ꉂ ⫹⫺ꜛ downhill (adv.)
⌗。 into a steadily worsening situation.
────────────── ・ ・ ・ ・ ⓖ✦Pada akhirnya semua rencana yang sudah di susun oleh Jaemin dan Renjun untuk menikmati liburan musim panas harus di batalkan karena kondisi Renjun yang secara tiba-tiba memburuk. Pada hari ke 3 Renjun harus kembali ke rumah sakit karena mengalami batuk yang cukup parah dan tangan kirinya yang tak berhenti bergetar. Itu membuat Jaemin merasa bersalah, meskipun Renjun sudah memberitahu jika dirinya baik-baik saja dan Jaemin tidak perlu merasa bersalah atas kondisinya.
Jaemin baru menjengguk Renjun pada tanggal 22 Agustus, tepat pada hari ketiga Renjun masuk rumah sakit. Sayangnya Jaemin harus menelan kekecewaan karena ketika dirinya tiba di rumah sakit ia tidak di ijinkan untuk masuk ke dalam ruangan Renjun oleh perawat.
"Kenapa aku tidak bisa bertemu dengannya?" dia bertanya pada seorang perawat sambil memegang kantong roti kesukaan Renjun dengan erat. "Apakah dia baik baik saja?"
"Dia baik-baik saja." Perawat mencoba meyakinkannya, tapi Jaemin hanya menyipitkan matanya.
"Jika dia benar-benar baik-baik saja, biarkan aku menemuinya." Jaemin melangkah mundur. "Apa -sial, apakah kondisinya semakin memburuk?" napasnya menjadi lebih cepat, mulai memikirkan hal-hal yang negatif. Mungkin dia kehilangan penglihatannya, mungkin, mungkin, mungkin…
"Kami tidak bisa memberikan informasi tentang itu." Perawat itu bersikeras lagi. "Tolong, kunjungi Renjun-san lain kali." Dia memohon, memaksa Jaemin untuk mengundurkan diri.
"O-oke." Jaemin menghembuskan napas panjang lalu berbalik dan berjalan keluar rumah sakit sambil memasukkan roti yang dibawanya ke dalam tas dan mengambil waktu untuk berjalan pulang saat matahari mulai terbenam.
Jaemin berkunjung lagi pada tanggal 25, para perawat menatapnya dan melirik sekilas saat dirinya berjalan menuju kamar 208. Dia merasa berat hati tanpa alasan tertentu. Belakangan ini dia dipenuhi rasa takut dan ketidaksukaan akan hari esok.
Ketika dia membuka pintu di depannya, Jaemin bertemu dengan kekuatan sinar matahari yang tak terbendung yaitu Renjun, yang tengah tersenyum bahagia kearahnya, tapi ada sesuatu tentang senyumannya yang tidak sampai ke mata indahnya. Itu pasti terkait dengan gips yang dipasang di lengan kirinya.
"Mereka memberitahuku bahwa kau mencoba masuk." Renjun berkata setengah hati, menatap langit-langit kamarnya. "Dan mereka tidak memberikanmu ijin?"
"Tidak." Jaemin mengakui.
"Mereka menitipkan maaf padaku untukmu." kata Renjun setelahnya.
Jaemin hanya menghela napasnya dan melirik ke arah lengan kiri Renjun yang begitu menganggu dirinya sejak Jaemin masuk kedalam kamar rawatnya. "Apakah -apakah itu terkait dengan…"
"Ya." Renjun melihat lengan kirinya dengan emosi yang aneh- mungkin tidak nyaman?
"Untuk sementara ini terasa aneh, sungguh. Tanganku gemetar dan tidak bisa memegang benda atau apapun. Aku hanya ... tidak ingin memberi tahu siapa pun." ujar Renjun lirih masih menatap pada lengan kirinya.
"Kau- sejak kapan?" tanya Jaemin yang saat ini berdiri tepat di samping ranjang Renjun.
"Menurutku itu sejak sebulan yang lalu 一tanganku akan mulai gemetar entah karena apa dan aku harus memegangnya agar berhenti." Renjun melihat ke sebuah cangkir di atas meja samping ranjangnya. "Kemudian ketika aku mencoba memegang cangkir air itu, rasanya sakit dan aku menyadari apa yang terjadi.""Jadi ... ulang tahunku.." Jaemin menyilangkan lengannya. "Juga saat bermain voli kau mengoper 一"
"Itu berbeda, karena setidaknya aku punya dua tangan untuk menopang dan melemparkannya." Renjun bersikeras, tapi Jaemin tahu dari wajahnya bahwa dia hanya mengatakan itu untuk membuatnya merasa lebih baik. "Itu 一itu hanya terasa sedikit sakit, itu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
[三]Everything Stays | Jaemren✔
Fanfiction[Complete] •Everything stays (but it still changes) Jaemin bertemu dengan Renjun di ruangan 208, ruangan dimana ibunya menghembuskan napas terakhirnya. WARN⚠ 📎 Content Boys Love 📎 Alternative Universe 📎 Out of Character 📎 Typo(s) 📎 Etc. REMA...