Sudah tiga hari sejak Renjun pergi meninggalkan dunia. Dalam rentang waktu tiga hari itu, Jaemin tidak bisa tidur semudah dulu.
Pada malam pertama, Jaemin menolak untuk tidur karena takut jika dirinya tidur maka semua tentang Renjun akan menghilang darinya. Dua malam setelahnya dia benar-benar berusaha untuk tidur, meskipun setiap kali dirinya tertidur dia akan terbangun karena sebuah mimpi aneh dan itu membuatnya terjaga di tengah malam. Biasanya setiap kali Jaemin terbangun di tengah malam, ia akan menelpon Renjun dan dengan senang hati pemuda yang lebih kecil akan terus mengoceh sampai membuatnya mengantuk.
Untuk menggantikan semua itu, Jaemin biasanya akan melihat-lihat percakapan yang dia bagikan dengan Renjun sebelumnya. Dia akan menggulir ke atas sampai teks pertama, lalu menggulir ke bawah lagi, berharap sebuah pesan muncul di sisi kiri bawah layar. Tapi selalu dia tidak menerima apapun.
Malam itu tidak ada yang berbeda, karena Jaemin mengulangi tindakannya untuk kedua puluh kalinya pada hari itu. Ibu jarinya menggulir ke atas dan ke bawah selama beberapa menit sampai akhirnya dia berhenti. Alih-alih mematikan ponselnya dan memaksakan diri untuk tidur, Jaemin justru hanya menatap layar ponselnya dengan penuh harap dan membaca pesan terakhir yang dikirim Renjun padanya.
Renjun (Dikirim pada 02.15, 23 Oktober):[Hei! Jaeminn!!! Apakah kau terbangun?]
[Ya, benar. Kenapa?]
[Aku tidak bisa tidur karena terlalu senang, kau benar-benar akan datang besok kan?!]
[Kenapa kau sangat senang? Bukannya aku selalu mengunjungimu setiap hari.]
[Aku tahu! Kau tidak pernah melewatkan satu hari pun...]
23 Oktober pukul 3:45 pagi
[Kau mungkin tertidur. Maaf karena selalu menganggu waktu tidurmu. Tidur nyenyak, Jaemin! Sampai bertemu lagi.]Jaemin mengerutkan kening dan merasakan sakit yang familiar menusuk dadanya. Dia membaca ulang 'Tidur nyenyak, Jaemin!' dan menghirup napasnya lelah.
"Aku sudah mencobanya..."
Dia tidak bisa memaksa dirinya untuk membaca tiga kata terakhir dari teks itu dan memutuskan untuk mematikan ponselnya. Jaemin meletakkannya di meja dekat sisi tempat tidurnya dan membenamkan dirinya ke dalam selimut. Dia menarik napas dalam-dalam, ia bisa mencium bau tubuh Renjun di selimut yang ia pakai(itu adalah selimut yang sama yang mereka gunakan saat Renjun menginap).
Jaemin mencoba merilekskan dirinya di atas kasur dan memejamkan mata, dia menguap tanpa daya. Jaemin hanya berharap malam ini tidak akan ada mimpi buruk seperti biasanya.
Yang dia inginkan hanyalah bertemu Renjun lagi, meski hanya sesaat.
Malam itu, dia memimpikan malam pertama Renjun datang ke rumahnya. Dia memimpikan bagaimana Renjun begitu menikmati kue yang di buat oleh Seulgi, saat mereka berbagi pelukkan di kamar mandi dan bagaimana dia menggendong Renjun malam itu untuk membantunya tidur.
Pada satu titik dalam mimpinya, Jaemin melihat keluar jendela. Langit malam tiba-tiba menjadi biru pucat, dan cahaya oranye hangat matahari perlahan menyebar ke cakrawala. Dia menoleh perlahan untuk melihat Renjun, dan mengawasinya saat dia berbaring di sampingnya, di dalam pelukannya. Jaemin menyebut namanya, dan Renjun terbangun. Renjun menoleh dan bertemu dengan tatapan Jaemin dengan mata lelah juga wajahnya yang menirus.
Renjun tersenyum, menguap dan mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Jaemin dan berlanjut menyentuh rambut pemuda yang lebih muda darinya beberapa bulan.
Sinar matahari masuk ke dalam ruangan, mengalir di sepanjang dinding dan lantai, dan membuat bayangan di sekeliling. Itu menyinari wajah Renjun yang berada di bawahnya sehingga membuat Jaemin bisa melihat betapa cantiknya wajah Renjun saat ini. Jaemin merasakan detak jantungnya bertambah cepat, dan tenggorokannya menegang saat penglihatannya kabur. Renjun terlihat begitu berseri-seri padanya dengan senyuman secerah matahari yang biasa ia lihat.
Jaemin merasakan telapak tangan hangat Renjun membelai sekeliling wajahnya, Jaemin hanya dapat terdiam menatap ke arah Renjun dengan mata berkaca-kaca.
Renjun menarik tengkuk Jaemin dan menyentuhkan dahinya ke dahi Jaemin. Ia bisa melihat dengan sangat jelas ketika mata rubah itu terpejam dengan anggun, ia bahkan tak berkedip sedikitpun hanya untuk menangkap pemandangan indah di depannya.
Renjun yang Jaemin temui saat ini sangat berbeda dengan Renjun yang biasa ia temui di rumah sakit, pemuda manis itu terlihat puluhan kali lipat lebih cantik dari yang biasa Jaemin temui.
"Aku menemukanmu." bisik Renjun lirih, suaranya terdengar sangat halus dan mendayu di telingga Jaemin. Tanpa sabar, Jaemin menarik tubuh mungilnya kedalam pelukannya.
Menimbulkan tawa lembut dari Renjun.
"Aku merindukanmu- tidak, aku mencintaimu Huang Renjun. Aku juga mencintaimu, sangat." bisik Jaemin yang hanya di balas senyuman oleh Renjun. "Aku tahu. Tanpa kau memberitahunya, aku tahu." balas Renjun menenggelamkan wajahnya pada dada Jaemin, membiarkan yang lebih muda untuk menciumi puncak rambutnya.
-E N D-
[Note] Ending yang membagongkan wkwk. Btw itu cuma mimpi Jaemin ya yg ketemu Renjun. Kan Renjun udah janji sama Jaemin kalau dia bakal cari cara buat nemuin Jaemin walaupun udah ga ada, inget di chap sebelumnya kan? jadi begitu🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
[三]Everything Stays | Jaemren✔
Fanfiction[Complete] •Everything stays (but it still changes) Jaemin bertemu dengan Renjun di ruangan 208, ruangan dimana ibunya menghembuskan napas terakhirnya. WARN⚠ 📎 Content Boys Love 📎 Alternative Universe 📎 Out of Character 📎 Typo(s) 📎 Etc. REMA...