Bagian 14|| Axsel ngapain?

224 17 0
                                    

Happy reading')

Matahari pergi meninggalkan langit, digantikan oleh sang rembulan. Langit yang tadinya terang, sekarang berganti menjadi gelap. Walaupun gelap, ia tetap menampakkan keindahannya. Karena adanya sinar sang rembulan yang terang benderang.

Cantik..

Perempuan itu terlihat cantik. Walaupun wajahnya tidak terlihat jelas karena suasana malam yang gelap. Bibirnya tersenyum di bawah sinar sang rembulan. Matanya yang bulat, sedang fokus menatap ke atas langit. Melupakan sebuah buku yang ada di pangkuannya.

"Dorr!"

Seruan itu berhasil mengalihkan fokus perempuan tersebut.

"Kak Jo!" geramnya, menatap sang pelaku dengan garang.

Sang pelaku malah tertawa keras, tidak merasa dirinya bersalah. "Lagi ngapain sih, cil?" tanyanya, setelah duduk di samping perempuan yang dipanggil dengan sebutan 'cil' itu.

"Lagi nungguin bintang jatuh!" candanya, menunjukkan kalau ia kesal.

Jo malah menepuk-nepuk puncak kepala adiknya dengan sayang, sesekali di elusnya dengan lembut. "Acil udah gede ya ternyata" ujarnya senang, tersenyum manis.

Sang adik mengangkat alisnya, "hah?" bingung dengan omongan Jo yang terdengar ambigu.

Jo kembali tertawa keras. Entah sudah berapa kali ia tertawa gara-gara adik kecilnya ini.

"Kak Jo ga jelas ihh!" cetusnya, kembali mengalihkan tatapannya ke langit.

"Mentang-mentang udah mau sweet seventeen, baca novelnya yang berbau 17 plus. Kak Jo omongin ke bunda ahh." Serunya, berlari meninggalkan sang adik.

Sang adik malah kebingungan. Ia butuh beberapa waktu untuk mencerna perkataan Jo.

Lalu, kedua matanya melotot secara sempurna. Dengan seketika, Zoya langsung menundukkan kepalanya, "Damn it!" umpatnya, setelah melihat buku yang ada di pangkuannya.

Zoya segera berlari menyusul kakaknya yang masih di sekitar taman. "KAK JOO!" teriaknya dengan keras.

Sang empu menoleh ke belakang, terkikik. Menyadari sang adik yang sudah connect dengan perkataannya. Jo pun berhenti berlari, ia tidak tega dengan adiknya yang sepertinya sudah kelelahan akibat berlari mengejarnya.

"Kak... Hosh.. Hosh.. " dengan nafas yang terengah-engah. Zoya berpegangan erat di kaos Jo. Jaga-jaga. Siapa tau Jo kabur lagi.

"Capek, cil?" tanya Jo dengan maksud mengejeknya.

Zoya mendengus, "pake nanya lagi!"

"Makanya kalo diajak jogging itu mau, jangan molor terus sampe siang!" Ejeknya sekali lagi dengan nada songong.

"Ya jelas gak mau lah. Kak Jo kalo jogging lari," gumamnya lirih di kalimat terakhir.

Namun, bukan Jo namanya kalau tidak bisa bikin darting. "Ya pasti larilah! masa ngesot sih. Ada-ada aja lu, cil."

Diam. Zoya tidak mau menjawab perkataan Jo lagi. Sudah jelas, kakaknya itu tidak mau kalah. Padahal 'kan Zoya itu adiknya, seharusnya sebagai kakak harus mengalah demi adiknya. Tapi sayangnya, hal ini tidak berlaku dalam kamus hidup seorang JONATHAN JAY JOVANNY. Nyatanya, Jo tetaplah Jo. Keras kepala!

"Kak!"

Sahutan itu membuat Zoya dan Jo menolehkan kepalanya secara bersamaan.

Yang dipanggil siapa, yang nengok siapa😂

"Kenapa, bun?"

"Bunda minta tolong ya sama Kak Jo buat beliin ini di mini market depan," pinta Zeta, memberikan daftar belanjaan.

OSVETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang