#7 Malam Minggu

64 4 2
                                    

Sepanjang jalan menuju ke kantin, Adam tidak henti-hentinya bercerita tentang sekolah lamanya di Jakarta pada Niken. Mulai dari radio sekolah yang selalu mengudara setiap jam istirahat, jenis tanaman yang tumbuh di sepanjang lorong sekolah, sampai nama siswi yang menjadi primadona di sekolah nya. Niken yang awalnya tidak peduli, lama-lama tertarik juga dengan cerita Adam. Pertanyaan-pertanyaan kritis pun mulai dilayangkan Niken, sehingga ia lupa akan keberadaan Rizal di samping Adam.

"Terus kenapa kamu pindah ke Semarang?" Pertanyaan Niken membuat Adam dan Rizal saling pandang. "Dia ikut orang tua nya yang dinas ke sini, sayang. Eh kita dulu-dulu an sampe kantin yuk! Yang kalah nyuapin yang menang!" Ucap Rizal yang mulai kesal dengan aksi boikot Adam.  Niken pun panik ketika pacarnya itu sudah berlari sebelum ia sempat mengiyakan, "Ihh curang! Tungguiiiiin!" Adam hanya tersenyum melihat tingkah laku kedua teman nya itu. Sebenarnya ia tidak berniat mendekatkan diri pada Niken, namun ia hanya terganggu dengan hubungan Niken dan Rizal saat ini.

 Sebenarnya ia tidak berniat mendekatkan diri pada Niken, namun ia hanya terganggu dengan hubungan Niken dan Rizal saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kantin yang ramai membuat Adam merasa sedikit tidak nyaman. Ditambah lagi adegan kemesraan Rizal dan Niken yang mau tidak mau harus menjadi pemandangannya. "Ehem! Eh Niken, kamu besok ada acara nggak?" Sebuah pertanyaan meluncur dari mulut Adam yang penuh dengan makanan. "Hm? Besok? Nggak ada." Niken membuka mulutnya lagi untuk menerima suapan pancake dari tangan Rizal. "Besok aku sama Rizal mau hangout. Ikut aja, how?" Tanya Adam sambil terus menambahkan sambal ke dalam mangkok bakso nya.

"What? Sayaaang! Besok kan malam minggu pertama kita! Kok kamu malah pergi sama Adam?" Niken kembali mengamuk. Sia-sia sudah sogokan pancake ice cream yang dibeli Rizal untuk menenangkan kekasihnya itu. "Hah? Oh iya! Dam, pending dulu ya, please." Rizal yang panik langsung memohon kemurahan hati Adam. "Ya nggak bisa dong! Janji adalah hutang, lo suka baca buku tapi gitu aja nggak tahu. Payah!?" Hujat Adam sembari menodongkan garpunya ke arah Rizal. "Ih! Sayang, gimana dong. Udah terlanjur janji." Rizal pun memasang wajah sesedih mungkin untuk mendapat belas kasihan dari Niken.

"Ya udah, kamu pilih dia atau aku! Terserah!" Niken pun berdiri dari kursi kantin namun Rizal dengan cekatan memegang pergelangan tangannya. "Aku beliin kamu i-phone case baru, kamu suka koleksi itu kan?" Rizal sudah hampir putus asa dengan hubungan mereka bertiga yang rumit. "BTS! Kamu suka BTS kan? Aku beliin official merchandise nya langsung dari korea! Ya?" Niken duduk kembali setelah mendengarkan penawaran Rizal yang menarik. "Serius?" Mata Niken melirik jutek ke arah pacarnya. Rizal hanya mengangguk. "Okey! Besok aku ikut kalian." Adam tersenyum lebar menerima kemenangan nya atas Rizal. "Eh, Dam! Ini bukan karena aku kalah ya! Aku ngalah! Beda!" Adam hanya mengangguk mendengar perkataan Niken.

Sabtu sore cuaca di Semarang cukup mendung diliputi oleh awan tebal dengan sapuan angin yang kencang. Rizal sudah duduk manis di sebelah Adam dengan pandangan yang tak lepas dari layar ponsel. Kali ini Adam menyetir sendiri mobilnya tanpa bantuan supir pribadi.

"Kita kemana dulu ini?" Tanya Adam yang mulai kesal karena tidak mendapatkan perhatian dari Rizal. "Jemput Niken lah, nih orangnya udah siap. Tinggal berangkat." Rizal masih saja berkutat dengan ponsel nya. "Ya abis itu!" Tukas Adam sewot.

Rival <<END>>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang