29. Dont Forget Me

1.6K 139 24
                                    





Lelah dan juga bosan, mungkin hal itulah yang sejak tadi membuat Taehyung berulang kali menghela nafas panjang. Ini bahkan baru seminggu semenjak kejadian batalnya pernikahan Taehyung dengan Jimin.

Taehyung segera beranjak dari atas tempat tidurnya begitu melihat sinar matahari mulai masuk dan membuat matanya menjadi silau karena cahayanya. Ia menyibak gorden jendelanya dan kemudian duduk di pinggiran balkon apartemennya itu , rambut coklatnya yang mulai memanjang itu ia sisir menggunakan tangan ke arah belakang. Taehyung langsung berhenti melakukan perawatan diri semenjak kejadian hari itu, entahlah tapi rasa-rasanya seperti sebagian dari hidup Taehyung telah menghilang bersamaan dengan  kepergian Pria itu dari sisinya.


Sejak semalam ia bahkan belum menyentuh makanan ataupun minuman. Selera makannya mendadak hilang begitu saja saat menerima kabar dari Adik sepupunya, Jennie yang mengatakan bahwa sebentar lagi Jimin dan juga Jungkook akan menikah.

Taehyung membalikkan badannya untuk melihat siapa orang yang datang ke apartemennya sepagi ini. Ada kim Jennie yang berdiri di depan pintu kamarnya sambil membawa paper bag di masing-masing di tangannya. Taehyung memperhatikan penampilan gadis itu mulai dari kaki hingga ke ujung kepala, adiknya itu memang selalu tampil menawan tak peduli pakaian apa yang sedang ia pakai.

Untuk sesaat Taehyung kembali mengingat Pria mungil itu, mulai dari cara Jimin berpakaian hingga senyum menawan yang mampu memikat Taehyung di awal pertemuannya dengan Pria itu. Ia jadi rindu dengan Jimin, ingin bertemu dan menatap wajahnya sampai ia merasa bosan walaupun tak pernah ada kata bosan dalam kamus Taehyung jika itu berkaitan dengan Jimin.

"Kak, hei? Apa kau serius tidak mendengar suaraku?" Lamunan Taehyung tentang Jimin langsung sirna begitu saja ketika gadis di depannya berteriak keras sambil terus memanggil-manggil namanya.

"Ah, ternyata kau datang yah?" Wajah Jennie langsung berubah datar saat mendengar perkataan kakak sepupunya itu, yang benar saja bahkan tadi Pria itu sudah melihatnya berdiri di depan pintu kamarnya

"Aku tahu kenapa kakak tidak mendengar suaraku dari tadi, kakak pasti sedang memikirkan Pria itu lagi kan? Sudahlah, lagipula masih banyak gadis atau bahkan pria lain yang mengantri untuk di jadikan calon istri kakak jadi kenapa kakak harus repot-repot memikirkan orang yang bahkan mungkin tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan kakak, lupakan dia, ok?"

Taehyung beranjak dari duduknya dan menyandarkan punggungnya di besi pembatas balkon kamarnya itu, kedua matanya ia pejamkan dengan erat begitu bayangan Jimin mulai datang dan menghantui dirinya. Apa semua ini karena ia merasa bersalah pada Pria itu atau mungkin karena hingga saat ini Taehyung masih mengharapkan pria itu untuk kembali padanya, entahlah jawabannya hanya ia dan Tuhan yang tahu.

"Apa kau pikir selama ini aku tidak berusaha untuk melupakannya? Aku bahkan sudah melakukan segala macam cara tapi kenapa nama dan wajahnya itu selalu muncul dalam pikiranku?" Taehyung berjongkok di hadapan Jennie dan mulai menjambaki rambutnya. Jennie merasa khawatir melihat kondisi kakaknya yang benar-benar memprihankan itu. Lingkaran hitam di bawah matanya dari hari ke hari kian melebar, mungkin Pria itu tidak memiliki cukup banyak waktu untuk beristirahat saat malam hari.

Jennie ikut berjongkok di depan Taehyung dan menangkup wajah Pria itu dengan kedua tangannya. Mata Jennie langsung berkaca-kaca saat melihat bagaimana wajah yang tampan itu bisa berubah tirus dalam waktu yang cukup singkat. Sepertinya ia perlu memberitahu kedua orang tua Taehyung untuk segera membawa Pria itu  ke psikiater karena ia takut kesehatan mental kakaknya itu akan semakin memburuk jika tidak segera di tangani oleh pihak dokter.






[End] My Step Brother Is My Love (Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang