▪️12▪️

29 7 1
                                    

SEKARANG

Pagi yang indah. Aku tersenyum menatap indahnya cahaya matahari pagi yang masuk ke dalam kamarku. Aku akan memulai hari ini dengan penuh ketenangan. Aku menghirup napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.

Dengan langkah yang ringan aku melangkah menuju kamar mandi. Aku akan berendam menghilangkan bau Rian yang menempel di tubuhku ini. Aku menyalakan keran bath-up, mengatur panasnya, mengambil sabun favoritku yang memiliki wangi green tea dan mint, kemudian menuangkannya hingga berbusa.

Aku masuk ke dalam bath-up dan menyalakan mode whirlpoolnya. Aku pun menutup mata sambil menikmati sensasi pijatan ringan di punggungku. Ah nikmatnya! Aku hirup wangi segar ini. Ah sungguh menenangkan! Badanku menjadi sangat relaks.

Selesai menggunakan bath-up, aku membilas tubuhku dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Aku merasa sangat bersemangat hari ini. Aku siap menghadapi semuanya. Aku siap menghukum orang-orang yang mempermainkanku dan yang ada di urutan pertama didaftarku adalah istri Rian.

Aku turun ke dapur untuk membuat teh. Lagi-lagi bau harum membuat perutku bergemuruh dan mulutku berliur. Kali ini bau waffle. Pasti itu Rian. Aku hanya bisa menghela napas.

Masuk ke dapur aku langsung menuju breakfast room dan duduk di sana. Open concept pada dapur dan breakfast room membuatku bisa melihat apa yang sedang dilakukan Rian. Dia sedang membuat waffle. Memasukkan adonan ke cetakan waffle dan ketika sudah matang, dia mengeluarkannya dan menambahkan topping di atasnya.

Rian tahu benar aku tidak seberapa suka makanan manis, topping yang ditambahkan di atas waffleku adalah keju dan telur mata sapi, dia juga menyiapkan salad yang segar.

Aku tidak perlu pembantu kalau ada Rian yang selalu menyiapkan makanan untukku. Sayang sekali pria manis menawan ini pria bermuka dua. Pria yang tidak dapat dipercaya. Apa yang dia katakan selalu berbeda dengan apa yang dia lakukan.

Rian meletakkan waffleku di hadapanku dan menuangkan Earl Grey ke dalam cangkir yang tadi sudah dia siapkan. Dia mengambil waffle yang toppingnya buah-buahan, menuangkan madu di atasnya, kemudian meletakkannya di depannya, secangkir kopi juga sudah siap di meja.

Kami menikmati sarapan dalam diam. Lagi-lagi Rian tahu benar aku butuh ketenangan sebelum memulai hariku. Setelah sarapanku habis, aku meraih cangkir tehku dan mengamati Rian. Dia mengenakan kemeja yang dia pakai kemarin malam.

"Tidak pulang semalam?" tanyaku.

"Aku tidak ingin meninggalkanmu. Aku tidur di sofa di ruang keluarga," jawabnya.

"Seharusnya kamu pulang saja," kataku.

"Aku minta maaf Latika," ujarnya.

"Ini semua seperti kaset rusak. Kita melakukan hal yang sama berulang-ulang. Kamu membuatku marah, kamu minta maaf, kita baikan, kemudian kamu membuatku marah lagi, terus berulang seperti itu. Sudah mulai bosan aku."

"Aku hanya bisa meminta maaf berulang-ulang. Aku tahu aku salah, tetapi aku tidak sadar melakukan itu Latika."

"Tidak bisakah kamu membedakan antara aku dan istrimu? Apakah tubuhku terasa sama dengan tubuh istrimu? Apakah setiap melihat wajahku yang kamu lihat adalah wajah istrimu? Apakah yang ada di dalam pikiranmu hanya istrimu?"

Aku LatikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang