23. You Broke Me First

1.5K 144 35
                                    

Ibu Jungkook yang baru saja siuman langsung bangkit dari atas tempat tidurnya. Tuan Park bahkan tidak bisa menghentikan langkah Wanita itu saat pintu ruangan di depan mereka tidak di tutup, memungkinkan Ibu Jungkook untuk keluar dari ruangan tempat ia di rawat.

"Sayang, Kau baru saja siuman. Dokter bilang Kau terlalu kelelahan dan butuh istirahat yang cukup.

"Aku ingin melihat Jungkookku, kasihan sekali dia. Hiks...hiks..." Tuan Park segera memeluk Istrinya, memberikan usapan di punggungnya agar wanita itu menghentikan tangisannya.

"Aku tahu jika Kau mengkhawatirkan, Putra Kita. Tapi Kau juga butuh beristirahat. Jangan terlalu banyak pikiran karena itu akan membuat kesehatanmu jadi memburuk, Sayang." Ibu Jungkook hanya bisa menganggukkan kepalanya, benar apa yang di katakan oleh Suaminya itu. Ia butuh istirahat untuk bisa merawat Putranya nanti.

Sementara itu Taehyung dan Jimin bergantian menjaga Jungkook, ketika Taehyung terlelap maka Jimin yang akan menggantikannya untuk menjaga Pria itu. Menurut Dokter, Jungkook masih harus menjalani perawatan selama beberapa hari ke depan mengingat pendarahan yang di alami Jungkook membuat tubuh Pria itu jadi melemah, cukup banyak darah yang harus di donorkan Taehyung pada Jungkook untuk bisa membuat kondisi Pria itu jadi lebih baik seperti sekarang.

Satu tangan Jungkook di genggam oleh Jimin, Pria mungil itu bahkan hampir menangis saat melihat perban yang melingkari telapak tangan Jungkook. Jimin jadi merasa bersalah pada Pria itu, seandainya kemarin ia tidak menolak pengakuan Jungkook mungkin Pria itu tidak akan melakukan hal senekat ini. Jimin tahu, Jungkook bahkan bisa melukai dirinya jauh lebih parah dari ini jika Taehyung tidak segera datang dan melihat mereka berdua di tempat itu.

"Sampai kapan Kau akan menyakiti dirimu seperti ini, dasar Pria bodoh. Hiks...hiks..." suara tangisan Jimin
membuat Pria yang tengah berbaring di atas ranjang itu langsung membuka matanya dengan pelan-pelan. Jungkook mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan penglihatannya. Begitu kaget ketika mendapati Pria mungil di depannya tengah menangis tersedu-sedu sambil mengenggam tangannya.

Jungkook baru saja akan menyentuh kepala Jimin namun saat ia melihat Taehyung yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya ia pun mengurungkan niatnya itu. Matanya kembali ia pejamkan, bersikap seperti dirinya tak pernah terbangun dari tidur panjangnya itu.

Taehyung membuka matanya dan langsung kaget saat melihat Jimin tengah menangis di samping ranjang Jungkook. Taehyung tahu Jimin pasti merasa bersalah dan masih menganggap dirinya penyebab dari terbaringnya Jungkook di rumah sakit.

"Sudahlah, jangan menangis. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Tidak akan ada yang berubah jika kau seperti itu, kau hanya akan menyakiti dirimu jika kau terus melakukannya." Jimin menatap wajah Pria di depannya, pertahanannya runtuh dalam sekejap. Usahanya untuk berhenti menangis gagal, ia kembali menangis dalam pelukan Pria itu.

"Ini semua terjadi karena aku, jadi bagaimana kau bisa mengatakannya seperti itu. Seharusnya waktu itu aku..."
Taehyung melonggarkan pelukannya dan memilih untuk mengambil jarak dengan Pria mungil itu. Percuma, Taehyung pikir percuma saja ia menjelaskan semuanya pada Jimin karena Pria itu tidak akan pernah mengerti ucapannya.

"Taehyung?" Jimin menatap Taehyung dengan wajah yang sendu, bahkan wajahnya yang basah oleh air mata tidak di hapusnya.

"Aku tahu, kau mengatakan semua itu karena kau masih punya perasaan yang lebih pada Jungkook. Kau pasti masih mencintainya, kan?" Taehyung berdiri membelakangi Jimin, menatap ke arah luar jendela yang menampilkan pemandangan malam kota Seoul. Jungkook di rawat di lantai empat rumah sakit dengan fasilitas terbaik yang di miliki oleh rumah sakit itu.

Jimin menggelengkan kepalanya, ia berjalan menghampiri Pria itu dan memeluk tubuhnya dari arah belakang. Tidak ada penolakan maupun balasan dari Taehyung hingga membuat Jimin berpikir mungkin Pria itu sedang marah padanya sekarang.

"Apa kau meragukan perasaanku? Katakan apa yang harus kulakukan supaya kau mau mempercayaiku."
Pria itu membalikkan badannya tanpa melepaskan tautan tangan Jimin di pinggangnya.

"aku ingin menikah denganmu"
Jimin tersenyum, ia menganggukkan kepalanya. "Bukankah bulan depan kita akan menikah?"

Taehyung menggelengkan kepalanya, bukan itu yang ia ingin dengar dari Jimin. "Aku tidak mau menunggu sampai bulan depan, aku maunya besok." Jimin membulatkan matanya. Ada apa dengan Taehyung, mengapa ia tiba-tiba seperti ini?

"B-besok, kenapa begitu?" Dagunya di arahkan ke atas hingga Jimin dapat melihat wajah Pria itu lebih jelas lagi. "Aku ingin secepatnya menjadikanmu milikku. Karena aku takut perasaanmu akan berubah jika aku terus mengulur-ngulur waktu."

Jimin ingin menundukkan kepalanya ke bawah tapi sayangnya Taehyung menahan dagunya itu agar ia tidak bisa menyembunyikan wajahnya dari Pria itu.

"T-tapi Jungkook belum sembuh, jadi bagaimana kita akan menikah?"

"Aku hanya ingin kita berdua melakukan pemberkatan nikah terlebih dahulu, soal resepsi kita bisa melakukannya belakangan."
Jimin ingin mengajukan protesnya tapi Pria itu membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman, bahkan pinggang Jimin pun ikut di rengkuh oleh tangan besar Pria itu.

Sementara itu Jungkook di tempatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, berharap banyak Jimin akan menolak tawaran Pria itu yang ingin menikahinya keesokan harinya.

Tautan bibir itu terlepas, wajah Jimin merah padam saat Pria itu mengelap sisa saliva yang mengalir di dagunya.

"Kau mau kan menikah denganku?" Jimin bingung, tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa pada Pria itu. Bibirnya mengatakan ya tapi hatinya memberi penolakan yang keras pada keputusannya itu.

"A-aku?" bibir Jimin bahkan gemetaran karena terlalu gugup.

"Baiklah, aku setuju. Lakukan apapun yang kau inginkan, aku tidak akan menolaknya."
Pipi tembem Jimin di cubit, beberapa kecupan di berikan oleh Taehyung pada Pria mungil itu. Ia senang sekali karena Jimin menyetujui rencananya untuk mempercepat pernikahan mereka.

'Tidak! Aku harus melakukan sesuatu, Jimin tidak boleh menikah dengan Pria itu.' Jungkook ingin berteriak tapi kondisi tubuhnya yang masih dalam keadaan lemah tidak memungkinkan dirinya untuk melakukan hal itu.

"Kau hanya boleh menikah denganku, Jimin." Lirih Jungkook sambil mengeratkan kepalan tangannya hingga membuat perban putih yang membalut lukanya berubah warna menjadi merah. Jahitan lukanya kembali terbuka namun Jungkook sama sekali tidak mempedulikan hal itu, lagipula masih ada luka menganga yang jauh lebih lebar dari luka di tangannya ini, luka di hatinya yang sudah sangat lama tidak pernah di obati oleh Pria mungil itu.





Tbc.

[End] My Step Brother Is My Love (Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang