8. Perasaan

114 14 0
                                    

Mereka sudah selesai makan dan berbincang sebentar sampai akhirnya bersiap-siap pulang.

Seperti biasa, New pulang bersama Tay dan Gun pulang bersama Off karena mobilnya sedang di bengkel hingga besok.

"Off, Gun, gue sama New duluan yaa."

"Ngokey, hati-hati ye bro, sepupu gue jangan sampe kenapa-napa," ucap Off.

Ya, Off itu sepupuan sama New, tapi kalo ditanya orang lain selalu jawab enggak, malu katanya punya sepupu kayak New. New juga sama, malu punya sepupu macam Off.

"Iye elah, emang gue apain sih?"

"Ntar lo grepe-grepe lagi," ucap Gun.

New memutar matanya, "Najis tujuh turunan anjrit."

"Udah-udah pulang," ucap Off.

Setelah say goodbye, Tay dan New pergi meninggalkan Off dan Gun dengan motor Ducati milik Tay.

Angin malam yang sejuk menerpa mereka dengan lembut, membelai wajah mereka dengan perlahan.

Perjalanan pulang hanya di isi oleh bising kendaraan di padatnya kota Jakarta pada malam itu. Memang ramai, tapi terasa sepi karena tak ada obrolan kecil dari dua lelaki ini.

"New?" Panggil Tay yang merasa New senyap sekali.

"Ya?"

"Lo kenapa deh? Tumben gak bacot."

"Gak kenapa-kenapa kok, emang gue kenapa?"

"Ada masalah?"

New hanya terdiam tak ingin menjawab, dan Tay pun tak berniat bertanya lebih jauh lagi.

***

Sampailah mereka di parkiran kos. New yang sudah memberi helm kepada Tay ingin langsung cepat-cepat pergi, namun Tay menahannya lebih dulu.

"New? Lo kenapa sih?"

New berusaha melepas genggaman Tay yang erat. "Gapapa Tay, udah lepasin gue mau ke kamar."

"Off nanyain tentang hubungan kita lagi? Atau justru Gun?"

Lagi-lagi New tak menjawab, hanya diam. Tangannya yang sedari tadi berusaha melepaskan genggaman Tay juga berhenti.

"Lo bisa gak sih jangan bikin orang lain salah paham sama hubungan kita?" Tanya New.

"Maksud lo salah paham itu apa?"

"Ya orang-orang ngirainnya kita itu pacaran Tay."

"Kenapa harus ngeribetin orang lain disaat diri lo sendiri tau hubungan kita itu apa?"

"Gue gak suka kalo orang lain salah paham tentang kita, gak suka banget."

"Emang gue sama lo itu apa New?"

"Ya temen, sahabat."

"Haha iya lah, emang apa lagi yang gue harapin."

New menghela napas sedikit keras. "Maksud lo apa Tay? Harus gue jelasin berjuta-juta kali baru lo ngerti ya? Kita cukup temen aja Tay. Lo gak boleh suka sama gue."

"Masuk duluan aja New, aku mau nyari udara segar."

Setelah itu Tay meninggalkan New sendirian di parkiran dengan berjalan kaki dan tujuan yang tak diketahui.

New mengusap kasar wajahnya dan meninju angin tidak jelas. Kepalanya panas saat ini.

New berbicara pada dirinya sendiri. "Salah ya kalo gue gak mau hubungan ini lebih dari teman? Salah ya kalo ngelarang Tay suka sama gue?"

MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang