12. Painful Love

2.1K 173 41
                                    





"sepertinya kau mabuk, bagaimana kalau kita pulang sekarang?" Bisik Taehyung pada Jimin yang tertidur di atas meja. Terhitung sudah satu jam lebih semenjak pertengkarannya dengan Jungkook.


Jimin menggelengkan kepalanya. Berusaha bangkit dari tempat duduknya namun nyatanya ia tak mampu untuk melakukannya. Jimin minum terlalu banyak hingga membuatnya jadi kesulitan untuk menjaga keseimbangan tubuh.


Jimin membuka mata dan mengedarkan pandangan ke arah sekeliling. Semua benda yang ada di dekatnya seketika berputar. Sebenarnya Jimin tidak terlalu suka minuman beralkohol tapi karena saat ini ia sedang banyak pikiran jadilah ia memilih untuk menghabiskan beberapa gelas bir malam ini.

"tolong bawa aku kemana saja asalkan jangan ke rumah. Aku sedang tidak ingin bertemu dengannya, Taehyung."


Jimin menangis sambil meremat rambut coklatnya hingga membuat beberapa helai di antaranya gugur dan jatuh ke atas meja.Taehyung merasa sedih melihat keadaan Jimin yang seperti namun tetap saja semua itu bukan menjadi prioritas utamanya melainkan ada hal lain yang ingin ia capai selain itu.


"bagaimana kalau kita ke apartemenku saja? kebetulan apartemenku memiliki dua kamar jadi kau bisa menempatinya untuk sementara waktu."

Melihat Taehyung tersenyum membuat Jimin ikut tersenyum juga. Bagi Jimin, Taehyung adalah pria yang baik namun sayangnya itu semua masih belum cukup untuk membuatnya berpaling dari Jungkook.

Jimin tidak tahu harus melakukan apa lagi agar membuat semua kenangan manisnya bersama Jungkook terhapus dari ingatannya. Bohong, semua yang ia katakan pada Jungkook selama ini adalah kebohongan.


Menggantikan posisi Jungkook dengan pria lain tidak pernah sekalipun membuat Jimin merasa bahagia. Yang ada mereka hanya saling menyiksa diri satu sama lainnya.

Ada saat dimana sepasang mata mereka bertemu dan rasanya saat itu juga Jimin ingin berlari dan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Jungkook. Jimin rindu, benar-benar merindukan Jungkook tapi di satu sisi ia tidak boleh egois. Ada hati lain yang perlu mereka jaga yaitu hati ayah dan juga Ibu mereka. Kalaupun mereka kekeuh pada pendirian mereka untuk tetap menjalin hubungan pada akhirnya itu semua hanya akan membuat hati kedua orang tua mereka hancur dan Jimin sama sekali tidak menginginkan hal itu terjadi.






.

.


.






Sesampainya mereka di apartemen, Taehyung langsung mempersilahkan Jimin untuk duduk di sofa sementara ia Pamit ke belakang untuk menerima telfon dari rekan bisnisnya.


Jimin menggunakan kesempatan itu untuk melihat-lihat dekorasi apartemen pria tampan itu. Ternyata selera mereka tak jauh berbeda. Hampir sama. Beberapa kerajinan tangan yang di koleksi oleh pria itu menunjukkan bahwa jiwa seninya cukup tinggi.


"rasanya tenggorokanku benar-benar kering. Maafkan aku Taehyung karena tidak meminta izinmu untuk membuka kulkasmu terlebih dahulu. Aku berjanji akan mengambil 1 botol minuman dingin saja kok."

Jimin yang masih berada di ambang kesadaran pun mencoba untuk mencari letak dapur pria itu dan sekarang disinilah Jimin berdiri, di depan kulkas Taehyung yang di mana di dalamnya berisikan berbagai cemilan, minuman botol dan juga minuman kaleng.


Hampir semua jenis minuman yang ada di lemari pendingin pria itu pernah di coba rasanya oleh Jimin namun di antara itu semua ada satu minuman yang menarik perhatian Jimin. Wadahnya kecil dan juga bentuk botolnya unik sekali. Karena saking penasarannya Jimin langsung meminum minuman itu hanya dalam sekali tegukan.

Dahi Jimin bahkan sampai berkerut dalam setelah ia mencoba minuman aneh itu tapi karena ia sedang haus Jimin pun tidak memedulikan hal itu, karenq yang terpenting adalah rasa hausnya itu menghilang dan setelah ini ia bisa beristirahat dengan tenang.


" Kenapa kepalaku tiba-tiba sakit begini yah. Akhh... panas." Jimin menggeliat di atas sofa, ingin rasanya ia membuka habis seluruh pakaiannya itu namun ia sadar jika saat ini ia sedang tidak berada di rumahnya jadi tentu saja ia tidak boleh melepaskan pakaiannya dengan sembarangan.


"a-akhirnya kau kembali juga, Taehyung. Akh! tolong aku, Taehyung. Badanku rasanya seperti akan terbakar."

Rasa sakit di tubuhnya kian menjalar, membuat tubuh mungil itu sampai berkeringat dingin. Jimin tidak tahu penyebab dari ketidaknyamanan dirinya saat ini, apa yang sebenarnya terjadi padanya. Apa mungkin ini semua karena minuman yang tadi sempat ia minum? Entahlah karena dia sendiri pun belum pernah mencoba minuman itu sebelumnya.

"Jimin, apa yang terjadi padamu, apa kau baik-baik saja?"

Taehyung mengambil tissue di atas meja dan kemudian menghapus keringat yang menetes di pelipis pria itu. Baru kali ini Taehyung mendapati Jimin dalam keadaan seperti ini, sebenarnya apa yang baru saja terjadi pada pria mungil itu. Kenapa sekujur tubuhnya yang sampai gemetaran begitu?

"tadinya aku kehausan dan kemudian mengambil minuman yang ada di dalam kulkasmu. Aku tidak tahu minuman apa itu dan langsung saja meminumnya. B-botolnya ada di atas meja m-makan." lirih Jimin dengan suara yang terdengar berantakan.

Minuman itu benar-benar bereaksi cepat hingga membuat Jimin jadi kewalahan untuk mengatasi dirinya sendiri.


Untuk memastikannya Taehyung pun segera berlari ke arah dapur. Tidak, semoga saja dugaannya ini tidak benar dan Jimin tidak salah mengambil minuman di dalam kulkasnya. Lagipula mana mungkin Jimin salah mengenali obat perangsang itu sebagai minuman? tidak, itu tidak mungkin terjadi.



Taehyung membulatkan matanya ketika melihat botol minuman apa yang ada di atas meja makan. Ia jadi kebingungan dan tak tahu harus melakukan apa untuk kemudian menolak permintaan pria mungil itu. Tidak mungkinkan ia sampai tega membiarkan Jimin tersiksa apalagi setahunya dosis minuman itu cukup tinggi. Merutuki dirinya sendiri karena tidak seharusnya ia membiarkan Yoongi meletakkan minuman itu dengan sembarangan di dalam kulkasnya.


" ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?" ucap Taehyung sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Andai saja minuman itu tidak ada di dalam kulkas mungkin sekarang Jimin baik-baik saja. Ini salahnya, seharusnya tadi ia tidak perlu meninggalkan Jimin sendirian dalam keadaan setengah sadar. Inilah yang akan di dapatkan olehnya bila ia bertindak ceroboh sedikit saja.



"T-Taehyung, tolong lakukan apa saja. Buat rasa panas ini menghilang dari tubuhku. Hiks...Hiks... panas. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi, Taehyung."


Taehyung bisa mendengarnya dengan jelas seperti apa putus asanya Jimin saat ini. Bagaimana pria itu tetap berusaha untuk mengendalikan diri bahkan di saat posisi sedang kesulitan seperti saat ini.

"apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus mengabaikannya? t-tapi kalau pun aku membantunya apakah aku pantas untuk melakukan semuanya?"












Sementara itu Jungkook yang sedang minum bir di dalam kamarnya hampir saja oleng ke belakang dan menabrak lemari pakaian di dekatnya.

"Kenapa aku bisa segila ini hanya karena memikirkanmu, Kumohon pulanglah, Jimin."









Tbc.

[End] My Step Brother Is My Love (Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang