Chapter 9

2.2K 178 27
                                    

"Kenapa pekerjaan ini sangat melelahkan?" Keluh Ten.

Sepanjang hari duduk di kursi sambil terus menatap layar monitornya tanpa istirahat membuat kepala Ten pusing.

Hari ini kantor perusahaannya bekerja lebih sibuk dibandingkan hari biasanya.

Ten melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, ia melewatkan jam makan siangnya.

"Aku lelah" Gumam Ten sambil mengotak-atik ponselnya, mencari nomor Yuta lalu memulai panggilan suara.

"Ada apa Ten?"

"Cepat ke ruanganku"

"Tunggu sebentar, aku sedang di cafe sebrang"

"Cepat Yuta!"

"Iya baiklah"

Panggilan suara singkat diakhiri oleh Ten.

Selagi menunggu Yuta, Ten membaringkan dirinya di sofa yang terletak di ruangannya.

"Bayiku sedang apa ya?"

Ten memandang foto Jaehyun di ponselnya yang ia ambil saat kekasih bayarannya tersebut sedang tertidur.

*brak

Pintu ruangan terbuka dengan kasar. Ten terlonjak kaget dan reflek duduk.

Yuta sang pelaku dari pintu yang terbuka dengan kasar tersebut. Ia datang dengan napas yang terengah-engah.

"Sialan! Kau mengejutkanku bodoh!" Bentak Ten sambil melempar pulpen yang ia ambil di meja kearah Yuta.

"Kau menyuruhku cepat bukan? Jadi haaaah-- aku berlari"

Ten berdecih pelan lalu tersenyum senang, "Bagus Yuta"

"Ada apa?"

"Sebelum itu.. Sedang apa kau di cafe saat jam kerja berlangsung ha?!" Omel Ten lalu menghampiri Yuta.

"Minum kopi sambil memandang wanita seksi yang berkunjung disana.. lalu menemui pasangan kencan buta"

"Dan menelantarkan pekerjaan? Kau mulai berani meremehkan pekerjaan ya Nakamoto Yuta?"

Yuta terkekeh pelan lalu menjawab pertanyaan Ten, "Tidak Ten, aku hanya bergurau. Tadi aku menemui Ibu dan Ayahku yang sedang berkunjung"

"Ibu dan Ayahmu yang berasal dari Jepang?" Tanya Ten dengan mata berbinar.

"Ya, kau pikir aku dari mana mereka berasal?"

Ten menggeleng pelan, "Tidak. Maksudku, mereka datang ke korea?"

"Iya, mereka tiba pukul sebelas tadi"

Ten mengangguk paham, lalu ekspresinya berubah menjadi serius.

"Yuta, aku ingin pulang. Tubuhku sangat lelah"

"Pulanglah, biar aku yang mengurus pekerjaanmu"

Ten tersenyum lebar lalu merapihkan tasnya. Setelah itu, ia melambaikan tangannya genit kearah Yuta.

"Bye bye Yutaaa"

Yuta membalas dengan deheman pelan dan pintu ruangan tertutup begitu Ten keluar.

Satu detik berikutnya pintu ruangan kembali terbuka, Ten menyembulkan kepalanya.

"Hei! Ingat, jangan kencan buta"

"Iya aku ingat"

Egois memang. Ten melarang Yuta untuk memiliki kekasih dengan alasan supaya bisa fokus dengan pekerjaan dan dirinya.

Sugar Mommy | JaetenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang