Prolog

57 8 4
                                    

Aku tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutku dengan kedua tanganku yang bersimbah darah. "Akhirnya....ha ha ha ha ha," aku merasakan kepuasan yang tak terhingga, seperti berada di atas awan. Aku tak bisa berhenti tertawa. Suara sirene yang mendekat membuatku ingin menari-nari, aku merasa sangat bahagia, bahkan kata bahagia bukan kata yang tepat, karena yang aku rasakan saat ini jauh lebih indah dari arti kata bahagia. Semakin keras suara sirine semakin keras aku tertawa, bahkan aku mulai melompat-lompat dan menari-nari.

"Angkat tangan!!!" teriak seseorang.

"Angkat tangan, Mbak!!!" teriak orang lain.

"Mbak, Angkat tangan!!!" teriak orang lainnya.

"Mbak, kami mohon angkat tangannya," kata orang lain lagi dengan sedikit lebih lembut.

"Ha ha ha ha ha," aku tetap tertawa dan dengan lampu sirine yang berkelap kelip aku semakin semangat menari, gaun putihku yang bernoda darah tampak indah ketika aku berputar-putar, seperti gaun pengantin dengan corak bunga mawar merah dan dengan warna biru dan merah yang menerangi seluruh area di sekitarku aku merasa seperti di diskotek, aku goyangkan pinggulku ke kanan dan ke kiri, aku menutup mataku, menikmati semua, bila seperti ini rasanya, sudah aku lakukan ini semua dari dulu.

Seseorang mendekap dan memasangkan borgol ke tanganku, kemudian aku dimasukkan ke dalam mobil. Aku mulai berhenti tertawa, tetapi tetap tidak bisa menghilangkan senyum dari wajahku. Aku pun mulai merasa lelah, tetapi aku tetap tidak bisa berhenti tersenyum, ini malam yang penuh dengan kebahagian, aku ingin menikmatinya selama mungkin, tetapi tak ada salahnya istirahat sejenak, aku pun mulai menutup mata.

"Kasihan mbak ini, sepertinya sudah kehilangan akal," kata seseorang dengan lirih.

Dengan senyum masih melekat pada wajahku aku mulai menyerah kepada kantuk yang mulai menghampiri, sambil berpikir apabila kehilangan akal membuatku merasakan kebahagiaan yang tak terkira seperti ini, berarti tidak ada salahnya menjadi orang yang kehilangan akal.

Aku LatikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang