Chapter 3-Kulit Ayam

1.6K 396 53
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Sia-sia lo nge-gym."

Veronica menggelengkan kepala melihat nampan di tangan Johnatan. Ada nasi dengan ayam dada, cheese burger, cola, dan kentang goreng.

"Enggak papa," Johnatan tersenyum. "Kapan lagi makan gratis? Harus gue manfaatin kesempatan ini dengan sebaik mungkin."

Semua ini terjadi karena Johnatan yang sok ide membuat tantangan minggu lalu. Untung saja Veronica yang kalah. Alhasil cewek itu terpaksa harus menepati janjinya mentraktirnya makan di Mekdi. Karena jadwal kuliah mereka cukup padat, reward tantangan itu baru bisa terlaksana hari ini.

"Maruk juga lo," Veronica mendengus. "Awas sakit perut."

Johnatan menaikkan sebelah alis. "Eh, khawatir nih ceritanya?"

Veronica mengerucutkan bibir. "Iyalah, kalau lo sakit nanti gue enggak ada temen makan, temen main, temen nonton, temen nongkrong."

"Kok gitu ngomongnya?" Johnatan menyentil pelan kening Veronica. "Temen lo banyak, Ve. Lo lupa punya anak-anak squad? Sekarang ada anggota PERMAMSA juga. Ada Nabilla sama Fani juga, jadi lo enggak cewek sendirian lagi."

"Tapi gue masih agak canggung kalau berdua doang. Kalau rame-rame sekalian malah gue nyaman," kata Veronica.

Selama beberapa saat Johnatan hanya diam, memperhatikan Veronica yang sesekali mencomot kentang goreng di piringnya.

"Terus kalau gue punya pacar. Lo gimana?"

Veronica seketika berhenti mengunyah. Sepertinya cewek itu terkejut mendengar pertanyaan Johnatan.

Wajar saja Veronica bereaksi seperti itu, Johnatan saja cukup terkejut pertanyaan itu meluncur dari bibirnya. Biasanya, dia selalu berusaha mengungkit topik ini. Selain karena tidak ingin menimbulkan kecanggungan. Sejujurnya Johnatan juga masih memiliki harapan ingin selalu ada di sisi Veronica. Jangankan memiliki pacar, Johnatan bahkan tidak mampu melirik perempuan lain.

Tapi entah kenapa ada dorongan yang membuatnya berani menyinggung permasalahan ini. Johnatan hanya ingin mendengar jawaban Veronica. Setidaknya jika suatu saat harapannya tidak dapat tercapai. Jika suatu saat dia tidak lagi bisa berada di sisi Veronica. Johnatan ingin memastikan cewek itu akan baik-baik saja tanpanya.

"Yaudah mau gimana lagi?" Veronica mengedikkan bahu. "Sebenernya gue bukannya enggak bisa sendiri, tapi gue yang enggak mau. So, kalau terpaksa bisa-bisa aja, sih."

"Lah, gue ketipu dong?" Johnatan tersenyum tipis. "Selama ini gue mikirnya lo beneran enggak bisa sendiri."

Veronica tertawa. "Walau gue benci banget sendirian tapi fakta gue hidup di dunia ini enggak bisa diubah. Udah hukum alam, manusia pada akhirnya akan sendirian juga. Mau enggak mau, siap atau enggak. Kehilangan juga kepergian itu enggak ada yang bisa tebak. Jadi, harus siap."

TEMAN TAPI NGAREPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang