Firasat - 3

12 1 0
                                    

"Assalammu'alaikum Bun" jawab Rena saat mengangkat telp dari Bunda nya.

"Wa'alaikum salam Sayang"
"Gimana kabar anak shalehah Bunda?" Tanya Bunda Rena setelah nya.

"Alhamdulillah baik Bun. Bunda dan Ayah gimana? Sehat kan?" Tanya Rena balik.

"Alhamdulillah, kami juga baik Sayang" jawab sang Bunda yang buat Rena lega.

Karena kesibukannya, Rena memang jarang menelpon Bunda nya. Paling sekedar WA jika ada yang ingin dia tanyakan atau ada yang perlu dibicarakan. Tidak se - intens dulu sewaktu Rena hanya fokus pada butik nya saja. Kini tanggung jawab Rena bertambah setelah dia membuka toko dan sekarang berencana untuk membuka toko ke dua.

Rena yakin, jika Bunda nya sudah telp begini, pasti ada suatu hal yang akan dibicarakan oleh sang Bunda.
Rena sangat mengenal Bunda nya, mungkin karena dia anak tunggal, maka kedekatan batin antara mereka sangat dekat.

"Kamu lagi sibuk ya Sayang?"
"Kapan rencana pulang? Ga kangen ama Bunda dan Ayah?" Tanya sang Bunda.

"Ya gitu deh Bun, Tata rencana nya mau buka toko lagi Bun, masih di gedung yang sama sih Bun ama toko sekarang". Jelas Rena.

Tata - adalah panggilan sayang Ayah dan Bunda nya untuk Renata di rumah.

"Oooh gitu, syukurlah kalo begitu"
"Kalo kamu butuh bantuan Ayah, jangan sungkan ya Nak" jelas Bunda.

"Siap Boss".
"Oya, untuk masalah pulang, kayak nya akhir minggu ini deh Bun. Soal nya Tata mau diskusi ama Ayah mengenai hal ini". Jawab Rena setelah nya.

"Alhamdulillah, kalo kamu ada rencana untuk pulang. Bunda udah kangen banget ama kamu" jawab Bunda nya.

"Tata juga kangen ama Bunda dan Ayah" jawab Rena

Sempat diam beberapa saat.

"Bun, kenapa.. koq diam?" Tanya Rena penasaran.

"Oya Nak, Bunda boleh nanya sesuatu?" Tanya Bunda pelan

"Ada apa Bun, koq tumben pake nanya boleh atau ga segala sih? Kayak sama sapa aja". Jawab Rena udah mulai curiga.

"Kamu masih berhubungan ama Rio Nak?" Tanya Bunda hati-hati

"Kenapa Bun?" Bukannya menjawab, Rena malah balik nanya.

"Apakah kamu sudah dapat jawaban dari shalat mu Nak?" Belum mendapat jawaban dari sang anak, Bunda melanjutkan ucapannya.

"Ati-ati aja ya Sayang. Bunda punya firaasat ga enak Nak. Emang sih, Bunda ga punya bukti apa-apa. Seperti kata kamu kemarin, ga mungkin juga kamu mutusin tanpa sebab. Tapi tetap saja Bunda ga tenang Nak" jawab sang Bunda sambil mengulang kembali alasan Rena belum mengakhiri hubungan nya dengan Rio.

Rena tidak berniat membantah sama sekali. Dia hanya diam, membiarkan sang Bunda untuk mengungkapkan uneg-uneg nya.

"Ini yang namanya Firasat seorang Ibu Nak..." Jawab Bunda melemah. Rena yakin Bunda nya di sana pasti sudah menangis. Dia sangat mengenal sang Bunda. Bunda nya sangat sensitif, gampang nangis.

"Baik Bun, Tata akan hati-hati"
"Tata akan pikir kan hal ini nanti ya Bun"
"Semoga Tata bisa menemukan jalan terbaik untuk ini.
"Tata hanya tidak ingin menyakiti siapa-siapa Bun"
Jawan Rena tegas kepada Bunda nya.

"Okelah Nak, Bunda tutup dulu ya."
"Sebentar lagi Ayah pulang, Bunda mau bersih-bersih dulu"
"Bunda sayang Tata"
"Assalammu'alaikum" ucap Bunda nya mengakhiri telp mereka.

"Wa'alaikum salam Bun"
"Huuuuffffhhh" Rena menghela nafas nya panjang setelah sambungan telp nya terputus.

Dipijatnya sekilas pelipis nya karena sedikit pusing. Ternyata dengan memlerkenalkan Rio kepada Ayah Bunda nya sampai berdampak sejauh ini.

RenRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang