Throwback Saturday: Pojok Cerita#1 Putri Salju Yang Terdzalimi

1.9K 409 188
                                    

Hai hai! Saturday time, Hikma time! hehe. Canda timeeeee.

Jadi, Hikma di sini bakal jadi pengantar doang kok wkwk. Nggak bakalan ceramah panjang lebar. Karena di hari Sabtu yang spesial, tentunya ada yang spesial juga dong buat kalian. Ehek.

Uhm, so, hari Sabtu tidak akan ada update kelanjutan RIDDLE, but dont worry be happy! Kabar baiknya hari ini Kak Rani ada pojok cerita versi anak anak Cenus. Yeayyyyyyyyyyyyyy! #pecahin balon

Aku tahu kalian ngga ada kerjaan di malan minggu wakaka *nampol diri sendiri*  jadi dengan inisiatip dan dedikasi yang tinggi, Kak Rani mempersembahkan karya untuk kalian yang jomsss #eh

Selamat membaca!

Warning: tidak disarankan membaca ini ketika makan atau minum. Segala kejadian yang terjadi setelah membaca ini diluar kehendak kami. (((elah serius amat malihhh)))

*****

Putri Salju yang Terdzalimi

Suatu hari seorang putri cantik yang memiliki kulit putih bersih seperti keramik yang baru dipoles terbangun dari tidurnya dan mulai bersiap sebelum matahari terbit. Sambil menyanyikan senandung tembang kenangan, sang putri mandi di pancuran kamar mandi belakang Kastil sambil ditemani burung-burung yang berkicau ria—karena dilarang memakai kamar mandi utama oleh Sang Ratu. Putri berambut hitam legam itu memakai bandana di kepalanya meski dia tahu tak akan memperbaiki penampilannya yang compang-camping. Ketika sedang mengagumi kecantikan dirinya di cermin yang pecah sebagian, pintu kamarnya terbuka.

"Dewhite! Kenapa sarapan belum jadi jam segini? Itu sumur belum dikuras!"

Penasihat Vanka berkacak pinggang di ambang pintu sambil berteriak dengan wajah datarnya. Meski wajahnya tak berekspresi, matanya menatap sang putri dengan sinis.

Dewhite, putri Kerajaan Cenussian, buru-buru menghampiri asisten kepercayaan ibu tirinya itu. "Maaf Penasihat, saya sedang berniat menuju dapur sekarang."

"Niat, niat! Jam segini harusnya udah jadi sarapannya, bukannya masih dalam bentuk niat! Saya laporkan kamu ke Ratu Orionette!"

Dewhite bersujud dan mencium ujung sepatu Penasihat Vanka yang ternyata bau keju busuk sambil menangis bombay. "Maafkan saya! Saya akan selesai memasak sebelum matahari terbit. Mohon ampuni saya, Penasihat ...."

Sambil mendengkus, Penasihat Vanka beranjak pergi. "Selain menguras sumur, kamu harus mengepel seluruh lantai Kastil sebelum matahari terbenam!"

"Hah? Seluruh lantai Kastil, Penasihat? Itu bisa memakan waktu dua hari," keluh Dewhite yang semakin pucat wajahnya seperti mayat.

"Nggak peduli saya, pokoknya saya kedip, kamu sudah harus selesaikan semua."

Sepeninggal Penasihat Vanka, Dewhite mengeluh pada burung-burung yang sedari tadi bertengger di jendela kamarnya dan menyaksikan drama pagi-pagi.

"Sekalian aja dia pingsan sampe besok, biar nggak kedip-kedip," gumam Dewhite, setengah berdoa setengah menyumpah. Kemudian dia menepuk kedua pipinya keras. "Ya ampun, bicaraku kasar sekali. Ingat Dewhite, beauty brain behaviour!" Dewhite mengomel pada dirinya sendiri sambil bergegas pergi ke dapur sebelum Penasihat Vanka mengomel lebih lanjut dan menambah hukumannya.

Dengan cekatan, Dewhite menyajikan sarapan sebelum ibu tirinya yang tidak ada cantik-cantiknya itu datang sambil memelotot. Dewhite bingung kenapa rakyatnya mengakui kalau sang Ratu Orionette adalah yang paling cantik. Mungkin sebenarnya para rakyat itu suka mengghibah-kan ratunya juga, hanya saja pandai menyembunyikan.

Throwback Thursday [EDITED VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang