#6 Perjanjian

69 3 3
                                    

Bel tanda masuk sekolah berbunyi dengan sangat kencang. Para guru satu-persatu masuk ke dalam kelas yang berbeda. Kecuali kelas Rizal, setelah menunggu selama 10 menit tidak ada satu pun guru yang masuk ke dalam kelasnya. Namun keadaan di dalam kelas Rizal sangatlah sunyi karena semua siswa sibuk mengisi waktu dengan membaca buku.

"Rizal!" Panggil Adam dengan setengah berbisik. Namun Rizal mengabaikan nya, sama seperti siswa lain, ia sedang sibuk membaca sebuah buku sejarah Indonesia. Dengan geram Adam melempar gumpalan kertas ke wajah teman nya itu. "Woy, kayaknya jam kosong nih!" Lanjut Adam dengan senyum liciknya.

"Ya udah, belajar sendiri aja kayak yang lain." Jawab Rizal dengan santai. "Nggak asik ah, ayo ke kantin aja!" Kali ini Adam menggeser kursinya mendekat ke meja Rizal. "Sst, berisik tau." Tegur Sofi yang diam-diam ikut menguping pembicaraan mereka.

"Kantin mulu, kan tadi udah sarapan bekal ku. Kurang?" Jawaban Rizal ini sontak membuat kuping Sofi memanas. Ia teringat akan desas-desus hubungan spesial yang dimiliki oleh kedua temannya ini.

"Ih, ya kemana kek kalo nggak mau ke kantin. Kan bisa kemana aja. Jalan-jalan cari udara segar." Tangan Adam menutup buku Rizal dengan kasar. Sofi pun menunggu pertikaian yang mungkin terjadi setelah itu. Namun Rizal dengan lembut menyingkirkan tangan Adam dan membuka kembali bukunya.

"Serius? Kamu nggak inget perjanjian kemarin?" Bisikan Adam semakin kencang. "Udah aku pikirin baik-baik. Jam istirahat aku bakal ke ruang kepala sekolah untuk ngebatalin perjanjian itu." Nada bicara Rizal yang datar tampaknya membuat Adam semakin kesal. Dengan cepat ia berdiri hingga kursi yang didudukinya terbanting ke belakang. "Sstt..." Serempak siswa yang lain ikut menegur Adam. Rizal masih bergeming. Adam pun keluar kelas dengan emosi yang memuncak.

Sofi yang terkejut pun tanpa sengaja menjatuhkan bukunya. Matanya terus memandang kepergian Adam yang dramatis. "Zal? Kalian kenapa sih?" Sofi semakin curiga setelah melihat wajah Rizal yang memerah. Ia tampaknya juga sedang menahan emosi. Rizal hanya menggeleng kemudian menjatuhkan kepalanya ke atas tumpukan buku di meja. "Kalo ada guru, bangunin ya." Ucap Rizal kemudian.

Setengah jam berlalu, Rizal terbangun oleh suara seorang perempuan dengan logat bugis yang kental. "Iya, kasian lho tapi ya udah aku lewat aja. Abis aku nggak tahu masalahnya. Mana berani lah aku! Mungkin juga bukan bullying." Celotehan Puput yang masih menyandang tas ransel menarik perhatian yang lain, termasuk Rizal.

"Siapa yang kena bully put?" Tanya Sofi kemudian. "Nggak tahu, mereka di dalem toilet cowok. Aku cuma denger suara nya dari luar. Ada anak baru yang cari gara-gara mungkin. Eh ini tas siapa ya?" Jawab Puput sembari mengangkat tas ransel hitam milik Adam.

Tanpa pikir panjang Rizal langsung berlari keluar kelas. Ia merasa terganggu dengan cerita yang baru disampaikan oleh Puput. Jika benar ada anak baru yang di bully, orang itu pasti lah Adam. Pikiran buruk langsung muncul di kepala Rizal, mengingat Adam memiliki trauma tersendiri akan kasus bully semacam ini.

Rizal menyusuri satu persatu toilet cowok yang ada di sekolah. Mulai dari toilet terdekat hingga toilet di aula sekolah. Namun ia tidak menemukan keberadaan Adam di sana. Kesalahan Rizal adalah ia tidak bertanya terlebih dahulu kepada Puput tentang lokasi toilet yang dimaksud.

Dengan kecemasan yang berlebih Rizal berlari menuju ke pusat kesehatan sekolah. Jika sesuatu yang buruk benar-benar menimpa Adam, mungkin ia sudah dilarikan ke tempat ini. Namun sama, Adam juga tidak ada disana. Keringat deras mengucur di sekujur tubuh Rizal. Dalam irama nafas yang tidak teratur, ia mencoba menjernihkan pikiran nya.

"Kantin!" Ucap Rizal sambil lanjut berlari menuju toilet kantin. Ini adalah satu-satunya toilet yang belum ia datangi selain toilet guru.

Dari jauh ia melihat beberapa orang kakak kelas keluar dari toilet tersebut. Salah satu dari mereka merangkul seorang siswa yang berjalan tertatih. Dengan perlahan Rizal mengikuti dari belakang untuk memastikan bahwa orang yang mereka bawa itu bukanlah Adam.

Rival <<END>>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang