Bagian 10|| Luka

332 25 0
                                    

"Gue itu psikopat."

Zoya segera menatap ke arah Zen yang kebetulan juga sedang menatap ke arah dirinya.

Zen menunjukkan senyumnya yang cukup mengerikan, yang mampu membuat bulu kuduk Zoya berdiri.

__________

Happy reading')

"Pffft!"

Zoya membekap mulutnya dengan tangan kiri, menyembunyikan tawanya yang sebentar lagi akan berderai. Zoya sebenarnya tersiksa dengan keadaannya ini. Namun, ia masih punya rasa iba untuk melakukan hal itu.

Sedangkan objek yang ditertawakan kembali menghadap ke arah depan dengan keadaan raut muka yang bisa dibilang marah, maybe.

"Sorry, Zen. Abisnya lo gak cocok sama yang begituan. Sedangkan dari kebanyakan cerita psikopat yang gue baca, seorang psikopat itu biasanya introvert, dingin, misterius, pinter, jenius, IQ di atas rata-rata__"

Belum sempat Zoya menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba Zen menyelanya.

"Jadi, menurut lo yang pantes jadi psikopat itu yang kaya Axsel, gitu?" tetap mempertahankan pandangannya ke arah depan.

Zoya sempat terdiam sebentar setelah mendengar perkataan Zen. Lalu, "lo curiga juga Zen ke Axsel?" tanyanya dengan serius.

"Sebenernya gue juga lagi menyelidiki si Axsel," Ujar Zoya lirih, mengamati pisau lipat yang ada di tangan kanannya.

Dahi Zen mengkerut, ia gagal paham dengan perkataan yang dimaksud Zoya. "Menyelidiki?" tanyanya yang dibalas anggukan kepala dari Zoya.

"Hemm.. gue itu curiga sama dia. Soalnya gue udah beberapa kali mergokin si Axsel jalan ke area gudang belakang akhir-akhir ini." Jelas Zoya dengan hati-hati.

Sebenarnya Zoya juga sempat memergoki Axsel di dalam gudang. Tapi, ia sengaja tidak mengatakannya. Karena, Zoya telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan memberitahu kepada siapapun tentang kejadian itu.

Dan..

Ini akan jadi misinya sendiri. Ia tidak mau orang yang dekat dengan dia akan terkena masalah akibat misinya ini.

Zoya juga sangat yakin sekali, bahwa orang yang ada dibalik kejadian ini pasti sangat pintar sekaligus berbahaya.

"Sejak kapan?" tanya Zen yang lumayan tertarik dengan cerita ini.

"Sejak kejadian yang ada di gudang itu."

Hening

Sudah 5 menit mereka berdua tidak mengeluarkan suaranya setelah perbincangan mengenai hal tadi.

Mereka berdua hanya diam saja dengan pikirannya masing-masing.

Lantas, Zoya pun segera bertanya ke Zen untuk mencairkan suasana yang membuatnya tidak nyaman ini.

"Zen, menurut lo nih pisau lipat tajem gak?"

"___"

Tidak ada jawaban dari sang empunya. Zoya kesal. Lalu, ia berinisiatif sendiri mendekatkan jarinya ke ujung pisau lipat itu.

"Aww" ringis Zoya ketika jari telunjuknya mengeluarkan darah.

Zen yang mendengar ringisan Zoya pun langsung mengalihkan pandangannya ke samping dan dengan seketika ia terkejut melihat jari Zoya yang penuh dengan darah.

"Damn it!"

Dengan segera Zen menepikan mobilnya ke tepi jalan yang sepi. Ia segera menarik tangan Zoya, lalu menghisapnya tepat di bagian luka yang mengeluarkan darah.

OSVETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang