19. I can't Leave You

1.8K 148 24
                                    


"Taehyung" Jimin hendak berlutut di hadapan pria itu, memohon maaf atas dosa yang pernah ia perbuat bersama Jungkook sebelumnya. Jimin memang bodoh, tidak cukup pandai untuk menolak ajakan Jungkook waktu itu terlebih di dalam lubuk hatinya yang paling dalam  sebenarnya Jimin masih sangat mencintai pria itu

"Berdiri, tidak baik orang hamil sepertimu melakukan hal seperti ini. Apa kau mau terjadi sesuatu pada bayimu dan juga Jungkook."

Jimin menggelengkan kepalanya. Untuk sesaat rasa kasihannya pada bayi yang ada di dalam kandungannya tiba-tiba menghilang begitu saja. Apakah mungkin ini semua karena kehadiran Taehyung? Apa benar perasaannya pada pria itu saat ini sepenuhnya adalah cinta atau justru hanya rasa kasihan saja. Jimin masih belum tahu jawabannya.

"Cepat beritahu, Jungkook. Katakan padanya sebelum terlambat. Karena yang aku dengar sebentar pria itu akan menikah." Taehyung menuntun Jimin untuk berdiri dan kemudian mengusap air mata di pipi pria itu. . Walaupun saat ini perasaan Taehyung sedang terluka tapi ia yakin jika perasaan Jimin jauh lebih terluka bila di bandingkan dengan dirinya. Ia mengandung anak dari pria yang sudah memiliki calon istri dan sebentar lagi akan menikah.

Tidak menutup kemungkinan jika Pria itu sendiri bahkan tidak mengingat jika mereka berdua pernah melakukan hal itu sebelumnya apalagi menurut pengakuan Jimin, saat itu Jungkook sedang dalam keadaan mabuk berat.

"Tidak! aku tidak akan memberitahukannya, Taehyung."

Jimin menepis tangan Taehyung yang berusaha membawanya pergi menemui Jungkook. Jimin hanya tidak ingin menjadi penghalang bagi kebahagiaan pria itu lagi, biarkan saja Jungkook menikahi Jieun dan ia yang mengurus bayi ini sendirian.

Jimin sempat berencana sebelum hari pernikahan Jungkook tiba, ia harus meninggalkan kota ini. Pergi jauh, kemanapun itu asalkan ia tidak lagi melihat wajah Jungkook. Karena yang terpenting bagi Jimin saat ini adalah melihat pria itu hidup bahagia dengan gadis pilihannya dan bukannya ia malah merusak rencana baik itu  dengan kabar kehamilan dirinya.

Jungkook harus  bahagia dan untuk mewujudkan semuanya  Jimin akan rela melakukan apa saja.

Bahu mungilnya di guncang pelan membuat lamunan Jimin seketika buyar "kenapa kau tidak ingin memberitahu, Jungkook. Katakan padaku apa alasannya?" Jimin mengelus perutnya dan kemudian menjawab pertanyaan pria itu dengan suara yang lantang. " aku tidak ingin merusak kebahagiannya, Taehyung. Dia sudah cukup lama menderita karena aku." Taehyung hanya bisa menggelengkan kepala karena saking kecewanya ia mendengar pengakuan Jimin.

"Kenapa kau hanya memikirkan kebahagiaan orang lain.  Lalu, bagaimana dengan kebahagiaanmu sendiri, huh? Apa kau juga tidak ingin bahagia, begitu?"

Jimin meremat ujung kemeja hitam yang ia kenakan. Sebenarnya ia ingin sekali meneriaki pria di depannya, mengatakan jika ia juga menginginkan kebahagiaan yang sama seperti yang di rasakan oleh Jungkook saat ini tapi entah kenapa semua kata-kata itu  tidak bisa keluar dari mulutnya dan yang tersisa hanya kebohongan semata.

"Tidak, siapa bilang aku menginginkannya. Lagipula untuk apa aku memberitahu Jungkook  jika aku bisa mengurusnya sendirian" ucap Jimin dengan tegas walaupun terselip keraguan di dalam ucapannya itu.

Dinding pertahanan yang telah di bangun Taehyung dengan kokoh dalam sekejap runtuh begitu saja. Tangisannya pecah bersamaan dengan Jimin yang kini menitikkan air mata di pipinya.

"jika kau tidak ingin memberitahu Jungkook, tidak apa-apa. Aku tidak akan memaksamu. Tapi jangan katakan jika kau ingin melakukan semua ini sendirian karena sekarang kau punya aku. Kita berdua akan merawatnya, kau mau kan?" mendapatkan anggukan dari pria itu membuat Taehyung jadi bersemangat dan langsung mencium Jimin.



[End] My Step Brother Is My Love (Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang