Kitten.. Thirty Two

1.4K 250 28
                                    

Brian ragu, sungguh ragu karena dalam pikirannya kini terus menerus membayangkan; bagaimana jika memang yang ada di balik pintu rumahnya itu kini memang orang asing yang ditemuinya semalam? Bagaimana jika orang itu punya niat jahat dengan dirinya? Atau juga asumsi akan hal-hal buruk lainnya?

Tapi setelah terdiam beberapa saat akhirnya tangan besar itupun meraih knop pintu tersebut dan memutarkannya.

"Astaga, kupikir gak ada orang di rumah ini," adalah kalimat yang pertama Brian dapatkan setelah tahu siapa gerangan adanya orang tersebut.

"Babe? Kukira siapa," ucapnya.

Ah, memangnya siapa lagi yang Brian sebutkan dengan panggilan itu jika bukan Barbara, tetangga seberangnya?!

"Kenapa kamu lama banget ngebuka pintunya!?" gerutu si gadis sembari cemberut. Rambut panjangnya yang kini tergerai nampak sedikit berkibar tatkala angin menghembus ke arahnya, membuat Brian bisa mencium aroma dari buah tropis; kiwi dan semangka yang menguar dari helaian lembut tersebut.

Abis keramas! Gumamnya dalam hati.

"Ada apa emangnya?" si empunya rumah kembali bersuara setelah terdiam beberapa detik.

"Nih," tangan berjemari lentik si gadis terangkat, memberikan sebuah lunch box berwarna gelap ke arahnya.

"Bekel?" terka Brian kemudian.

"Bukan, itu kue brownies. Mum bikin kue tadi, katanya disuruh anterin buat kamu soalnya lumayan banyak," urai Barbara.

"Ooh.." yang lebih dewasa mengangguk sembari berkoor ria. Tangan besarnya terulur untuk mengambil kotak bekal tersebut sebelum menjawab, "Tolong bilangin ke Tante Gabby, makasih banyak ya, nanti kotaknya aku anterin kalo udah dicuci," katanya kemudian.

"Iya, santai aja kotaknya di rumah masih ada lagi kok," sahut si gadis sembari berbalik hendak pergi, tapi seketika itu juga manik-manik indahnya tak sengaja menangkap figur si kucing kecil yang bersembunyi di balik pintu. Lantas tubuhnya membungkuk, berjongkok di depan kaki Brian sembari melongokkan kepala untuk bisa melihat si mungil lebih jelas lagi.

"Brian," sebutnya pertama kali yang segera dijawab dengan suara menggumam tak jelas dari si empunya nama sendiri. "Kucingmu kok keliatannya kayak gak tumbuh besar ya?" tanya Barbara kemudian.

"Ha? Ah, masa sih?" tapi Brian berpura-pura menampiknya, ia juga menggeser kakinya agar bisa berbalik untuk melihat Achel yang kini tengah iseng mengendus-endus pintu tersebut.

"Kamu kasih makan gak sih?" gadis yang sudah berteman dekat dengannya itu seketika mendelik kasar, menatap pada sepasang amber si pria dengan tatapan tajam.

"Ya dikasih 'lah! Masa enggak," bantah Brian seketika.

"Kok badannya gak gede-gede. Kayak kena malnutrisi," tunding Barbara segera.

"Enak aja! Achel sehat kok, orang sama aku rajin dibawa ke klinik si Grizzly!"

Barbara bangun, ia menepuk-nepuk lututnya yang semula menempel dengan lantai, setelahnya kembali menautkan pandangan pada pria muda bermanik amber tersebut.

Lantas bibir ranumnya kembali berucap, "Kuharap Achel tidak akan bernasib malang seperti Berry dulu," dan setelahnya ia pun melirik pada si kucing yang kini malah terlihat asyik menggigiti ekornya sendiri. "Dia terlalu manis untuk menemani Om-Om kesepian sepertimu."

Sialan, jika tak ingat Barbara adalah perempuan dan bukannya panda jadi-jadian macam Jack, Brian mungkin sudah memasukannya ke dalam tempat sampah saat ini.

Ya, tentu! Ia akan melakukannya, sebab coba saja lihat saat ini bagaimana bibir merah muda merekah nan elok tersebut menyunggingkan seulas senyuman usil setelah mencibir seperti tadi? Ah, menyebalkan sekali melihatnya!

My Little Kitten ✓ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang