RENJANA 44

82 7 4
                                    

[CHAPTER 44 - SAKIT BASKA]

Happy Reading

"Meninggal karena bunuh diri?"

"Ssttt... ada rumor bahwa itu sebenarnya adalah pembunuhan yang dipalsukan menjadi bunuh diri."

"Jangan sembarangan kamu,"

"Hasil otopsi bocor ke publik, ada bukti bahwa itu bukan percobaan bunuh diri biasa."

"Astaga, aku semakin iba."

Bisik-bisik itu terdengar ditelinga Farhan. Baskara dan Kirana sudah saling pandang gelisah. Farhan memang belum tahu masalah ini.

"Otopsi? Apa maksudnya? Kalian menyembunyikan sesuatu?" tanya Farhan tidak sabar membombardir banyak pertanyaan.

"Haris Adinanta, yang menginginkan adanya otopsi untuk tante Farida," jelas Baskara.

"Kakek? Kenapa gak tanya gue dulu, gue keluarga yang paling dekat dengan mama! Gue anak mama kenapa kakek gak tanya dulu! Apa tanggapan papa?"

"Om Dimas menolak, tapi om Dimas tidak bisa membujuk kakek Haris. Akhirnya otopsi pemeriksaan eksternal itu dijalankan dengan waktu yang sangat singkat."

"Terus apa maksud tente-tente itu? Apa maksud pembunuhan yang dipalsukan menjadi bunuh diri?"

Kirana menarik lengan baju Baskara, menatap Farhan, jelas emosi menumpuk di hatinya, ekspresi wajahnya saja sudah sangat tidak bersahabat.

"Cerita semua apa yang lo tahu. Gue janji gua gak akan buat masalah."

"Bisa gue pegang omongan lo?"

Farhan mengangguk, meyakinkan Baskara dan Kirana.

"Dari olah TKP tidak menghasilkan apa-apa, itu murni percobaan bunuh diri. Mengingat tante Farida pengidap gangguan jiwa, itu bisa terjadi kapan saja."

"Tapi setelah diperiksa tim forensik. Ada beberapa luka memar pada tubuh tante Farida. Mereka mengatakan, luka memar tersebut disebabkan oleh hantaman benda tumpul. Hasil lain ditemukan kuku tante Farida yang hampir patah. Tapi belum bisa dipastikan itu memang benar-benar murni patah atau patah karena upaya melenyamatkan diri. Pihak kepolisan masih menyelidiki kasus tante Farida."

"Menurut lo ini apa?" tanya Farhan, mengendalikan emosinya.

"Belum jelas ini pembunuhan berencana berkedok percobaan bunuh diri atau murni bunuh diri biasa."

Farhan menonjok pohon kamboja di dekatnya. Kenapa semua ini bisa terjadi. Dia meremat kepalanya yang rasanya ingin pecah.

"Lo jangan buat masalah. Biar polisi yang menuntaskan semua."

Entah kenapa, Baskara punya firasat polisi tidak akan mudah menyelidikinya. Karena ini bukan kasus biasa.

***

Kirana membuka pintu rumahnya, penglihatannya menangkap dua orang yang sedang duduk di ruang tamu.

"Kenapa bunda dan kakak tidak ada disana?" ucap Kirana.

"Om Dimas, Om Rio, dan tante Aruni ada disana. Mereka sahabat tante Farida dan bunda juga sahabat tante Farida. Kenapa bunda tidak menghadiri upacara pemakaman sahabat bunda sendiri?"

Melody terdiam, melihat putrinya.

"Kak ada apa sih? Bunda dan kakak masih menyembunyikan sesuatu ya? Sebelum tante Farida meninggal, tante Farida mengira Kirana adalah bunda. Tante Farida berteriak histeris dan menyuruh bunda biar lari bawa Kirana pergi, menyuruh bunda menyelamatkan nyawa Kirana," Kirana menghela nafasnya, mengisi paru-parunya dengan udara,"bunda ingatan Kirana itu benar kan?! Ada pembunuh yang mengejar Kirana?! Apa ini ada kaitannya dengan ketidakhadiran bunda di pemakaman tante Farida?!"

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang