Hujan rintik-rintik membasahi kaca mobil yang dikemudikan oleh Rizal. Suara musik jazz yang lembut mengantarkan suasana syahdu di dalam gelapnya malam kota Semarang.
'TUUT TUUUT TUUUT' Nada sambung terdengar dari speaker ponsel Rizal. Ini sudah kesekian kalinya ia mencoba menelepon keluarga nya untuk memberi kabar tentang keterlambatan nya sampai di rumah.
Adam masih terpejam di kursi penumpang. Sesekali ia mengigau seakan sedang berbicara dengan ayah nya. Berbagai kata kasar pun keluar dari mulutnya. "Dam, rumah kamu dimana? Aku nggak mungkin bawa kamu ke rumahku kalo kamu mabuk gini." Rizal hampir putus asa. Ia sudah mencoba untuk membuka kunci ponsel Adam dengan menggunakan jari-jari Adam. Namun entah kenapa usaha nya tersebut gagal.
Satu-satunya cara adalah membawa temannya itu ke hotel, namun ia harus menghubungi keluarga nya dulu agar mereka tidak khawatir. Lalu apa yang harus ia jelaskan jika orang tua nya menuduhnya berbuat yang tidak-tidak. Segala kemungkinan muncul di kepala Rizal, namun pada akhirnya Rizal tetap tidak menemukan cara untuk menolong Adam.
"Lagian kamu kalo nggak kuat minum ngapain pesen bir sih. Resek! Aku tahu kamu ada masalah, tapi kalo kayak gini namanya ngerepotin tau. Sok keren!" Rizal mengambil jalan memutar di bundaran simpang lima untuk menuju ke daerah rumah nya.
"Sorry. Bawa aku ke rumah kamu, please." Tiba-tiba suara Adam terdengar tapi dengan sangat lirih. Rizal yang terkejut langsung menoleh ke arah Adam. Laki-laki itu masih terpejam dengan wajah menghadap ke arah nya.
"Tapi aku nggak bisa bawa kamu dalam kondisi gini." Rizal memelankan suaranya. "Please!" Pinta Adam lagi. "Okey. Mudah-mudahan kakak ku bisa bantu. Kamu perlu minum sesuatu dulu mungkin?" Adam menggeleng. Rizal menghela napas panjang. Dengan segera ia menghubungi nomer ponsel kakak perempuan nya.
Niken masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang bercampur aduk. Siapa sangka malam minggu pertamanya dengan Rizal justru berakhir tragis. Hal yang membuat Niken tertarik pada Rizal adalah keceriaan dan sisi humoris nya. Namun malam ini, Niken tidak melihat hal tersebut dari sosok pacar nya tersebut.
Tanpa berganti baju terlebih dahulu, Niken melempar tubuhnya ke kasur. Ponsel yang daritadi ada di tangan nya hanya ia pandangi. Belum ada pesan masuk dari Rizal. Hal ini membuat Niken semakin merasa kesal.
'TUUUT TUUT TUUUT'
"Halo Niken, kenapa?" Suara seorang wanita terdengar dari speaker ponsel Niken. "Vivi, aku lagi kesel!" Keluh Niken pada sahabat nya tersebut. "Kenapa sih? Bukannya kamu lagi nge-date sama Rizal?" Ucap Vivi dari seberang saluran telepon.
"Iyaaa! Adam ikutan dan sumpah dia nyebelin banget!"
"Hah? Kok ada Adam? Ihhh kenapa sih aku nggak di ajak!"
"Bukan itu inti masalahnya, Vi. Dari awal dia udah dingin banget ke aku. Kayak dia nggak suka gitu lho, lihat aku sama Rizal. Childish banget lah pokoknya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival <<END>>
Teen FictionRival bercerita tentang seorang siswa teladan bernama Rizal yang harus terlibat konflik dengan seorang siswa baru bernama Adam. Konflik tersebut disebabkan oleh campur tangan sekelompok siswa populer dalam pertemanan mereka. Apakah Adam yang terkena...