#4 Pacar Pertama Rizal

86 4 0
                                    

Rizal terduduk lemas di sebuah bangku panjang yang terletak di pojok kantin. Wajahnya terlihat sangat kesal. Ia terus memperhatikan kerumunan siswi-siswi tak jauh dari tempatnya berada. Rupanya Adam masih saja diserbu oleh para penghuni sekolah yang haus akan pria tampan. Namun kali ini Rizal tidak ambil bagian, posisinya sebagai koordinator acara tergantikan oleh siswa-siswa perkumpulan pers sekolah.

"Disini ternyata kamu, Zal. Dicariin kemana-mana, taunya ngelamun di pojokan." Seorang siswa botak berkacamata datang menghampiri Rizal dengan dua siswa lain di belakangnya. "Eh Yayan, ada apa?" Tanya Rizal sembari menegakkan punggungnya. Yanuar pun duduk di sebelah Rizal diikuti dengan Ruci dan Anas yang datang bersamanya. "Ini kenapa pada dempet-dempetan disini sih? Kayak naik angkot aja." Celetuk Rizal berusaha mempersempit area duduknya.

"Kamu ngapain dari tadi jalan sama anak baru itu terus?" Ruci memajukan badannya agar bisa melihat wajah Rizal yang bertambah kesal. "Ck, Kepala Sekolah yang nyuruh." Jawab Rizal ketus. "Imbalannya?"

"Ada lah pokoknya. Mau pada ngapain nyamperin aku kesini?" Rizal memutuskan untuk tidak membahas perihal buku kedisiplinannya pada ketiga sahabatnya ini. Ia melakukannya karena tahu bahwa ketiga siswa disebelahnya ini tidak akan setuju dengan perjanjian kotor yang telah ia buat dengan kepala sekolah. Apalagi Yanuar, ia pasti akan berceramah tentang praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme yang merupakan peninggalan bangsa penjajah di indonesia.

"Oh iya, ini jadwalnya kita ke perpusatakaan deh. Ada buku baru tentang proses cangkok jantung. Kamu pasti suka." Kini gantian Anas yang memajukan badannya. Rizal masih tidak bersemangat karena ia tidak bisa meninggalkan Adam sendirian.

"Udahlah, dia juga lagi sibuk sama para cantikers. Nggak akan sadar kalo kamu pergi, Zal." Sepertinya Yanuar bisa mengetahui kerisauan sahabatnya itu. Rizal mengembuskan napas panjang lalu berdiri dari bangku yang kelebihan muatan itu. "Ayo lah. Keburu jam istirahatnya habis." Ketiga sahabat Rizal pun mengekor di belakang Rizal menuju ke ruang perpustakaan sekolah.

"RIZAAAL !!!"

Tidak jauh dari dalam kantin seorang siswi berambut panjang sepinggang meneriakkan nama Rizal dengan lantang. Namun bukannya berhenti, Rizal justru lari secepat kilat meninggalkan area kantin.

Siswi yang mencari Rizal itu pun tidak tinggal diam. Dengan perkasa ia angkat rok nya tinggi-tinggi, lalu lari tunggang langgang menyusul kepergian Rizal.

"RIZAAAAL, TUNGGUIN! TALI SEPATU AKU LEPAS!" Teriak siswi bernama Devi itu lagi. Rizal pun menoleh lalu menghentikan langkahnya. "Buruan Dev!" Rizal rupanya menunggu Devi sampai tali sepatunya terikat dengan rapi. Sedangkan Anas, Ruci, dan Yanuar berjalan dengan santai tanpa mau terlibat dengan aksi kejar-kejaran kedua temannya tersebut.

"Udah?" Rizal mengambil ancang-ancang untuk lari lagi. Devi pun berdiri lalu mengangkat sepucuk surat di tangan kanan nya. Rizal memicingkan matanya. "Ini, aku dapet titipan surat buat kamu!" Ucap Devi dengan napas yang tidak beraturan. "Secret adimirer?" Tiba-tiba mimik muka Rizal langsung berubah drastis ketika menyadari bahwa kemungkinan ada orang yang mengagumi ketampanannya.

"Kamu kesini deh! Lagian kenapa sih kamu pake lari, aneh!" Devi yang awalnya menikmati aksi kejar-kejaran nya dengan Rizal akhirnya kesel sendiri sama ketidakjelasan temannya itu. Rizal pun mendekati Devi dengan senyum sumringah di bibirnya. "Awas aja ya kalo ngebohongin." Ucap Rizal ketika wajah bulat Devi berjarak kurang dari satu meter dari wajahnya.

"Nih! Titipan dari Niken. Aku ke lapangan basket dulu ya, anak-anak basket lagi pada kumpul. See you around!" Devi segera menyerahkan surat ditangannya lalu berlalu seperti angin menuju ke arah stadium basket sekolah. Rizal membolak-balik surat berwarna putih ditangannya, "Niken? Buat apa ngirim surat segala, kan kelasnya sebelahan. Aneh."

Rival <<END>>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang