一部: two

3.3K 497 61
                                    

ꉂ ⫹⫺ꜛfriendship (n.)

⌗。 a state of mutual trust and support between allied nations.

⌗。 familiarity, manga volumes, phone numbers.

⌗。 ignoring the issue at hand.

  ────────────── ・ ・ ・ ・ ⓑ✦

"Kau datang lagi!" Renjun begitu antusias saat Jaemin menutup pintu di belakangnya, Jaemin tersenyum tipis menjawabnya, "Kau! Uh-sial, apa itu- Jaemin?” tanya Renjun pada Jaemin ketika melihat bungkusan di tangannya.

"Senang kau bisa mengingat namaku." ujar Jaemin menghela napas, dan mendudukkan dirinya di bangku samping tempat tidur.

“kau masih di sini untuk magang?” tanya Renjun, memiringkan kepalanya ke kiri.

“Itu yang ku katakan pada ayahku, tapi yah sebenarnya aku datang hanya untuk mengunjungimu." ujarnya membenarkan letak tas punggungnya di sandaran kursi.

“Ah, kau merindukanku? wah aku tersanjung." Renjun berseru dengan nada cerianya seperti biasa dan Jaemin hanya dapat menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan tingkah laku Renjun. "Sudah berapa kali? Dua?" tanya Jaemin yang langsung di ralat Renjun, "tiga."

Renjun terkikik dengan jawabannya dan menoleh ke arah Jaemin, “kau secara resmi telah mengunjungiku lebih dari siapa pun yang aku kenal. Selamat!"

"Ayahku memaksaku kembali ke sini, jadi kupikir tidak masalah aku datang mengunjungimu." Jaemin melihat sekeliling ruangan. Tidak ada yang benar-benar berubah; tidak ada tabung oksigen baru juga tidak ada mesin baru. Itu sedikit menenangkan hatinya, mengetahui kondisi Renjun masih stabil, terlepas dari dia yang tidak tau apa penyakit Renjun.

“Bagaimana kabarmu?” tanya Renjun, jujur ia masih tertarik dengan kantung plastik yang di bawa oleh Jaemin tadi, entah dimana Jaemin meletakkannya sekarang.

Mata Jaemin menyipit melihat gelagat Renjun yang seperti tengah mencari sesuatu, “apa yang kau cari? kau kehilangan sesuatu?" tanyanya yang di jawab gelengan cepat oleh Renjun.

Jaemin tersenyum tipis dan mengambil sesuatu dari bawah ranjang Renjun —oh itu adalah kantung plastik yang membuat Renjun penasaran dengan isinya. Jaemin mengangkat kantung berukuran lumayan besar itu dan memberikannya kepada Renjun. Renjun menatap pemuda itu bingung, lalu membuka isi kantung plastiknya dan terkejut. Ia menatap Jaemin tidak percaya, "kau membelikanku alat lukis?" Jaemin mengedikkan bahunya acuh merasa jika tidak perlu menjawab pertanyaan Renjun.

Renjun tersenyum sambil mengeluarkan satu per satu alat lukis yang ada di dalam kantung plastik di tangannya. Ia menatap Jaemin dan tersenyum begitu lebar, "Terima kasih Jaemin!" Jaemin tersenyum tipis dan mengangguk singkat sebagai balasan.

"Kau menyukainya?"

"Sangaaaaaaaattttttt suka." jawab Renjun masih dengan senyum lebar di kedua sudut bibirnya, membuat Jaemin yang melihat itu tidak bisa untuk tidak tersenyum.

“Nah, bagaimana kabarmu?” Renjun bersiul. “ini sudah jam pulang sekolah, kan? Ne ne Hanami-kun, Apakah kau populer di sekolah? Apakah kau mendapat nilai bagus? Apa kau punya teman? Ooh, apakah kau juga punya pacar?” rentetan pertanyaan itu Renjun ajukan dan agaknya membuat Jaemin sedikit kesal apalagi mendengar nada bicaranya yang terdengar seperti mengejek.

Mata Jaemin menyipit, “berhenti menggodaku dan tolong panggil aku dengan Jaemin saja. Kau membuatku canggung." Jaemin mengaku, membuat Renjun sedikit terkejut dan memiringkan kepalanya (lagi-lagi) "haha hanya bercanda, jadi apa jawabannya?"

[三]Everything Stays | Jaemren✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang