Matt pergi ke rumah John malam itu, tapi tak ada jawaban dari dalam rumah John. Cuaca malam itu dingin, salju turun sedikit-sedikit. Matt berusaha mengintip dari jendela untuk mencari John. Namun, jendelanya berembun dan Matt harus membersihkan embun dengan kausnya. Matt mengaku melihat John terkapar di lantai dan segera mendobrak pintu, lalu memanggil polisi ketika menyadari John bersimbah darah di lantai. Menurut polisi, John dipukul dengan benda tumpul di bagian belakang kepalanya. Ruangan itu terkunci dari dalam, bagaimana John bisa meninggal?
"Matt yang membunuh John."
Cassandra yang berjalan dengan langkah ringan menoleh ke arah cowok yang mengikutinya dengan senyum miring. "Hmm, kenapa gitu?"
Cowok itu masih berusaha menjejeri Cassandra yang melangkah dengan lincah dan cepat. "Matt bohong waktu bilang ngelap embun di kaca jendela. Nggak mungkin."
Kuncir kuda Cassandra bergoyang ke kanan dan ke kiri seirama dengan langkahnya yang ringan—hampir seperti melompat-lompat kecil. "Kok nggak mungkin?"
Mereka berdua menyapa seorang guru ketika melewati depan Ruang Kepala Sekolah. Cowok itu masih terseok-seok mengikuti langkah Cassandra yang cukup cepat. Meski tinggi badan dan panjang kaki mereka tak jauh berbeda, tapi cowok itu tidak terbiasa berjalan secepat Cassandra.
"Embun itu muncul kalau ada perbedaan suhu di luar jendela dan di dalam rumah atau lo biasa sebut kondensasi. Embun itu akan berada di suhu yang lebih panas, itu berarti ada di sisi dalam rumah. Gimana caranya Matt ngelap embun di sisi dalam jendela kalau dia ada di luar?"
Cassandra terkekeh sampai matanya membentuk satu garis melengkung. Kadang kalau Cassandra sedang tertawa begini, cowok itu selalu gagal fokus. "Memang nggak salah pilih gue, top deh Dewa! Playboy paling ganteng di Cenus ini otaknya nggak ngadi-ngadi!"
"Sialan lo, siapa yang playboy!" sergah Dewa dengan mata menyipit.
"Ya lo, siapa lagi. Coba siapa sih di Cenus yang nggak kenal Dewangga Bayu Satria? Tapi kan mereka nggak tahu kalau otak lo encer banget, jadi nggak modal tampang doang."
"Lo pikir otak gue ini beraknya orang mencret? Kok encer!" dengus Dewa, diikuti Cassandra yang tertawa terpingkal-pingkal.
"Ngaco lo! Jorok!"
Dewa berjalan mendahului Cassandra ketika cewek itu memperlambat langkah. Sekolah sudah sangat sepi di pukul tiga sore. Selain lorong kelas dua belas yang sedang ada pelajaran tambahan dan lapangan yang penuh dengan anggota ekskul basket, hampir nggak ada siswa lagi yang berkeliaran. Biasanya Dewa nongkrong sama teman-teman cowok di warung depan sekolah, sekedar ngomongin cewek atau ngobrol nggak penting. Namun kali ini, dia mengubah agendanya demi Cassandra yang tiba-tiba memintanya untuk bergabung dengan klub detektif ala-ala buatannya. Kalau Dewa nggak salah inget, namanya Noktah.
"Noktah ini ngapain sih sebenernya?" Dewa tiba-tiba merasa bodoh karena nggak tahu kegiatan apa yang akan dia lakukan kalau beneran menjadi anggota klub Cassandra itu. Dalam pikiran Dewa, Noktah itu semacam nama TV series yang digandrungi mamanya ketika masih muda. Memang kalau udah bucin, suka lupa sama logika. "Jangan-jangan yang barusan itu lo ngetes gue?"
"Klub santai aja kok. Tiap Kamis kumpul di kantin, ngobrolin buku misteri terbaru yang seru, atau bikin riddle kecil-kecilan kayak barusan itu."
"Waduh gue nggak suka baca novel lagi!" Dewa menepuk jidatnya, mulai panik karena tidak akan mengira klub Cassandra ini akan seperti klub kutu buku. Dewa anti dengan kutu buku karena dia nggak pernah nyambung sama orang yang orientasinya selalu mengarah pada buku-buku tebal yang judulnya saja sulit diingat.
![](https://img.wattpad.com/cover/259480310-288-k482506.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Throwback Thursday [EDITED VERSION]
Teen FictionSellina tiba-tiba menghilang. Dia tak terlihat lagi setelah pada hari yang sama saat bertengkar dengan Cassandra, sahabatnya. Pertengkaran itu berawal dari niat Cass mengajak Dewangga masuk ke persahabatan mereka. Agaknya Sellina dan Dewangga punya...