Hari ini Copter berangkat awal, mendahului Kimmon agar tidak menjahilinya lagi. Kemarin saja bajingan itu menumpah lem kayu di depan pintu kamar Copter dengan sengaja hingga Copter terpaksa mengganti pantofel nya dan melempari Kimmon dengan pantofel penuh lem itu.
Copter memasuki lift, pintunya hampir tertutup ketika seorang pemuda tinggi di atas rata-rata membuka paksa pintu lift, dia tersenyum pada Copter. Sial, senyumnya menyilaukan.
"Oh, jadi lo orang baru di samping kamar gue? Kenalin, gue God. Sorry baru nyapa, kemarin gue sibuk. Nama lo siapa?"
"Panggil aja Copter."
"Oke, salken ya. Dari seragam lo, jadi lo satu kampus sama gue? Jurusan apa?"
"Seni peran dan perfilman, tahun terakhir."
God membelak. "Serius lo? Gue kira lo masih maba! Jadi kita seangkatan?"
Ingin Copter mengumpati God karena mengingatkannya dengan tingkah Kimmon tempo hari, namun pintu lift yang membuka di lantai tiga mengurungkan niat nya. Dua pemuda yang saling berdebat ikut masuk lift. Satunya berseragam hitam putih dan satunya lagi berseragam teknik, dan sama-sama tinggi menjulang. Copter merasa tenggelam diantara mereka.
Suara God menghentikan perdebatan tidak jelas mereka. "N'Jame! N'Jet! Apa kalian sudah mengenal tetangga baru kita?"
Keduanya menatap Copter, mereka mengulurkan tangannya bersamaan ke arah Copter.
"Gue duluan yang mau salaman sama dia!" Pekik Jet, pemuda dengan jas teknik.
"Kagak! Gue duluan!" Jame mendelik pada Jet.
"Gak! Jelas-jelas gue duluan! Hai, manis. Kenalin gue Jet Bundit, lo fakultas apa?" Jet meraih tangan Copter, namun tak lama Jame menepisnya dan menggantikan menyalami Copter.
"Jangan dengerin si Buntut! Kenalin gue James Kasama, panggil aja Jame, kamu tahun ke berapa?"
"Sok akrab banget sih lo, Jamet! Jangan mau temenan sama jamet, nong!" Teriak tak terima Jet.
"Ehh.. mmm.." Copter menarik tangannya kembali. "Nama gue Copter, Faktultas kesenian, tahun ke empat. Salken Jet, Jame.. g-gue.."
Copter tidak habis pikir, dua pemuda itu sangat agresif. Ketika lift berhenti di lantai dua, Copter segera keluar. Tidak kuat lagi berada dalam lift itu, bisa-bisa dia tekanan batin. Dia membiarkan lift itu turun lebih dulu agar ketiga makhluk konyol itu pergi. Copter menunggu lift itu naik lagi di lantai dua. Dia menatap sepanjang lorong yang sunyi itu mencoba menghilangkan bosan.
Tidak beberapa lama dua pemuda keluar dari pintu paling ujung, mereka masih berseragam sekolah menengah. Mereka ikut berdiri di sebelah Copter menunggu lift.
Pemuda lebih pendek menyapa Copter duluan. "Hai phi? Phi baru disini ya?"
Copter terkesima dengan mata bulat cerah milik pemuda mungil itu. "Ehm, baru beberapa hari sih."
Si mungil mengulurkan tangan. "Perkenalkan, aku Pon, kelas dua belas. Di sebelah aku ini namanya Bank Thanathip, kita sekamar. Nama phi siapa?"
Copter meraih uluran tangan Pon. "Panggil P'Ter aja. Kalian pacaran?"
Pon memerah, Bank salah tingkah.
"Jangan dijawab, phi ngerti kok."
Pon menggeleng ribut. "B-bukan pacar, phi! Kita best friend!"
Copter mendengus geli. "Best friend apa Bed friend? Pengejaan nya hampir sama, mungkin phi salah denger?"
"P'Ter!" Pekik Pon salah tingkah. Copter malah terkekeh.
--bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunian Pemburu Bintang
ФанфикHunian Pemburu Bintang atau nama kerennya Star Hunter Apartement, sebuah gedung hunian yang ditinggali manusia-manusia tampan yang memiliki keunikan masing-masing. Masuklah, mata mu akan dimanjakan dengan pemandangan indah, tapi bersiaplah untuk ses...