Epilog

1.6K 244 24
                                    

Langit di luar nampak cerah, tirai putih yang terkena hembusan angin itu nampak berkibar dengan amat gemulai, bak tengah menari-nari di depan seorang pasien yang tengah murung saat ini, memeluk lututnya dengan dagu ditumpukan ke atas lipatan tangan.

Sudah lima hari berlalu setelah Brian sadar dari komanya, namun rasanya seperti semakin asing lantaran ia merasa jika ada yang hilang dalam dirinya. Entah apa.

"Bagaimana bisa kalian tidak tahu siapa dia? Achel, kucing kecil yang kita rawat bertiga!"

"Brian, aku tidak mengerti dengan yang kamu ucapkan. Kucing apa?"

"Jack benar, aku juga tak mengerti dengan ucapanmu. Apa kau mengigau?"

Kalimat percekcokan antara ia dan juga kedua sahabatnya itu membuat setetes air mata turun di pipinya. Tapi ia segera mengusap dan justru nampak menghela napas panjang disertai tubuh yang kembali menegak pada posisinya; terduduk.

Episodic atau Sequence Dream, adalah jenis mimpi serupa dengan Lucid Dream. Bedanya mimpi ini justru berjalan selayaknya sebuah film; di mana orang yang mengalaminya akan merasakan seperti hidup dalam sebuah dunia penuh drama yang melibatkan dirinya serta. Ada yang bilang akan terasa seolah hidup di dunia nyata; melakukan aktifitas normal seperti biasa, namun bisa juga seperti tengah mengalami adegan tak masuk akal lain; yang hanya ada dalam film. Contohkan; terlibat adegan baku tembak dengan anggota mafia, atau mengalami kejadian di luar nalar.

Dan inilah yang terjadi pada Brian selama ia tertidur; koma lebih dari seratus hari lamanya.

"Kepalamu terbentur keras dan kamu koma hampir empat bulan lamanya, setelah truk itu menabraknu karena kamu mendadak lari ke tengah jalan. Aku yang melihat rekaman ulang dari CCTV di perempatan jalan itu rasanya nyaris pingsan, bagaimana bisa kamu rela melukai dirimu sendiri hanya karena seekor hewan?!"

Suara Weynie kembali terngiang di benaknya; membuat Brian semakin tertunduk dan terisak.

Tapi itu semua terasa amat nyata. Aku bahkan masih bisa merasakan seberapa hangat saat menggendongnya. Bagaimana bisa mereka mengatakan bila yang terjadi cuma sekedar mimpi belaka? Mereka berbohong! Jack dan Winnie membohongiku!

"Achel... cuma ada di mimpiku?" cicitnya sendu, suara itu masih terdengar parau; belum senormal biasanya, walaupun ia sudah kembali berbicara dengan lancar tanpa tersendat. Dan lelehan air mata itu kembali turun.

Ini gila! Benar-benar gila! Karena mau disangkal bagaimanapun juga semuanya memang terasa nyata. Bagaimana bisa mimpi itu berawal dari kejadian tak terduga; mana kala Brian tertabrak truk saat berusaha menyelamatkan si kucing.

Mau dipikir sekeras apa pun jelas seperti... ah, Brian benar-benar tak percaya pada kenyataan yang kini menamparnya habis-habisan.

"Kenapa kamu bangun?"

Brian tersentak, menoleh ke arah pintu di mana seorang gadis cantik berambut pirang; Sabine, nampak berdiri, dengan membawa sebuket bunga krisan di tangannya.

"Kupikir kamu sedang tidur saat ini," katanya lagi sambil mendekat, lalu meletakan bunga-bunga bawaannya ke dalam sebuah vas kaca di sisi nakas.

"Sabine," ucap Brian pelan.

"Maaf, Jack sedang kerepotan di toko saat ini. Jadi aku yang datang menggantikannya," paparnya kemudian.

Brian menatap lekat gadis yang usianya hanya terpaut satu-dua tahunan itu dengannya. Cantik sekali dengan bola mata bulat berwarna hijau teduh; serupa bola mata Jack, kakaknya.

"Kakimu jangan ditekuk. Dokter bilang; biarpun sudah dioperasi, tapi belum sembuh sepenuhnya," cerca si gadis, lalu membantu Brian meluruskan kakinya—yang mana sebelah kiri nampak terbalut gips lantaran tulang betisnya mengalami keretakan.

My Little Kitten ✓ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang