#3 Rahasia Adam

107 3 0
                                    

Suasana di lorong sekolah masih sepi. Semua siswa masih berada di dalam kelas mereka masing-masing sampai jam istirahat tiba. Rizal berjalan mendahului Adam menuju ke kelasnya yang berada di sayap kanan gedung. 

"Eh, Itu penunjuk arahnya bener?" Tanya Adam sembari menunjuk ke sebuah papan petunjuk arah yang tergantung di plafon. Rizal hanya mengangguk sambil mempercepat langkah. Namun ternyata Adam berhenti mengikuti Rizal dan berbelok ke arah kantin sekolah. "Dam?" Panggilan Rizal pun tidak mendapatkan respon dari Adam. Dengan perasaan kesal Rizal berbalik arah untuk menyusul teman barunya tersebut.

"Adam!" Suara Rizal terdengar menggema di dalam lorong sekolah. Dengan napas terengah-engah Rizal mencoba menyamai langkahnya dengan Adam. "Ngapain?" Tanya Rizal sambil berusaha mengatur napasnya. "Ke kantin lah, laper!" Jawab Adam bahkan tanpa menoleh ke arah Rizal.

"Duh, ini tuh area berbahaya Adam! Ayo balik ke kelas aja dulu!" Kali ini Rizal memberanikan diri menarik lengan Adam. Cowok itu menghentikan langkahnya dengan segera. Ia melirik ke arah tangan Rizal yang kurus. "Lepas nggak!" Dari suaranya saja Adam sudah terlihat sangat marah. Rizal menekukkan bibirnya sambil menirukan ucapan Adam. "Ya lagian cerewet banget kayak cewek. Bahaya apa an sih?" Adam menghempas tangan Rizal dengan kasar.

Rizal lalu menunjuk ke lapangan bola basket yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri. Pertengkaran mereka ternyata mencuri perhatian siswa lain yang sedang berolahraga. Beberapa anak dari tahun ketiga memperhatikan Adam dan Rizal dengan seksama. Tatapan mereka persis seperti sekumpulan harimau yang melihat mangsanya. Adam mengalihkan pandangannya secepat mungkin ke wajah Rizal. "Zal, kelas kita ada dimana?" Rizal terkejut dengan pertanyaan Adam. "Eee...bukannya tadi kamu mau ke..."

"Sstt...Sana ya? Ayo buruan kita balik ke kelas." Kali ini tangan Adam yang gantian menarik lengan Rizal. Dengan terpaksa Rizal pun mengikuti langkah Adam. Rizal sebenarnya ingin tertawa dengan keras ketika menyadari kelembekan Adam, namun ia tahan keinginan itu sampai akhirnya Adam mengentikan langkahnya sambil memegangi dadanya. "Kenapa? Takut?" Rizal tertawa pelan melihat kelakuan Adam.

Napas Adam terdengar tidak stabil. Ia berlutut sambil terus berusaha menenangkan dirinya. "Kamu nggak papa kan?" Rizal menghentikan tawanya ketika sadar akan kondisi Adam yang mengkhawatirkan. Namun Adam justru terdiam. Wajahnya pucat dan keringat deras membanjiri tubuhnya. "Kamu mau aku bawa ke klinik?" Tanya Rizal setengah panik sambil melihat keadaan sekitar.

"Nggak perlu. Kasih aku waktu buat bernapas." Perkataan Adam membuat Rizal semakin panik. Namun tidak ada orang lain di lorong itu yang bisa dimintai bantuan. Rizal tidak mau menjadi satu-satunya saksi mata jika sampai terjadi sesuatu pada anak baru di depannya ini. "Satu lagi, please jangan ceritakan ini ke siapa pun." Lanjut Adam dengan posisi berlutut menghadap tembok. "Tapi kamu kenapa sebenarnya?" Rizal memberanikan dirinya untuk mendekati tubuh Adam. Baju seragam berwarna putih yang ia kenakan pun terlihat sangat basah karena keringat.

"Post traumatic stress dissorder." Jawab Adam lirih. Rizal pernah membaca tentang hal ini sebelumnya, namun ia tidak pernah benar-benar menyaksikan kepanikan luar biasa semacam ini. "Trauma?"

"Ya. Dulu aku korban bully-ing. Itulah alasan kenapa aku pindah ke kota ini." Jawaban Adam membuat Rizal semakin gagal paham. Korban bully biasanya adalah siswa-siswa cupu seperti dirinya atau mereka yang memiliki cacat fisik tertentu atau penampilannya berbeda dengan orang kebanyakan. Namun semua hal itu tidak ada pada Adam. Ia bahkan memiliki wajah tampan dan penampilan yang sangat menarik. Kebalikan dari itu semua. "Kenapa sampai di bully?"

"Pacaran sama gebetan-nya kakak kelas." Jawab Adam dengan ketus. Lalu ia bangkit dan berteriak dengan kencang untuk melampiaskan emosinya. Rizal dengan sigap membekap mulut Adam. Spontan siswa-siswa yang sedang belajar di dalam kelas, berbondong-bondong keluar untuk mencari tahu asal suara. Namun Rizal berhasil menyeret Adam untuk masuk ke dalam ruang sempit tempat penyimpanan alat-alat kebersihan sebelum keberadaan mereka diketahui orang banyak.

Rival <<END>>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang