RENJANA 26

176 19 1
                                    

[CHAPTER 26 - CERITA FARHAN]

Happy Reading

Farhan keluar dari ruang konseling, kenapa hari-harinya selalu di isi dengan pria berkepala botak dengan perut yang buncit, seperti emak emak bunting.

Dia menggelengkan kepalanya, meratapi nasib seorang jomblo karatan yang bertemu dengan Pak Anto setiap hari, bukan bertemu sang pujaan hati seperti cerita anak SMA kekinian.

"Oh...itu pujaan hati gua," kata Farhan lirih, tak sengaja matanya melihat Kirana tengah duduk di pinggir lapangan Basket.

Gadis itu duduk di sebuah kursi kayu, di sampingnya terdapat pohon rindang yang melindunginya dari sengatan matahari di siang ini. Walaupun cuaca sedikit panas tapi hembusan angin terasa sangat menyejukan di kulitnya. Otaknya masih saja berisi seputar Baskara.

Beberapa kali menghembuskan nafas, Kirana merogoh saku seragamnya, mengambil voice recorder pemberian Baskara. Hari ini dia tak fokus pada pelajaran, bahkan sampai di tegur oleh Bu Dian karena melamun di tengah-tengah pelajaran.

Apa yang Kirana harap dari Baskara, Baskara sudah terlalu baik untuk dirinya. Kirana mengakui perasaannya terhadap Baskara adalah perasaan istimewa, bukan sekedar perasaan terhadap teman atau sahabat.

Mungkin ini klise tapi kalian tidak tahu bagaimana rasanya ada orang yang menerimanya setelah semua orang menolak dirinya. Semua orang melukai dirinya tapi Basakra orang pertama yang melindungi dirinya.

Kirana berpikir Baskara tidak seperti Juna, yang meninggalkanya di saat dia sedang rapuh. Tapi kenyataan sekarang mematahkan semua.

Farhan tiba-tiba duduk di samping Kirana, memberi sebungkus permen karet pada gadis itu.

Kirana mengambil itu hendak memasukan permen itu kemulutnya. Untung saja segera di tahan oleh Farhan, mengupas bungkusnya, lalu memberikannya pada Kirana.

Dia tidak bisa membiarkan anak orang mengunyah permen karet sekaligus plastiknya bukan.

Farhan menggelengkan kepalanya melihat Kirana yang ling-lung. Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk mengembalikan mood Kirana.

Farhan berdiri tiba-tiba membuat Kirana menoleh,
"Tunggu disini," perintah Farhan sebelum berlari keluar dari lapangan Basket.

Farhan kembali dengan bola basket di tanganya,
"Ayo gua ajarin main basket," Farhan menarik tangan Kirana tanpa persetujuan dari Kirana, Kirana pun pasrah saja di tarik Farhan pada tengah lapangan.

Farhan mencontohkan Kirana mendrible bola, Kirana hanya malas melihat.

"Senyum, lo keliatan tua kalau cemberut," Farhan dengan dua jarinya menarik kedua ujung bibir Kirana ke atas agar membentuk senyuman.

"Sialan,"

Kirana merebut bola basket dari tangan Farhan. Dia akan membuktikan bahwa dia lebih jago daripada Farhan.

Perlahan-lahan Kirana mencoba apa yang Farhan contohkan, tapi bolanya tak bisa di kontrol oleh Kirana sehingga tubuhnya kewalahan mengikuti bola yang terlempar ke arah yang berubah-ubah, bukan seperti Farhan yang tetap di satu tempat.

Farhan menangkap bola itu, heran berapa nilai Kirana pada pelajaran Olahraga, Kirana mendengus tak suka.

"Di pantul pelan, jangan di gampar itu bolanya kasihan, gak salah apa apa lo main gampar-gampar aja," Kirana tertawa mendengar candaan receh dari Farhan.

"Sini tangan!" Kirana menyodorkan tanganya, Farhan berdeham mengontrol denyut jantungnya, lalu memposisikan jari-jari Kirana agar tidak berdekatan dengan jari yang lain.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang