27. Wrong Decision

1.6K 134 22
                                    



Sesampainya di rumah sakit, Jungkook langsung turun dari mobil, menolak saat beberapa petugas rumah sakit memintanya untuk berbaring di atas brankar.

"Lepaskan aku. Biarkan aku ikut bersamanya." Jungkook meronta, mencoba melepaskan tangannya yang saat ini sedang di tahan oleh beberapa perawat yang tadinya langsung berlari keluar begitu mendengar suara gaduh di depan gedung rumah sakit.

"Tidak bisa, Tuan. Anda harus mendapatkan perawatan juga, jadi mari ikut dengan kami." Jungkook terus memberontak, ia bahkan sempat memberikan ancaman bagi siapa saja yang berani mendekatinya.

"Aku baik-baik saja. Sudah kubilang kalau aku tidak apa-apa. Apa kalian tidak mendengarnya?" satu dari perawat itu kemudian berlari mencari dokter untuk kemudian bisa menenangkan Jungkook yang kini mengamuk di depan koridor rumah sakit. Orang-orang yang tengah berlalu lalang di sekitar situ memutuskan untuk segera berhenti dan mengambil jarak dari Jungkook karena takut mereka akan di jadikan sasaran amukan oleh Pria itu.

Tidak lama setelah itu, dokter pun datang membawa alat suntik di tangannya. Posisinya yang berada di belakang Jungkook memungkinkannya untuk bergerak jauh lebih leluasa. Jungkook harus di bius secepatnya karena jika tidak begitu maka Pria itu akan membuat kekacauan yang jauh lebih parah dari ini. Tidak hanya kekacauan saja melainkan juga membuat pengunjung yang lainnya merasa takut.

"Tenang, Tuan. Kami berjanji akan memberikan perawatan terbaik untuk Tuan Jimin jadi sekarang anda juga harus mau di rawat, ok?" Jungkook menatap sengit dokter itu ketahuan membawa alat suntik di sebelah kanan tangannya.

"Diam! Apa kau pikir aku akan percaya? Kalian semua pembohong, kalian pasti mengatakan itu agar aku luluh dan mau ikut bersama kalian kan? Tapi setelah itu kalian akan memisahkanku dengan Jimin, iya kan?"

Dokter muda itu langsung menggeleng-gelengkan kepalanya, ia pikir Pria di depannya ini terkena panic attack atau mungkin jadi paranoid. Kondisi seperti ini memang sangat rentan terjadi apalagi Jimin dan Jungkook baru saja mengalami kejadian tidak mengenakkan yang mungkin saja meninggalkan bekas di hati dan juga pikirannya hingga membuatnya merasa trauma.

"petugas medis seperti kami tidak akan mungkin membohongi pasien. Jadi kami mohon percayalah pada kami, Tuan." Jungkook menunjuk wajah dokter itu, setelahnya ia kemudian menunjuk alat suntik di tangan dokter itu.

"Jangan coba-coba berbohong padaku. Apa kau pikir beberapa hari yang lalu aku tidak mendengarmu berbicara dengan Pria itu. Kalian berdua bahkan bersekongkol untuk menahanku di sini agar aku tidak bisa datang dan mengacaukan pernikahannya dengan Jimin, bukan?"

"A-apa maksud anda, aku sama sekali tidak mengerti." Dokter yang di tuduh pun langsung tergagap di tempatnya. Ia tahu, tidak seharusnya dokter sepertinya mau menerima bayaran di luar jam kerjanya demi untuk memuluskan rencana Pria itu untuk menikahi Jimin.

"Taehyung, Kim Taehyung. Anda tidak perlu berpura-pura untuk tidak mengenalinya karena aku adalah orang yang melihat sendiri anda menerima nominal uang darinya." Jungkook frustasi, benar-benar frustasi saat ingatannya tentang hari itu kembali muncul.





Flashback





Hari itu adalah hari pertama Jungkook di rawat di rumah sakit, Sebenarnya Jungkook sudah siuman sejak hari pertama ia di rawat tapi saat ia membuka matanya ia tidak sengaja mendengar isi percakapan Taehyung dan juga dokter yang merawatnya di tempat itu.

"Pokoknya lakukan apa saja agar Jungkook tidak cepat keluar dari rumah sakit. Aku akan menikahi Jimin secepatnya. Jadi aku tidak ingin ada seorang pun yang menghalangi rencanaku ini, aku berharap banyak padamu, Hyung." Dokter muda yang bernama kim Namjoon itu lantas mengangguk, ia terpaksa menerima tawaran Pria itu karena saat ini ia sedang membutuhkan uang yang banyak untuk membayar biaya perawatan Ibunya di rumah sakit.

"I-iya, tentu saja kau bisa mengandalkanku. Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu." Taehyung menepuk-nepuk punggung Kakak sepupunya itu, ia senang karena setidaknya di rumah sakit ini ia masih memiliki anggota keluarga yang bisa ia mintai pertolongan jika membutuhkan sesuatu.


Jungkook sempat membuka matanya sebentar tapi setelah itu ia kembali menutupnya ketika Taehyung mendekat ke ranjangnya dan mengelus rambut Jimin yang tertidur di samping ranjang Jungkook.

"Maafkan aku, aku tahu apa yang aku lakukan salah. Tapi hanya dengan melakukan kecurangan seperti inilah maka aku bisa merebutmu dari Jungkook."
Taehyung beralih mengenggam tangan Pria mungil itu, sesekali ia akan mendaratkan beberapa kecupan di sana yang kemudian membuat Pria itu terganggu dalam tidurnya.

"Kau benar-benar cantik, makanya aku tidak bisa melepaskanmu." Satu kecupan di bibir Jimin sebelum akhirnya Taehyung ikut terlelap di samping ranjang Pria itu.


🍃🍃🍃


Sesuai rencana, hari ini Taehyung akan menikahi Jimin. Sejak awal mereka berangkat ke gedung gereja senyum kotaknya itu tak pernah luntur dari wajah tampannya. Jennie yang baru saja keluar dari ruangan tempat Jimin di rias pun ikut tersenyum. Ia bahagia melihat Kakak sepupunya itu sebentar lagi akan menikah.

"Jika Kakak terus tersenyum seperti itu nanti gigi kakak akan cepat kering, tahu?" Taehyung menarik hidung Jennnie hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan dan memukul lengannya dengan begitu manja.

"Kau bilang seperti itu karena kau iri padaku kan? Makanya cepat besar dan menikahlah seperti kakakmu ini." Jennie menjulurkan lidahnya pada Taehyung membuat Pria itu kembali tertawa.

"Siapa bilang aku iri, percaya diri sekali kakak ini." Jennie berkacak pinggang dan langsung meninggalkan Taehyung di ruangan itu sendirian.

"Bukankah aku terlihat serasi dengan Jimin. Wajahku tampan sementara Jimin cantik, sebuah perpaduan yang sangat pas." Taehyung tertawa di depan cermin, bukan tawa bahagia melainkan tawa yang terdengar begitu bila di tafsirkan.

Sementara itu di dalam ruangan yang berbeda, Jimin meremat kedua tangannya karena begitu gugup menunggu acara yang sebentar lagi akan segera di mulai.

"Kenapa aku jadi tidak tenang, apa keputusan yang aku ambil ini sudah benar?" Jimin yang gelisah terus mondar-mandir di dalam ruangan itu, sesekali ia akan menengok ke arah jam dinding dan kemudian menggigiti ujung kukunya.

'Jika keputusan yang ku ambil ini sudah benar, tolong buat acara lancar. Tapi jika keputusan yang ku ambil ini salah, kumohon buatlah sesuatu agar itu menjadi peringatan bagiku untuk mengakhiri semua ini, Tuhan.' Doa Jimin sambil mengelus permukaan perutnya yang sudah mulai membuncit.



🌸🌸🌸


"Jam berapa acaranya akan di mulai?" Jungkook sedang berada di dalam mobil Yugyeom, tadi ia bertemu dengan Pria itu yang kebetulan mobilnya lewat di depan rumah sakit. Jadilah Jungkook segera menghentikannya dan meminta tumpangan.

"Jam 9. Ah...sial, sepertinya kita akan cukup lama tertahan di tempat ini." Jungkook melirik jam tangan Yugyeom dan kemudian membulatkan kedua matanya.

"Lalu, berapa jarak tempat itu dari sini?" Yugyeom berdehem sejenak sambil terus memperhatikan kendaraan di depan mereka yang sudah mulai bergerak sedikit demi sedikit.

"200 meter jika aku tidak salah menghitungnya." Jungkook melirik mobil di depan mereka tapi sepertinya jika ia terus menunggu di sini mungkin acaranya akan selesai saat ia sampai di sana.


"Kalau begitu aku turun di sini saja."

"Hei, Jungkook? Pakailah sepatuku ini." Yugyeom baru saja akan memberikan sepatunya itu pada Jungkook tapi Pria itu langsung keluar dari mobilnya dan berlari kencang.

"Kenapa ia terburu-buru seperti itu, memangnya pernikahan Jimin akan batal jika ia tidak ada di sana? Dasar aneh." Tawa Yugyeom sebelum kembali fokus melihat kendaraan di depan mobilnya yang mulai bergerak.

"Semoga saja aku tidak terlambat tiba di sana. Pokoknya Jimin tidak boleh menikah dengan Pria itu."ucap Jungkook sambil terus berlari ke depan.









Tbc.


[End] My Step Brother Is My Love (Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang