Bagian 18|| Menyendiri

110 7 0
                                    

Happy reading')

Bosan.

Sekiranya itu yang terpikir dalam benak Zoya. Berdiam diri di dalam kelas tanpa adanya kegiatan belajar mengajar membuatnya suntuk. Apalagi ditambah suara bising dan kegaduhan yang ditimbulkan oleh teman sekelasnya, itu semakin membuatnya darah tinggi. Cepat-cepat Zoya keluar dari dalam kelas sebelum ia meledak, lalu memporak-porandakan isi kelasnya sampai menjadi kapal pecah.

Dengan langkah yakin, Zoya berjalan menuju taman yang ada di halaman belakang sekolahnya. Zoya sengaja pergi ke tempat sepi itu sendirian karena ia butuh ketenangan.

Memang, ada sebagian orang yang pastinya juga berpikir seperti Zoya. Jikalau mereka sedang mempunyai masalah atau suatu hal yang mengusik dalam pikirannya, hal yang mereka butuhkan itu ialah tempat sepi untuk menyendiri.

Setibanya di sana, Zoya langsung melangkahkan kedua kakinya menuju ke salah satu pohon untuk menjadi tempat keluh kesahnya. Zoya menyandarkan tubuhnya di sana tanpa khawatir roknya akan kotor. Lagipula, Zoya tidak peduli! yang terpenting bagi dirinya sekarang ialah Zoya bisa duduk dengan tenang tanpa adanya gangguan dari siapa pun.

Namun, dugaan Zoya ternyata salah. Ia tidak merasakan ketenangan itu, Zoya malah kembali memikirkan tentang masalah itu, lagi!

Zoya merasakan bahwa beban yang ada di pikirannya itu seakan bertambah setelah kejadian semalam yang sempat membuatnya pingsan untuk yang kedua kalinya gara-gara kasus yang serupa.

Di pikiran Zoya sekarang cuman ada beberapa pertanyaan, yaitu tentang siapakah orang yang ada di balik kejadian ini semua? Dan kenapa orang itu bisa sangat mudah membunuh manusia tanpa adanya rasa kasihan? Memangnya ada masalah apa dengan para korban itu?

Pusing.

Kepala Zoya benar-benar kacau. Semua yang ada di dalam kepalanya seakan mau meledak. Kasus yang satu belum selesai, kini kian ditambah lagi dengan adanya kasus yang baru. Dan nikmatnya lagi, kasus yang baru saja terjadi ini ternyata sangat berpengaruh sekali dengan sekolahnya.

Kenapa bisa?

Karena, korban yang kedua ini ternyata seorang guru yang akhir-akhir ini sudah menghilang selama beberapa hari tanpa adanya keterangan apa pun.

Flashback On

"I-ituuu.. "

"Mak lampir!"

Zoya terjatuh tidak sadarkan diri di dalam dekapan Zen. Entah kenapa, setelah melihat wajah dari mayat tersebut Zoya langsung shock dan jatuh pingsan. Zen yang heran dengan wajah dari mayat itu pun langsung menghentikan polisi yang akan menutup kantong jenazah.

"Pak, tunggu, pak!"

Polisi yang dipanggil menatap heran ke arah Zen, "Ada apa, dek?"

"Saya.. boleh liat wajahnya dulu ga, pak?" tanya Zen meminta izin dengan sedikit ragu.

Polisi itu diam, tampak sedang berpikir mempertimbangkan keinginan Zen.

"Saya sangat penasaran, pak! Tolong, siapa tau mayat itu adalah guru saya yang selama beberapa hari ini menghilang," jelas Zen dengan nada memohon.

Akhirnya, polisi itu pun luluh. Ia mengizinkan Zen untuk melihat wajah dari  mayat tersebut.

"Ya sudah, tapi jangan lama-lama yah!"

"Siap, pak! Terima kasih."

Setelah dapat izin, Zen langsung berjalan ke arah di mana polisi itu berada sambil menggendong Zoya yang masih pingsan di dalam dekapannya.

OSVETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang