"Bang! Bang Kai! Bang Kai! Bang!"
"Amita! Berisik!"
Alakai yang mendengar suara cempreng adiknya, mengomel sambil membuka pintu kamarnya yang digedor semena-mena. Dewa, Sayed, dan Ian terkikik mendengar panggilan sayang sang adik kepada Alakai.
"Apa sih? Berisik tahu!" Alakai manyun ketika mendapati adiknya menyodorkan tiga lembar uang seratus ribuan. "Apa nih!"
"Eh, ya ampun! Ada Bang Dewa! Hai, Bang! Hai Bang Sayed, Bang Ian!" Amita dadah-dadah heboh ketika menyadari ada ketiga teman kakaknya di kamar itu. Ketiga cowok itu balas melambai pada Amita, adik semata wayang Alakai.
"Eh Amit-Amit, ditanya tuh jawab bukan malah dadah-dadah!" Alakai menoyor kepala Amita saking kesalnya. Amita menggerutu sambil memegangi kepalanya.
"Lo jadi abang tuh yang baik dan keren gitu loh, jangan kayak gini. Udah wibu, jomlo, nggak keren lagi. Perasaan yang namanya Kai tuh keren, kayak Kairo dari SMA Lentera Victoria itu kan cool gitu anaknya. Lah lo malah cocok jadi Alay-kai. Duh ... Terus Kai EXO yang sikpek, terus—"
"Udah diem! Lo kenapa bisa kenal anak LV sih?" Alakai membekap mulut Amita karena kesal ditertawakan teman-temannya dari belakang. "Ini duit buat apa, Amit-Amit?"
"Hih! Mita, bukan Amit-Amit! Abang disuruh Ibu belanja tuh, di supermarket beli minyak, beras, sama minuman buat arisan nanti sore," jelas Amita sambil bersedekap.
"Kenapa nggak lo aja sih, Mit? Nggak lihat gue lagi sibuk?" protes Alakai.
Amita berkacak pinggang. "Gue udah janjian mau pergi sebentar lagi. Dahlah gue cabut dulu ya, Bang! Dadah Abang-Abang!" Amita melongok dari balik badan kakaknya dan melambai ke cowok-cowok yang sibuk main PS4. Lalu cewek itu berlari kecil keluar rumah sambil menenteng tas selempangnya tanpa memedulikan Alakai yang mengomel.
"Kai, mau ke supermarket?" Dewa melirik jam tangannya. "Emak lo arisan jam berapa?"
"Arisannya jam setengah lima biasanya, tapi kan paling nggak gue udah harus bawain minumannya jam setengah empat apa jam empat gitu. Mau ngapain?"
Dewa mengedikkan bahu. "Jalan-jalan dikit lah, bosen juga dari pagi di kamar terus, Kai. Gimana? Kalian ikut nggak? Pada jomlo juga ini. Malmingnya biar nggak suram-suram amat."
"Tapi kan ini masih siang, malemnya gue tetep jomlo," ratap Ian dengan wajah memelas, yang rasanya ingin Dewa injek pake sepatu bola.
"Dah lo pada ikut apa nggak, gue cabut sekarang sama Alakai." Dewa beranjak pergi dan mengambil kunci mobilnya, diikuti Alakai. Sayed dan Ian saling pandang sebelum akhirnya mematikan PS. Mereka sengaja memilih mall terdekat yang ada supermarket-nya, karena Alakai harus mengantarkan belanjaan ibunya ke rumah sebelum pukul empat sore.
Empat sekawan itu memilih mencari cemilan di foodcourt sebelum berbelanja. Malah rencananya Alakai mau mampir ke gamezone dulu, yang langsung dijitak Ian dan Sayed.
"Gue mau beli minuman dulu ya, nitip basreng pedes dong," ujar Dewa ke Ian yang sedang menatap papan menu dari gerai gorengan. Bagi empat sekawan itu, gorengan adalah makanan pokok, makanya Warteg Echonomist selalu jadi andalan—kecuali bagi Dewa.
Dewa tengah sibuk menggalau di gerai minuman untuk memilih antara capuccino atau ice greentea milk, ketika tiba-tiba matanya menangkap sosok tak asing tengah berdiri di sampingnya yang sama-sama sedang melihat menu.
"Sellina?"
Cewek itu menoleh dengan wajah terkejut, mendapati Dewa yang menelengkan kepala. Wajahnya berubah ketus ketika menyadari siapa yang memanggil namanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/259480310-288-k482506.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Throwback Thursday [EDITED VERSION]
Teen FictionSellina tiba-tiba menghilang. Dia tak terlihat lagi setelah pada hari yang sama saat bertengkar dengan Cassandra, sahabatnya. Pertengkaran itu berawal dari niat Cass mengajak Dewangga masuk ke persahabatan mereka. Agaknya Sellina dan Dewangga punya...