Chapter 2

2.3K 189 14
                                    

Pagi hari pukul 6 di hari Sabtu, Yuta sudah berada di rumah Ten. Menyiapkan sarapan untuk sahabatnya sekaligus membangunkan dari tidur cantiknya.

Sarapan sudah siap, kini Yuta harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk membangunkan Ten.

"Ten, cepat bangun" Ucap Yuta sambil menarik selimutnya.

Ten yang merasa terganggu, hanya menggeliat lalu menarik kembali selimutnya.

"Ten! Bangun!"

"Lima menit lagi" Gumam Ten dengan suara yang serak.

"Sebelumnya kau mengatakan hal yang sama. Aku tidak akan mengiyakan kali ini"

Yuta menggenggam kedua tangan Ten dan memaksanya untuk bangun. Badan Ten yang begitu ringan, memudahkan usaha Yuta.

"Yutaaa, ambil alih saja pekerjaanku. Aku ingin tidur lebih lama"

Yuta melepas genggamannya sehingga Ten kembali terbaring, "Baiklah. Kalau bisa, kau tidak perlu bangun lagi"

"Kau jahat!" Omel Ten dengan reflek duduk dan memicingkan matanya tajam kearah Yuta.

"Sarapan sudah siap. Kau ingin mandi atau sarapan terlebih dahulu terserah kau" Ucap Yuta dengan acuh lalu keluar dari kamar Ten.

Akhirnya Ten memilih untuk mandi. Tidak berlama-lama karena tidak ingin sarapannya sudah tidak hangat lagi.

Ia hanya memakai baju dan celana training. Kemudian berjalan menuju meja makan. Disana ada Yuta yang sudah menghabiskan setengah piring sarapannya.

"Kau sarapan tanpa menungguku?"

Yuta menghela napas, "Dan kau akan membuatku kelaparan jika harus menunggu sepuluh menit"

"Mandi sepuluh menit itu waktu yang singkat untukku"

Ten biasanya suka berlama-lama saat mandi. Entah ia melakukan solo stage dibawah shower, berendam di bathup, atau mungkin hal yang "lain", hanya ia yang tau.

"Terserah kau saja. Cepat habiskan sarapanmu"

"Kau cerewet Nakamoto" Cibir Ten.

"Jika bukan aku, lalu siapa?"

Ten mengedikkan bahunya acuh kemudian memakan sarapan buatan Yuta.

Setelah selesai sarapan, peralatan makan dicuci oleh Yuta. Sebenarnya ada beberapa maid di rumah Ten, tapi Yuta selalu mencucinya sendiri.

"Jadwalku hari ini kosong?"

"Seharusnya begitu.. tapi ada beberapa orang yang melamar pekerjaan dan harus di wawancara"

"Bukankah kau bisa menangani itu?"

"Tapi Ten, aku rasa kali ini kau saja"

Ten mendengus kesal, "Kenapa? Bagaimana jika aku tidak mau?"

"Akan ku paksa"

Ten merotasikan matanya malas lalu menyesap kopi hangatnya.

"Baiklah, aku harus pergi sekarang" Ucap Yuta sambil mengambil kunci mobilnya.

"Kau kencan buta ya?!"

Yut bertanya balik pada Ten, "Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Aku hanya menebak"

"Kau lupa? Kau sendiri melarangku untuk pergi kencan"

Ten terkekeh, "Ya, supaya kau bisa fokus dengan diriku dan pekerjaanmu saja"

"Beginiliah nasib seorang baby sitter" Cibir Yuta lalu pergi dari rumah Ten.

· ┈┈┈┈┈┈ · ꕥ · ┈┈┈┈┈┈ ·

Setelah kepergian Yuta, Ten pun berjalan menuju teras rumah. Ia meregangkan otot-ototnya dibawah sinar matahari pagi.

"Sepertinya aku harus olahraga. Tapi kapan ya?" Gumam Ten.

Kemudian Ia membuka pagar rumah dan menengok kanan-kiri. Pagi yang sepi, dan cuaca yang cerah.

Ia melakukan pemanasan ringan di depan rumahnya. Sepertinya pemanasan saja, tanpa ada niatan untuk berlari.

Matanya menangkap seorang pria yang sedang berlari pelan. Pria yang ia temui di restoran sekaligus tetangganya.

"Selamat pagi" Sapa Jaehyun dengan senyuman lebarnya.

"Ah kita pernah bertemu di restoran tempat ku bekerja bukan?" Lanjutnya.

Ten berdehem untuk menanggapi pertanyaan Jaehyun. Matanya bergerak gelisah supaya tidak terus menatap pria di hadapannya, lebih tepatnya leher Jaehyun.

"Kau tinggal disini? Wah, ternyata kita bertetangga"

Ten reflek menoleh kearah Jaehyun dan menatap leher jenjangnya. Ia menelan salivanya dengan kasar.

"Rumah itu adalah rumah kakakku dan kakak iparku. Aku tinggal bersama mereka" Tunjuk Jaehyun ke rumah tepat disamping rumah Ten.

Jaehyun berpikir bahwa Ten adalah pria yang cukup pendiam. Padahal sebenarnya, Ten sedang berusaha menahan hasratnya karena Jaehyun.

Leher putih nan jenjang milik Jaehyun selalu membuat Ten mabuk kepayang.

Ia sendiri yakin jika penis kecilnya sudah mulai bangun.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jaehyun pada Ten yang kini dahinya agak berkeringat.

Ten mengerjapkan matanya, "Oh ya, aku baik-baik saja"

Kemudian Jaehyun mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

"Namaku Jaehyun"

Ten mengangguk dan menjabat tangan Jaehyun sekilas.

"Siapa namamu?"

"Ten"

"Sepertinya kau lebih tua dariku, haruskah aku memanggilmu hyung?"

Ten tersenyum sinis, "Apa aku terlihat tua?"

"Oh maaf. Auramu lebih dewasa dariku"

"Terserah kau" Acuh Ten lalu masuk kedalam rumahnya.

Ia menghela napas kasar dan segera berjalan menuju kamar.

"Aku benar-benar gila karena pria itu" Gumam Ten.

Ten melucuti pakaiannya dan pergi ke kamar mandi. Ia segera duduk diatas kloset yang tertutup.

Kemudian membasahi jari lentiknya dengan liur dan memilin puting merah mudanya yang sudah menegang.

Tangan satunya ia arahkan ke penis kecil yang juga sudah menegang lalu mengocoknya perlahan.

"Mmhh"

Ten mulai memasukkan dua jarinya kedalam lubang anal, menggerakkannya dengan cepat dan tak sabaran.

Ia juga mengocok penisnya dengan cepat berasamaan dengan kocokan di lubang analnya.

"Aaahh"

Permainan begitu cepat. Ten sudah mencapai klimaksnya. Ia segera membasuh dirinya dan keluar dari kamar mandi.

5 menit lagi waktunya jam makan siang. Ten sedang bersantai di sofa ruang tengah sambil menatap layar ponselnya.

Ia membuka aplikasi belanja online dan mencari sex toys. Mencari macam-macam dildo dan vibrator yang menurutnya menarik.

Karena terlalu asik dengan ponselnya untuk mencari sex toys tersebut, Ten tidak sadar jika sudah ada Yuta yang duduk disampingnya.

Yuta mengernyitkan dahinya heran sambil mengintip ponsel Ten.

"Untuk apa kau mencari barang itu?"

"ASTAGA YUTA! Kau membuatku terkejut bodoh!" Omel Ten.

"Untuk apa?" Ulang Yuta.

Ten menyembunyikan ponselnya, "Bukan urusanmu"

🌼🌼🌼

TBC

🌼🌼🌼

Yah kegep Yuta😂

Sugar Mommy | JaetenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang