一部; eight

1.5K 284 8
                                    

ꉂ ⫹⫺ꜛ loneliness (adj.)

⌗。 the fact of being without companions; solitariness

⌗。 fireworks in the distance, a want to fall
  ────────────── ・ ・ ・ ・ⓗ ✦

Jaemin merasa seperti terjebak di dalam mimpi yang membuatnya tidak bisa terbangun. Dia sesuai dugaan, kembali menjadi dirinya yang dulu, pendiam. Dia hanya bicara dengan Seulgi saat kakaknya memprovokasi dirinya.

Dia hanya berbicara sekenannya setiap kali guru dan teman-temannya mengajaknya bicara. Tidak ada lagi yang dapat mempengaruhinya, begitu juga dengan 'sepengetahuannya' tentang Renjun dan kamar 208. Dia tidak bisa memaksa dirinya untuk berkunjung lagi sampai hari ini, dia benar-benar tidak bisa.

Sekitar pukul 8 malam, tanggal 31 Agustus. Jaemin di ajak Seulgi menuju ke bagian kota yang dekat dengan perairan. Di mana semua orang berbaur dan mengobrol seolah mereka saling mengenal satu sama lain. Ada iringan musik, banyak anak-anak memegang kembang api dengan kagum, juga stand makanan hangat yang ada di sepanjang jalan yang sedang disiapkan.

Ini adalah festival kembang api Akagawa, biasa di adakan setiap tahunnya pada Minggu ketiga-keempat di bulan Agustus. Jaemin melihat ke suatu tempat di seberang air untuk melihat sebuah bangunan yang dia anggap sebagai rumah sakit. Menemukan jendela kamar Renjun dalam tampilan yang hampir sama dari pemandangan yang biasa ia lihat.

Pukul 10 malam ketika kerumunan bertambah dan tarian dimulai. Orang-orang bertepuk tangan saat banyak keluarga dan para pasangan menari mengikuti musik, terlihat begitu ceria dan bahagia. Jaemin memaksa dirinya untuk bertepuk tangan mengikuti irama. Seulgi bergabung dan meraih lengannya, menyeret Jaemin ke dalam simfoni, bergerak dan menari diiringi dengan musik.

Jaemin bukan yang terbaik dalam menari, sebenarnya salah satu yang terburuk, tapi Seulgi selalu membimbingnya, ia tertawa main-main saat dirinya tak sengaja tersandung tapi kemudian kakaknya membawanya kembali dengan cepat. Itu semua mengingatkannya saat mereka masih anak-anak.

"Berhenti mengkhawatirkannya." Seulgi berbisik kepada Jaemin ketika musik berhenti. "Dia akan baik-baik saja." Seulgi tersenyum saat musik kembali dinyalakan, dan kemudian Jaemin diseret bersamanya sekali lagi, menghindari anak-anak yang dengan senang hati menari tanpa peduli sekitar, juga orang-orang dewasa yang saling memandang dengan penuh kasih.

Lagu berakhir, dan Jaemin merasa terengah-engah karena diseret dengan begitu bodoh oleh sang kakak. Tetapi senyum yang tercetak di wajah saudara perempuannya hampir sepadan dengan rasa lelahnya.

Sekarang pukul 11, saat Seulgi berteriak karena terkejut melihat teman yang sangat dekat dengannya. Mereka membicarakan apa saja yang merupakan hal-hal yang tidak ingin Jaemin dengar.

Alih-alih mendengarkan, Jaemin melihat ke air lagi. Melihat bagaimana bangunan-bangunan itu memantul samar-samar dari permukaan, dan matanya mengarah pada jembatan di sisinya kanannya, begitu tinggi dan juga besar. Mata Jaemin sedikit berbinar dan dia dengan cepat pergi ─menghilang dari pandangan saudara perempuannya.

Jembatan itu sebenarnya cukup dekat dari tempat Jaemin berada. Terbukti sekarang ia tengah berdiri di atas trotoar dan bersandar pada pagar jembatan. Jaemin melihat ke arah langit saat para pengendara 'bersiul' pada pengendara lain di didepan mereka.

Bulan sangat cerah, hanya saja bersembunyi di balik awan. Persetan dengan apa yang orang lain katakan; ini adalah tempat untuk melihat kembang api yang sempurna.

Ponselnya menunjukkan pukul 11:30 saat Jaemin melihat dari balik pagar ke air di bawahnya. Tenang, deras dan keruh 一juga jarak yang menakutkan jika di lihat dari atas jembatan. Lututnya sedikit gemetar, dan otaknya memikirkan kemungkinan yang luar biasa.

[三]Everything Stays | Jaemren✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang