30. Broken

1.6K 125 22
                                    

Jimin meringis sambil memegang bagian samping perutnya yang sempat terbentur ke pintu mobil, ia berusaha menghentikan Pria itu agar tidak melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi.

"kenapa kau melakukan semua ini, sebenarnya apa maumu?" Jimin memegang erat sabuk pengaman di pinggangnya saat pria itu tak kunjung memberikan jawaban atas pertanyaannya dan malah memilih untuk menyalip kendaraan di depan mereka. Jimin menangis, seumur-umur ia belum pernah naik mobil dengan kecepatan jauh di atas rata- seperti yang di lakukan oleh pria berkulit cokelat itu.

"Pelankan mobilnya atau aku akan loncat keluar!" Jimin tidak benar-benar melakukannya, ia hanya berniat untuk mengancam Pria yang tubuhnya lebih besar.

Raut wajah pria itu berubah dalam sekejap, yang awalnya begitu marah pada pria mungil itu tiba-tiba saja memperlakukan Jimin dengan sangat lembut.

Sebelah tangannya yang menganggur ia gunakan untuk mengelus rambut Jimin walaupun ujung-ujungnya Pria itu menolak untuk ia sentuh.

"Diam dan menurutlah padaku atau kau ingin melihatku marah lagi, hmm?" Kepala Jimin kembali di elus sebelum akhirnya Pria itu menghentikan kendaraannya di depan sebuah gedung apartemen yang Jimin yakini merupakan apartemen Pria itu.

"jangan keluar sebelum aku menyuruhmu, kau mengerti?" Tatapan mata tajam itu seolah mampu membuatnya terhipnotis dan tidak bergerak dari tempatnya. Jimin menurut dan membiarkan pria itu keluar dari mobilnya terlebih dahulu. Sorot mata tajam di berikan kepada setiap orang yang memandangnya dengan cara yang aneh, Taehyung benci dengan cara menatap orang-orang padanya karena menurutnya tatapan itu seperti memberitahunya secara tidak langsung bahwa betapa mengenaskannya dirinya saat ini. Lalu bisikan-bisikan penuh rasa keprihatinan lainnya yang akan masuk ke dalam gendang telinganya. Ia tidak merasa jika dirinya terlihat semenyedihkan itu untuk bisa mendapat belas kasihan orang-orang.

"Aku pikir orang itu 'sakit', lihat saja cara berpakaiannya yang tidak jelas itu. Aku heran, bagaimana bisa apartemen semewah ini membiarkan orang gila untuk tinggal di dalamnya."

"Apa maksud kalian mengataiku seperti itu. Berhenti berbicara atau aku akan membuat mulut kalian bungkam selamanya." Kedua tangan terkepal erat, menunjukkan betapa marahnya seorang Kim Taehyung saat ini.


Jimin yang tidak tahan melihat kejadian di luar mobil terpaksa harus keluar dari dalamnya. Ia berlari kecil ke arah Taehyung dan langsung menutup kedua telinga Pria itu.

"Sudah, jangan dengarkan lagi. Itu hanya akan membuat hatimu sakit." Sepasang mata itu balik menatapnya, Jimin tahu jika pria itu memang memiliki sedikit masalah dengan mentalnya tapi bukan berarti ia telah kehilangan kewarasannya itu sepenuhnya. Melihat Kedatangan Jimin membuat orang-orang yang tadinya sedang mengerumuni Taehyung pun langsung membubarkan diri mereka satu-persatu. Sebagian dari mereka menganggap mungkin saja pria manis yang sedang berdiri dan mengenggam tangan pria itu adalah istrinya mengingat terlihat sedikit tonjolan pada bagian perutnya Pria mungil itu.

"siapa yang menyuruhmu keluar, bukankah tadi aku memintamu untuk tetap menungguku di dalam?" Jimin menundukkan kepalanya, kedua jemari memainkan ujung kemeja yang sudah kusut.

"Aku tidak bisa membiarkanmu terluka karena mendengar perkataan mereka. Aku peduli padamu." Perkataan Jimin di sambut tawa nyaring oleh pria yang kini menghimpit tubuhnya ke body mobil. "Kau bilang peduli padaku, yang benar saja. Bukankah tindakanmu yang tadi itu lebih kepada rasa kasihan? Apa kau pikir aku tidak bisa melihat bagaimana caramu menatapku? Kau bahkan sama dengan mereka. Kau jijik padaku, bukan?" Jimin menggeleng dengan kedua sudut mata yang mengeluarkan air mata.

"Bagaimana bisa kau membuat kesimpulan seperti itu, aku benar-benar peduli padamu, Taehyung." Pria itu mengepalkan tangannya dan langsung meninju kaca mobil di samping wajah Jimin hingga membuat pria itu gemetaran karena saking kagetnya melihat aksinya.

"Aku tidak butuh kepedulianmu, karena yang butuhkan adalah hatimu, aku ingin cinta bukannya rasa kasihan." Wajahnya tertarik ke atas oleh cengkraman kuat pria bermarga Kim itu di pipinya. Jimin ingin memberikan perlawanan tapi berujung sia-sia karena kedua tangannya itu tahan langsung di tawan di atas kepala.

"Aku tidak bisa melakukannya, jadi kumohon tolong jangan paksa aku." kalimat penolakan yang keluar dari bibir cantik itu semakin menyulut emosi Taehyung. cengkreman di lepaskan sementara tubuh pria yang lebih kecil di dorong menabrak aspal jalan yang panas. Keringat dingin turun membasahi wajah cantiknya begitu merasakan efek dari dorongan itu yang langsung membuat isi perutnya bergejolak.

Ringisannya total di abaikan karena kini Pria itu lebih memilih untuk mengambil ponsel dan juga dompetnya dari dalam mobil.

Setelah mengambil semua yang ia butuhkan,
Taehyung pun menutup pintu mobilnya dengan sangat kasar hingga menimbulkan suara debuman yang cukup keras hingga mampu membuat perhatian Jimin teralihkan padanya.

"T-taehyung, perutku s-sakit." Taehyung memilih abai dan langsung menggendong pria itu masuk ke dalam apartemennya.
















"Kumohon biarkan aku keluar dari tempat ini, Taehyung. perutku sakit sekali." Untuk kali ketiganya perkataan Jimin hanya mendapatkan gelengan dari pria itu. Taehyung membiarkan Jimin tetap berbaring di atas ranjang dengan kedua tangan dan kaki yang diikatnya menggunakan seutas tali.

Sakit, rasanya hati Jimin begitu sakit saat melihat Pria di depannya itu hanya bisa menjadikan dirinya sebagai bahan tontonan tanpa peduli dengan sebagaimana menyedihkannya kondisi tubuhnya saat ini. Kedua paha terus di aliri oleh darah yang mulai merembes keluar dari celah dalamannya. Beberapa menit yang lalu Pria itu sempat melucuti semua pakaian yang Jimin kenakan dan hanya menyisakan dalamannya saja.


"Untuk apa aku melepaskanmu jika ujung-ujungnya kau akan lari ke pria itu lagi. Sudah, lebih baik tetap disini dan temani aku bermain, ok?" Jimin menggeleng, berusaha untuk memundurkan tubuhnya itu ke belakang tapi ia tahu usahanya itu akan berakhir sia-sia belaka karena aksesnya untuk keluar dari tempat ini telah di tutup rapat oleh Pria berwajah tampan itu.


kepalanya menubruk kepala ranjang begitu pria itu mendorong tubuhnya ke belakang, Jimin semakin mengeraskan tangisannya saat pria itu mulai menggunting kain yang menjadi satu-satunya penghalang bagi area privasinya.

"Pria bodoh itu tidak akan tahu keberadaan kita jadi sekarang ayo kita bersenang-senang, ok?"


Jimin memberontak di tengah rasa sakitnya itu, ia hanya bisa mengutuk pria itu di dalam hatinya saat dengan tidak manusiawinya Taehyung langsung memperkosa dirinya bahkan di saat ia baru saja mengalami keguguran.

"Jangan....jangan...hiks...kumohon berhentilah. kau akan membuatnya mati. Hiks...hiks..."






Tbc.

[End] My Step Brother Is My Love (Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang