"Eh, kamu, Van," sambut Zalya dengan memamerkan senyum yang kini menjadi favorite lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You [OPEN PO]
Teen Fiction(young-adult fiction) Siapa sangka orang yang pernah ia tumpahi es krim tepat mengenai dadanya itu bisa-bisanya dijodohkan dengannya. Kala mengetahui itu Zalya frustasi dibuatnya. Selain menjengkelkan dan tua untuknya, lelaki itupun selalu narsis h...