RIDDLE 8 : Ada Rahasia

1.8K 528 285
                                    


"Gue nggak suka banget si Dewa deketin Cass."

Alakai dan Ian yang sedang sibuk main gim Hago menoleh ke arah Sayed yang sedang meminum es teh botolnya sambil menatap kosong ke gerbang sekolah. Melihat temannya bengong, Alakai dan Ian buru-buru menyudahi gim-nya dan siap mendengarkan Sayed—sebelum cowok itu melamun dan berakhir kesambet.

"Kenapa? Bukannya lo biasa aja pas awal dia bilang gitu?"

Seakan beban hidupnya terasa lebih berat daripada berat badannya, Sayed menghela napas panjang. "Iya sih, dari kelas sepuluh gue biasa aja pas Dewa nanya ini itu tentang Cass. Tapi kok lama-lama bucin ya, males gue, kayak nggak ada harga dirinya."

Alakai berdecak. "Lo jadi kayak pacar yang posesif, Say."

"Beneran cuma karena dia jadi bucin?" Ian menodong, mencium bau-bau kecurigaan. "Lo beneran ngambeknya karena Dewa deketin Cass, apa karena Dewa ngotot nyariin Sellina?"

Alakai menatap Ian tak percaya. Sungguh pemikiran itu bahkan tidak pernah mampir ke otaknya. Mungkin Alakai harus mulai meng-upgrade kapasitas otaknya karena jarang dipakai dengan sungguh-sungguh.

"Yang kedua. Kita bertiga nggak ada yang satu SMP sama dia kan. Tapi sepanjang yang gue tahu, Sellina beda sekolah sama Dewa."

"Lah terus masalahnya di mana!" tukas Ian dan Alakai hampir bersamaan.

"Ya berarti nggak masalah. Kenapa sih? Lo beneran keliatan posesif loh Say! Ntar dikira lo beneran suka sama Dewa." Ian berujar sambil bergidik sendiri.

"Sembarangan!" Sayed memelotot pada Ian yang mulutnya kadang nggak bisa direm.

Sayed kembali menatap gerbang sekolah yang sepi dengan wajah penuh nestapa. "Gue nggak tahu nih, gue denger rumor dari anak-anak sekelas. Gue jadi berpikir nyari tahu hubungan Dewa sama Sellina sebelum ini. Kayaknya nggak mungkin Sellina mendadak judes sama Dewa hanya karena dia deketin Cass, berkedok masuk Noktah."

"Kadang lo bisa terlihat pinter juga kalau mikir gini, Say," gumam Alakai, yang langsung mendapat tendangan kecil dari Sayed.

Ian meneguk teh botolnya sampai tandas. "Terus lo mau gimana?"

"Gue mau cari tahu siapa Risya, cewek yang disebut-sebut ada hubungannya sama Dewa dan Sellina." Sayed tiba-tiba berdiri dan menantang matahari, membuat tubuh gempalnya terlihat gagah di hadapan Alakai dan Ian yang sedikit kurus.

Akan tetapi, tiba-tiba Sayed menoleh ke arah kedua temannya dengan wajah serius. "Tapi caranya gue cari tahu gimana, ya?"

"YAILAH!" seru Alakai dan Ian, kompak menendang pantat Sayed.

***

"Lo kenapa ikut-ikutan sih?" sungut Orion pada Dewa yang berdiri di sampingnya.

"Disuruh Cass ikut, nggak usah berisik lo!"

Orion memelotot. "Mentang-mentang kakak kelas, nggak usah congkak gitu napa?"

Alis Dewa menyatu di tengah dahi. "Lo jadi cowok kenapa lemes banget mulutnya? Gue nggak pernah ngelarang lo suka sama Cass. Kenapa pake acara ribut, heran gue."

Orion marah-marah mendengarnya, tapi fokus Dewa sudah kembali ke pintu toilet cewek. Di dalam toilet, Cassandra dan Vanka sibuk mondar-mandir mengecek setiap sudut toilet—tempat Sellina terlihat terakhir kali. Sebelumnya mereka sempat bertanya ke petugas kebersihan yang menemukan ponsel Sellina dan ternyata ponsel tersebut ditemukan di dekat pintu toilet—bukan bilik. Tak lama kemudian, Cassandra dan Vanka keluar dengan wajah murung.

"Gimana?" tanya Dewa, sambil melirik ke dalam toilet sebelum pintu tertutup.

Vanka menggeleng. "Cuma ada ventilasi dan nggak cukup dilewatin anak kecil sekalipun."

Throwback Thursday [EDITED VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang