Bagian 4|| Sekolah baru

578 43 0
                                    

Jan lupa vote and comment

________

Happy reading')

Seorang laki-laki remaja berjalan ke luar bandara, ia menggeret kopernya di tangan kiri sambil menengokkan kepalanya ke segala arah untuk mencari taksi.

Jemputan? Tidak ada.

Laki-laki itu memang dengan sengaja tidak meminta dijemput, katanya biar istimewa saja.

"Ko gak ada taksi ya?" herannya sambil tengok kanan kiri, siapa tau taksinya nyempil kek upil.

"Etdahh.. gue ko jadi goblog gini ya gara-gara sekolah di luar negri," menggeplak jidatnya sendiri. "Kan ini jamannya serba online, ngapain gue lama-lama nyari taksi kalo yang online aja langsung nongol." Lantas, laki-laki itu pun segera membuka ponselnya untuk memesan taksi online.

Selama menunggu beberapa menit, taksi pesanannya pun muncul juga. Dengan segera ia menggeret kopernya hingga ke samping taksi. Laki-laki itu langsung membuka pintu, lalu menaruh kopernya terlebih dulu. Setelah itu, ia masuk dan duduk dengan tenang sambil melihat ke arah gedung-gedung dari luar jendela.

***

Setelah membayar taksi, laki-laki itu segera berjalan menuju gerbang rumahnya. Wajahnya tersenyum dengan lebar saat memasuki halaman rumah.

"Semoga aja Mama udah tidur" harapnya, berhenti berjalan sebentar.

Ia kembali menggeret kopernya ke depan pintu utama, lalu ia segera menempelkan ibu jarinya ke sebuah alat berbentuk persegi yang tersedia di pintu.

Klik

Pintu pun langsung terbuka dengan lebar. Ia bersyukur, ternyata mamanya tidak kejam juga karena tidak menghapus data sidik jarinya. Laki-laki itu pun segera masuk ke dalam rumah tanpa berpikir ulang. Dan betapa beruntungnya keadaan rumah sudah sepi dan lampu juga sudah mati.

Laki-laki itu berjalan mengendap-endap sambil membopong kopernya seperti maling ayam. Saat ia sudah sampai di bawah tangga, tiba-tiba saja lampu menyala dengan secara bersamaan.

Dan yang membuatnya terkejut ialah, kenapa Mamanya ada di atas tangga?

Dengan keberanian yang makin lama makin menciut, ia kembali menatap ke arah sang Mama yang sedang berkacak pinggang sambil menatap ke arahnya dengan garang.

Laki-laki itu segera menurunkan kopernya sambil bergumam, "Mati kau Zen." Lalu Zen segera berjalan ke atas guna menghampiri sang Mama.

Setibanya di atas, perempuan yang diduga Mamanya itu langsung menjewer daun telinga Zen dengan kencang.

"Aduhh.. aduh.. Ma! sakit tau. Lepasin dong.. " ringisnya sambil memohon.

"Sakit ya Zen? Uhh anak Mama kesakitan utututu" ejek Grace alias Mama Zen sambil mengendurkan tarikannya. Tetapi, itu hanya beberapa detik saja. Karena sekarang Grace malah semakin kencengin tarikannya sampe tumpeh-tumpeh. Eh ngaco! bukan. Maksudnya sampe-sampe mau copot telinga Zen.

"Maaa.. ko malah tambah kenceng si nariknya. Ini Zen anak Mama yang paling ganteng kesakitan tau!" rengeknya sambil memegang tangan Grace.

Bukannya melepaskan, Grace malah ngegas "sakitan mana sama Mama? Kamu tega-teganya bohongin Mama!"

Zen menunjukkan raut kelelahannya, "Bohong apaan si Ma? Zen baru aja pulang. Capek tau, mau istirahat."

Akhirnya Grace pun melepaskan tarikannya. Lalu, ia menggiring Zen ke kamarnya yang ada di lantai dua.

OSVETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang