一部: One

9.4K 724 36
                                    

ꉂ ⫹⫺ꜛillness (n.)

⌗。 a disease or period of sickness affecting the body or mind.

⌗。 blurry hospital visits, frequent doctor appointments.

⌗。 wishing for something different.

────────────── ・ ・ ・ ・ ⓐ✦

Rumah sakit merupakan tempat yang menyebalkan untuk Jaemin di sore hari.

Sementara alam terbuka dengan terang dan ceria tanpa beban, rumah sakit terlihat begitu suram dan abu-abu. Tidak memiliki warna atau perasaan sama sekali.

Semua itu memuakkan, pikir Jaemin. Dia harus duduk di kursi hijau pucat yang kaku dan berpura-pura memainkan ponselnya padahal jelas-jelas ponselnya mati karena kehabisan daya.

Dia melirik gadis kecil yang tengah tersenyum di samping dirinya bersama sang ibu yang tampak berusaha menyembunyikan air mata di balik tisu.

"Selanjutnya, silahkan!" Wanita di konter mengatakan dengan suara monoton yang lelah. Butuh waktu satu detik bagi Jaemin untuk menyadari bahwa itu adalah gilirannya, jadi dengan canggung ia memasukkan ponsel di tangan kedalam saku celana trainingnya.

Sial, tangannya sedikit gemetar.

"Aku di sini untuk melihat ibuku." Jaemin tersedak, suaranya pasti terdengar bergetar sekarang. “Namanya Akane- uh, Hanami Akane aku putranya.. Hanami Jaemin.”

Jaemin ingin menyusut dan mati begitu saja saat keheningan memenuhi sekitarnya. Wanita di depannya tampak mengetik di keyboard komputer, satu-satunya yang dapat menarik perhatiannya.

Dari kejauhan Jaemin bisa mendengar suara obrolan, barang jatuh, juga seseorang yang tengah menangis. Jaemin berjanji jika setelah ini dia tidak akan pernah pergi ke rumah sakit lagi.

"Tanggal lahir?" wanita itu bertanya, dan Jaemin tersentak sedikit. Ia melangkah mundur sebelum memaksa dirinya untuk bernapas.

“... 13 Agustus,” Dia hanya sedikit malu dengan kenyataan bahwa dirinya harus menyebutkan tanggal lahirnya. "2000."

Wanita di depannya hanya mengangguk sambil tersenyum padanya dengan mata lelah, ia menunjuk ke sisi kirinya. "Kamar nomor 208." Dia berkata, membaca dari layar komputer.

“kamarnya berada di sisi kananmu. Jam berkunjung berakhir pukul 7." Jaemin hanya membungkuk, menggumamkan 'terima kasih' dengan cepat dan bergegas menuju kamar nomor 208.

Di lorong dia bisa mendengar suara monitor jantung dengan jelas. Sambil berbisik panik, Jaemin semakin mempercepat langkahnya menyusuri lorong.

Begitu sibuk dan memabukkan, pikir Jaemin. Bau obat-obatan menusuk indra penciumannya dan Jaemin hampir tidak bisa bernapas saat dia membuka pintu kamar nomor 208 yang ada di depannya.

Dia terengah-engah saat melihat ke atas ─ menatap ibunya yang duduk di atas ranjang rumah sakit.

Setelah beberapa saat dia berbalik, Jaemin ingin melarikan diri dan tidak pernah melihat ke belakang. Ada kantung tebal di bawah mata ibunya, dan meskipun dia mencoba tersenyum manis pada Jaemin, ada rasa lelah yang jelas terlihat dari senyumannya. Tidak ada lagi cahaya di matanya.

Jaemin tidak ingin menatapnya; dari senyumannya, matanya hingga nasal kanula yang terpasang di hidung sang ibu. Dari monitor jantung yang berbunyi tidak menyenangkan di samping tempat tidur, hingga rambutnya yang mulai memutih ─ Jaemin tidak ingin melihat semua itu, karna baginya itu sangat menyakitkan untuknya.

[三]Everything Stays | Jaemren✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang