Kitten.. Twenty One

1.9K 287 61
                                    

"Y-Yan... hu... ca-capa?" Achel bersembunyi di balik punggung tuannya, namun sesekali ia juga mengintip keluar, menautkan pandangan selama beberapa saat pada sosok asing yang sedang sibuk mengusap lebam di pipinya.

Kena tampol si vampir. Begitulah gerutu dalam hati sosok asing tersebut.

Brian menoleh, menatap si manis dan tersenyum tipis sebelum menjawab, "Itu temen Byan," dengan singkat. Tapi kemudian mengalihkan pandangan pada Jack dengan tatapan sengit seolah berkata lewat sepasang manil ambernya; Kubunuh kau jika menyebarkan tentang hal ini pada orang lain!

"Hng?" tapi si manis tak mengerti. Ekornya yang panjang bergoyang dengan begitu anggunnya di balik tubuh kecil berbalutkan sweater hitam berukuran besar, sedang kuping bulatnya bergerak-gerak ke segala arah seolah sebuah antena yang tengah mencari sinyal.

"Itu temen Byan," ulangi si empunya.

"Hng?" dan lagi-lagi Achel mengeluarkan suara yang sama.

"Te-men By-Yan."

"... Hng?"

Brian menghela napas pelan, sebisa mungkin ia untuk bersabar setiap kali menjelaskan apapun pada kucing besar ini. Ia kemudian berbalik, menarik tubuh ringkih Achel dan mendudukkannya ke atas pangkuan.

"A-Achel.. cucu.. m-mau.." cicitnya kemudian dengan manja. Tangan mungilnya sibuk memilin ujung sweater sebelum dengan iseng memasukkannya ke dalam mulut. Seperti biasa, selalu penasaran pada apapun yang dipegangnya.

"Gak boleh, Achel.. ini bukan makanan, nanti nyangkut lagi ke gigi Achel," titah yang dewasa dengan tangan perlahan menahan gerakan si mungil.

"Cu-cucu.. m-mau?" cicit si manis lagi.

"Kan tadi udah minum susu," sahut si tuan lagi.

Si kucing merengut, menekuk bibirnya ke depan dengan lucu sambil memainkan ujung tangan sweaternya, menggerutu tidak jelas. Tapi mendadak..

"Eh?" Brian terhentak sendiri di tepatnya lalu merunduk untuk mengintip di bawah tempat si manis duduk sebelum, "Achel ngompol ya?!" pekiknya seketika.

"Uuunngg.. A-Achel mu.. p-pi-pipis," jawab si manis sambil menyembunyikan wajahnya di bahu lebar sang pria.

"Ini mah bukannya mau, Chel. Tapi udah pipis," sangkal yang dewasa, "Yahhh.. rembes! Banyak banget pipisnya."

"Uuuunggg.." suara menggerutu itu kembali terdengar dari balik bahunya.

Pria muda itu kemudian mengaitkan lengan kokohnya ke bawah lipatan lutut si kucing sebelum mengangkatnya seperti seorang pengantin wanita dan membawanya ke dalam kamar mandi.

"Heh! Jangan kemana-mana kamu!" tapi sebelum benar-benar pergi, Brian sempatkan dulu menggertak Jack dengan tatapan tajamnya. Mengancam lewat pandangan.

"Ya emang mau ke mana? Ponsel sama kunci motorku aja 'kan kamu ambil tadi," sahut si kawan dengan nada kesal.

Brian mendengus lalu kembali melangkah dengan membawa Achel serta merta dalam gendongannya. Meninggalkan Jack yang sibuk dengan pikirannya sendiri saat ini.

Jadi Brian juga gak tau kalo Achel bisa berubah jadi manusia kalo bukan karena dia ngadopsi kucing itu? Bingungnya.

Tiba-tiba saja pintu kamar mandi itu kembali terbuka dan memunculkan si empunya rumah yang kini hanya memakai bathrobe namun membawa lap pel di tangannya. Ia kemudian membersihkan sisa air seni si kucing yang menggenang di lantai tadi menggunakan pembersih lantai sambil sesekali melirik Jack yang masih bengong di atas sofa.

My Little Kitten ✓ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang