RENJANA 35

147 10 1
                                    

[CHAPTER 35 - SPECIAL CHAPTER SEPUCUK SURAT CINTA]

Happy Reading

"Namanya tak kalah cantik Ma. Kirana Seruni Abhinandar, di panggil Kirana atau Rana," kata Farhan, tangannya tergerak menyuapi mamanya sepotong apel.

"Kirana? Rana?" gumam Farida. Seketika ekspresi wajah Farida berubah, Farhan yang menyadari itu berdiri hendak memeluk mamanya untuk menenangkan. Tapi tangan Farida lebih dulu menghempas garpu dan piring di tangan Farhan, membuat piring terlempar dan terjatuh lalu pecah berkeping keping di lantai.

Beberapa petugas rumah sakit memasuki ruangan Farida, melihat keadaan ruangan yang sudah kacau, pecahan kaca berserakan di lantai.

"Nyonya Farida," Seorang petugas perempuan menahan tubuh Farida.

"Melody, Ini Melody?" Farida menggenggam kedua lengan Kirana. Melihat tepat pada mata Kirana.

"In-ini Kirana tante,"

Kirana itu mirip dengan bundanya, dari bentuk mata, hidung dan mulut semua mirip Melody, maka tak heran jika Farida mengira dirinya adalah Melody.

Tiba-tiba tangan Farida mengerat menggenggam tangan Kirana kuat. Sorot mata Farida juga berubah.

"MELODY LARI SELAMATKAN DIA!"

"LARI SELAMATKAN ANAKMU!"

"CEPAT LARI DIA AKAN MEMBUNUHNYA!"

Teriak Farida, tubuhnya ditarik paksa kembali untuk tidur di brankar. Tapi Farida memberontak tanganya masih meraih-raih Kirana.

Farhan masih terdiam, kaget dan syok. Dia sedikit janggal dengan perkataan yang Farida ucapkan barusan.

"LARI MELODY. CEPAT LARI MELODY."

Kirana berdiri lalu tubuhnya seketika lemas dan terjatuh di lantai. Siapa yang mengejar bundanya? siapa yang akan membunuhnya?

Melihat itu Farhan menghampiri Kirana, menolong Kirana untuk bediri kembali. Perkataan mamanya pasti berdampak pada Kirana, gadis di depannya ini gemetar, menatap kosong lantai ruangan.

"Ayo keluar dulu," Farhan menuntun Kirana keluar dari ruangan, mendudukan Kirana pada bangku di depan ruangan.

Farhan berlari mengambil sebuah gelas yang berisi air untuk Kirana.

"Minum dulu," Farhan menyodorkan gelas itu pada Kirana tapi Kirana tak kunjung menerima itu.

"Saya sudah meretas mobilnya, saya bersama rekan saya akan mengikuti mobil itu dari jarak dekat untuk mengendalikanya, dan saya pastikan semua yang ada di mobil itu akan mati,"

"Rupanya Kirana, anak kecil itu mendengar rencana kita. Pastikan anak itu juga ikut bersama Arga,"

Kirana meremas rambutnya, ingatan itu kembali mengganggu kepalanya. Kenapa dengan Farida, siapa yang akan membunuhnya, kenapa semua terasa menyambug dengan ingatan Kirana tempo hari. Ada orang yang mengincar dirinya.

"Kirana,"

"Kirana,"

Farhan memeluk Kirana,
"Gak usah dipikir, mama Farida sering seperti itu,"

"Ada yang mau bunuh gue Far," gumam Kirana.

"Gak ada yang mau bunuh lo, Na. Lo gak punya musuh, juga gak ada alasan buat bunuh lo."

"Ini sama seperti di ingatan gue Farhan. Ada yang berniat membunuh ayah Arga dan gue. Ayah udah meninggal tapi gue belum, dan pembunuh... pembunuh itu ngejar gue Farhan, gue harus gimana... gue harus lari kemana..." Kirana menangis di pelukan Farhan.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang