Chapter 9-Move On 1.2

1.1K 330 24
                                    




Veronica meneguk air mineral di dalam botol minumnya hingga tersisa setengah. Tenggorokannya terasa kering setelah membacakan pengelompokkan tugas antar divisi sesuai yang telah mereka sepakati sebelumnya pada Kasteen dan Arjune.

Karena masih menjadi anggota baru, keduanya tampak malu-malu dan jaim. Percis seperti Lucas dulu. Veronica masih ingat sekali betapa pendiamnya cowok itu. Paling dia hanya menyumbang tawa setiap kali ada yang lucu. Namun sekarang, tingkahnya jadi sebelas duabelas dengan Chandra.

Sore ini Theo sengaja mengadakan pertemuan di kantin belakang lebih dulu sebelum menuju ke base andalan mereka yaitu apartemen Leo. Seperti reaksi mereka dulu, Kasteen dan Arjune juga terkejut mengetahui Leo memiliki apartemen padahal cowok itu memiliki rumah di Yogyakarta.

Selagi menunggu Theo menjelaskan visi dan misi Organisasi PERMAMSA pada dua anggota baru, Veronica menggunakan kesempatan itu untuk membalas pesan ibunya. Awalnya Veronica pikir ibunya akan memarahinya panjang lebar karena nekat mewarnai rambutnya. Ibunya sejak dulu memang melarangnya karena takut rambut hitamnya jadi rusak dan bercabang. Tapi ternyata ibunya bereaksi lain.

Veronica mengerutkan keningnya membaca pesan dari ibunya.

—————

Mama ❤️ : Wah, cantik banget anak mama kayak bule. Makin cocok sama John 🥰

Mama ❤️ : Eh, Johnatan apa kabar?

—————

"Anaknya siapa yang ditanyain kabarnya siapa," Veronica mengerucutkan bibir.

"Kenapa, tuh, bibirnya dimonyong-monyongin?" Johnatan mencondongkan wajah melirik layar ponsel Veronica. "Eh, ada pesan dari Bunda."

Tanpa izin Johnatan merebut ponsel dari tangan Veronica. Dengan lincah mengetik balasan. "Kayaknya Bunda kangen sama gue."

Orang lain yang tidak tahu seberapa dekatnya pertemanan Veronica dan Johnatan pasti akan berpikir mereka adalah sepasang kekasih. Karena bukan mereka berdua saja yang akrab, pihak keluarga pun sudah dekat satu dengan yang lainnya.

Ibu Johnatan sering menganggap Veronica sebagai mantu idamannya, sedangkan ibu Veronica menganggap Johnatan seperti anak kandungnya sendiri. Ibunya sendiri yang meminta Johnatan menyebutnya 'bunda'. Dulu Veronica selalu geli setiap mendengar Johnatan memanggil ibunya dengan sebutan itu. Tapi lama kelamaan dia jadi terbiasa.

Johnatan juga menjadi salah satu alasan kedua orangtua Veronica memberikan izin kuliah di Yogyakarta. Johnatan sudah seperti tiketnya untuk melakukan segala sesuatu. Jika ada Johnatan, kedua orangtuanya pasti selalu memberinya izin. Mungkin itu yang menjadi alasan Johnatan sering protective sekali padanya.

Veronica menghela napas berat. "Anaknya gue apa lo, sih?"

"Dibilang kita bayi yang tertukar," Johnatan terkekeh. "Nyokap gue lebih sayang sama lo. Nyokap lo lebih sayang sama gue."

"Bener juga," Veronic tertawa. "Choco anjing lo lebih nurut sama gue. Kalau Flufy kucing gue lebih demen sama lo. Asli, Flufy cuma hobi gelendotan sama lo doang."

"Katanya binatang bisa ngerasain energi manusia. Mungkin Choco lebih nurut sama lo soalnya tahu lo sayang sama dia," kata Johnatan.

"Berarti Flufy tau lo sayang sama dia?" Veronica menatap bingung.

"Bisa jadi," Johnatan mengangguk. "Tapi agak aneh, sih."

"Kok aneh?"

"Aneh," Johnatan menolehkan kepala, mimik wajahnya berubah serius. "Soalnya gue sebenernya lebih sayang sama pemiliknya."

TEMAN TAPI NGAREPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang