Hari ini jadwal ujian bagian mata pelajaran matematika, seperti biasa peserta ujian melakukan kegiatan kecil sebelum melaksanakan ujian akhir sekolah ini. Dan sampai akhirnya bel masuk berbunyi.
Hening!
Tidak ada suara apapun selain dentuman jarum jam. Dan, kini mulai terdengar suara gerutuan yang dilontarkan oleh seorang anak laki-laki.
"Pak, tadi saya ke sekolah niatnya pengen ngerjain soal matematika. kok, malah jadi matematika yang ngerjain saya?" Leo berdecak kesal dengan keluhannya.
"Makanya belajar yang bener Leo, persiapkan baik-baik dari semalam," tutur Pak Amin pengawas hari ini.
"Belajar gak belajar sama aja, Pak. Gak bisa mah gabisa aja." Leo nyeletuk.
"Terus waktu malem kamu gak belajar?" Pak Amin menatap dengan tatapan elangnya. dan Leo tidak merasa takut sama sekali.
"Em ... belajar Pak, saya buka-buka buku pas malem tapi ya, itu. Dibuka-buka doang dipelajari mah enggak, hehe." Leo cengengesan, menampilkan wajah antara ia lugu dan kelewat lugunya atau malah sedeng plus somplak.
Pak Amin menghela. "Gimana mau majunya kamu?"
"Ya do'ain aja, Pak. Semoga saya bisa jadi orang sukses dikemudian nanti," sungut Leo.
"Do'a juga harus ada usahanya Leo."
"Iya Pak iya ... yaudah, Pak, aminnin aja dulu. Nama Bapak Amin juga kok ga nge-aminin sih!"
"iya iya Aamiin ...," ucap Pak Amin ia tidak mau lama-lama meladeni orang seperti Leo "Cepat kerjakan! Jangan buat gaduh," tambahnya.
Leo mengangguk.
Yang melihat kelakuan Leo itu hanya geleng-geleng kepala, dan ada juga yang ikut cengengesan. Tidak dengan Zalya yang merasa terganggu olehnya, Zalya berdecak sebal.
Zalya berkata tanpa suara pada Leo "Berisik, ck," dengusnya mendecak.
Leo cekikikkan dan mengacungkan jempolnya tanda (oke siap)
Detik demi detik, menit permenit akhirnya berlalu begitu saja. Kini Zalya dan kawan-kawan sudah tiba dikantin untuk mengisi perut yang telah keroncongan.
"Sumpah sih, Drey, Leo berisik banget gak ngerti lagi gue ama dia." Zalya berdecak mengeluh pada sahabatnya itu.
"Apaan dah, geregetnya ke gue?" Audrey merotasikan bola matanya malas.
"Cepet respon dia! Siapa tau aja pas udah sama lo dia ga gitu lagi, sepertinya dia butuh kasih sayang dari lo, Drey," seru Zalya lalu menyeruput kuah bakso.
Audrey mendelik.
"Iya, bener tuh, Drey, apa kata si Zalya. Eh, si Devan juga ga kkalah autisnya dari Leo," celetuk Hellena, lantas Zalya menjitaknya gemas.
"Iya beneran, Zal, elah. Mereka, kan, duduk sebelahan, tuh." Hellena menunjuk pada Audrey. "Itu si Devan jahilnya minta ampun, isengin si Audrey mulu. Masa lagi fokus-fokusnya ngerjain soal sempet-sempetnya Devan isengin si Audrey," cibir Hellena, lalu melahap rakus bakso. Ia memasukkan dua bola bakso sekaligus ke dalam mulutnya.
"Iya, malesin banget tuh si Devan, coba bilangin ke dia jangan nyebut-nyebut nama orang Gabut itu lagi ke gue. Gue gak fokus ujian kalo si Devan gitu aja." Audrey mengeluh pada Zalya.
"Si Leo maksud lo?" tanya Zalya.
"Ho'oh." Yang menjawab malah Hellena.
"Nyebut-nyebut gimana, deh?" tanya Zalya, otak lemotnya mulai comeback.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You [OPEN PO]
Teen Fiction(young-adult fiction) Siapa sangka orang yang pernah ia tumpahi es krim tepat mengenai dadanya itu bisa-bisanya dijodohkan dengannya. Kala mengetahui itu Zalya frustasi dibuatnya. Selain menjengkelkan dan tua untuknya, lelaki itupun selalu narsis h...