ꉂ ⫹⫺ꜛ promise (v.)
⌗。 assure someone that one will definitely do, give, or arrange something; undertake or declare that something will happen.
⌗。 Jaemin's never been good with them.
⌗。 he's trying, though.
⌗。 he's been trying a lot lately.
────────────── ・ ・ ・ ・ ⓚ✦"Selamat ulang tahun, Renjun." kata Jaemin saat dia membuka pintu ruangan Renjun. Ia berjuang untuk menahan semua yang memenuhi tangannya sekaligus saat Renjun begitu berbinar, mengeluarkan jeritan terkejut saat melihat semua itu.
"Ja-Jaemin!" Dia tertawa keras. "Ada apa ini?!"
"Kau bilang jika kau ingin merayakan ulang tahunmu, karna mungkin kita tidak bisa menunggu sampai bulan Maret tahun depan karena itu- karena itu aku.." Kata Jaemin dengan sangsi.
"Aku tahu ini tidak seperti yang kau lakukan untukku, maafkan aku. Aku hanya, agak.. berusaha membantu..?" Jaemin melihat sekeliling ruangan, berjalan ke arah meja dan meletakkan kue ulang tahun yang dibuat Seulgi juga beberapa kantong roti berisi muffin di sana.
Renjun melirik ke arah tangan kiri Jaemin dan menatap tak percaya dengan apa yang di bawanya, sebuah buket bunga matahari! Jaemin melirik ke arah tangannya saat Renjun sudah melihatnya, ia berdiri dengan canggung sambil mengalihkan pandangnya ke manapun asalkan bukan pada Renjun, "Kau tahu... aku ─"
Renjun mengigit bibirnya berusaha menyembunyikan senyumannya dan Jaemin tidak menyangka jika air mata mulai mengalir dari mata turun ke pipinya dan menetes dari dagu Renjun.
"S-sial, maaf aku membuatmu menangis 一"
"Terima kasih, Jaemin." Renjun berbisik pelan, menyengir lebar saat dia melihat semua yang di siapkan oleh Jaemin. "Terima kasih banyak." itu adalah ucapan tulus yang berasal dari hatinya.
Jaemin meletakkan buket bunga yang ia bawa di atas meja, ia melirik ke arah Renjun yang tengah berusaha mengangkat tangan kanannya dengan susah payah. Jaemin yang melihat itu tersenyum tipis dan menghampiri Renjun.
"Jaemin," panggil Renjun saat Jaemin berdiri tepat di dekatnya.
Perlahan, Jaemin menunduk dan mencondongkan tubuhnya dan memeluk tubuh Renjun dengan erat. Sedikit mengangkat tubuh yang lebih kecil dan menenggelamkan wajahnya di punggung Renjun, membuat sang empu menangis tersedu-sedu.
"Terima kasih, terima kasih, terima kasih." Renjun semakin menangis, dia ingin sekali membalas pelukan Jaemin, tapi tangan sialannya tidak bisa di gerakan sama sekali.
Jaemin diam-diam meremas bagian belakang kemeja Renjun, berpura-pura tidak menyadari betapa kurusnya tubuh Renjun, tapi Jaemin mencoba untuk tersenyum. "Sama-sama, Renjun."
Setelah beberapa saat, mereka menjauh dan Renjun menatap kuenya dengan lapar. "Bisakah kita..."
"Tentu saja. Seulgi membuatnya khusus untukmu." Jaemin membawa piringnya, dan Renjun langsung melahap setengahnya dalam satu menit. Tentu dengan di bantu Jaemin yang menyuapinya.
"Seharusnya aku sudah tahu kau akan memakannya seperti ini." Jaemin menyatakan dengan lelah, ia meraih kantong muffin dan mengambil satu untuk dirinya karena bagaimanapun dia belum makan siang.
"Jaemin." Bisik Renjun, membuat Jaemin yang sedang memakan muffinnya mendongak.
"Kau tahu, kita perlu- untuk- uh ..." Dia berhenti untuk bernapas. Jaemin benar-benar mulai membenci bunyi monitor jantung yang ada di sebelahnya serta nasal kanula di hidung Renjun. Jaemin baru menyadari, sejak kapan Renjun membutuhkan alat bantu napas?
KAMU SEDANG MEMBACA
[三]Everything Stays | Jaemren✔
Fiksi Penggemar[Complete] •Everything stays (but it still changes) Jaemin bertemu dengan Renjun di ruangan 208, ruangan dimana ibunya menghembuskan napas terakhirnya. WARN⚠ 📎 Content Boys Love 📎 Alternative Universe 📎 Out of Character 📎 Typo(s) 📎 Etc. REMA...