▪️9▪️

23 6 4
                                    

SEKARANG

Kepalaku berdenyut hebat. Tidurku semalam sama sekali tidak nyenyak, selalu saja terbangun oleh suara-suara menyebalkan. Aku benar-benar merasa sangat lelah. Tidak ada keinginan untuk beranjak dari tempat tidurku ini, tetapi aku harus siap-siap ke kantor. Akhirnya aku pun turun dari tempat tidur dan langsung menuju dapur.

"Selamat pagi mbak," sapa Trisa dengan suara nyaring yang membuat sakit kepalaku semakin parah.

"Buatkan aku Earl Grey."

"Baik mbak."

Aku duduk di breakfast room alih-alih di ruang makan. Aku ingin menikmati indahnya sinar matahari di ruangan ini yang mungkin bisa mengurangi sakit kepalaku. Sambil memijat pelipisku, aku berusaha menenangkan diri.

"Mau sarapan sekalian mbak?"

"Boleh, yang ringan saja, granola bar dan salad."

"Baik mbak. Mbak tidak apa-apa? Mbak terlihat sangat pucat dan lelah."

Hari ini suara ceria Trisa benar-benar menggangguku dan membuat kepalaku semakin berdenyut.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit pusing, tadi malam tidak bisa tidur nyenyak jadi kurang istirahat."

"Mau saya ambilkan obat sakit kepala mbak?"

"Tidak perlu, biasanya nanti hilang sendiri."

"Mungkin karena mbak stres, hampir setiap hari mbak pulang malam."

Ingin sekali aku berteriak menyuruh Trisa diam. Ketenangan. Aku butuh ketenangan. Sebelum aku bekerja aku butuh ketenangan. Suara-suara di kepalaku selalu menemaniku jadi aku tidak butuh ocehan orang lain lagi.

"Iya ini stres," kataku berharap Trisa menyudahi obrolan ini.

"Oh iya mbak. Balkon kamar mbak sudah saya bersihkan tadi pagi-pagi sekali. Sayang sekali mbak, barang pecah belah sebagus dan secantik itu pecah semua," lapor Trisa sambil menyajikan sarapan di depanku.

"Terima kasih."

"Ini makanan yang tadi malam dipesan sudah tidak layak makan mbak, tidak dimasukkan ke kulkas jadi basi semua."

"Buang saja semua."

"Baik mbak, tapi sayang ya mbak, coba mbak bilang ke saya tadi malam, pasti saya masukkan ke dalam kulkas."

Ah! Ingin aku menarik rambutku. Aku hanya ingin menikmati sarapan dengan tenang, aku ingin memulai hari dengan tenang, bukan dengan ocehan tak berguna seperti ini. Lagi-lagi aku hanya bisa menghela napas. Trisa masih muda dan asalnya dari desa jadi selalu tampak lugu dan sifat keingintahuannya sangat tinggi, hari-hari biasa aku menganggap semua itu lucu dan menarik, tetapi sekarang benar-benar menyebalkan. 

"Iya tadi malam aku tidak sempat."

"Oh iya, gara-gara temannya mbak sakit itu ya? Bagaimana kabarnya mbak? Apa dia baik-baik saja."

Ah! Kenapa topik pelacur itu yang muncul. Aku belum memeriksa e-mailku terkait keadaan pelacur itu. Aku ingin mendengar kabar baik bahwa dia sudah tidak ada di dunia ini, tetapi aku takut yang aku dapatkan adalah kabar buruk bahwa dia selamat. Untuk sekarang aku masih belum siap menerima kabar tentang pelacur itu.

Aku LatikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang