12. Karena lo bocah.

113 14 7
                                    

Dalam ruangan minim cahaya itu dua pemuda tidur saling berpelukan pada satu ranjang, padahal tersedia dua ranjang di sana, mungkin karena lebih nyaman begitu (?)

Pemuda dalam pelukan sang dominan masih terjaga dengan isi pikirannya, dia tidak bisa menunggu esok untuk jawaban dari pertanyaan dalam kepalanya.

"Pon?" Panggil sang dominan.

"Um?"

"Lah, belum tidur?"

"Belum, masih kepikiran P'Copter. Terus Bank juga ngapain belum tidur?"

Bank, sang dominan melonggarkan pelukannya, menatap wajah kekasihnya lekat.

Ya, mereka sepasang kekasih setelah masa panjang yang mereka lalui bersama dalam kamar itu, kini akhirnya mereka menamai hubungan mereka dengan sebutan kekasih.

"Mikirin P'Copter? Kenapa? Kenapa ga mikirin gue aja?"

Pon terkiki. "Kamu kan udah selalu aku pikirin, sekali-sekali dong aku mikir orang lain."

"Mikirin boleh, asal jangan milikin orang lain aja." Bank tersenyum tipis. "Emang kenapa P'Copter?"

"Hmm.. aneh aja, dia ngebut banget nyari pacar, sampai-sampai si Bambank mau dipacarin. Selain itu, aku perhatiin dia juga nempel mulu sama P'Kim, kira-kira ada ap- phmm!"

Ucapan Pon terpotong dengan ciuman Bank yang mendarat di bibirnya.

"Itu urusan dia, Pon Pon. Jangan suka ikut campur urusan orang, ia kalo bakal menyelesaikan masalah? Kalo nambah masalah gimana?"

Pon hanya mengerucutkan bibirnya.

Bank terkekeh, menarik pemudanya itu dalam pelukan lagi.

"Dahh.. tidur, baby! Besok sekulahh!"

"Bentar!"

"Apa lagi?"

"Kalo urusan kita, i mean, hubungan kita, sampai kapan akan disembunyikan terus?"

Bank mendadak terdiam, dia tidak bermaksud menyembunyikan hubungannya dengan Pon dari orang-orang sekitar, namun dia punya alasan sendiri.

"Sampai.. sampai.. tunggu sedikit lagi, sayang."

Pon tidak bertanya lagi, setiap dia bertanya soal ini pada Bank, jawaban Bank selalu sama. Dia juga ingin pamer pacar pada teman-temannya, tapi sudah lah. Memiliki seorang Bank Thanathip saja sudah cukup baginya.

-

Pagi hari di hunian itu di mulai dengan keributan yang dibuat Kad dan Junior di lobi. Penghuni lain sudah terlalu biasa dengan tingkah ajaib kera sakti itu hanya abai dan melanjutkan aktivitasnya, namun Junior tidak bisa. Bocah berseragam sekolah itu sungguh menguji kesabarannya dengan muntah di punggung nya ketika mereka berada di dalam lift yang menuju lantai dasar.

Jet dan Jame yang awalnya pergi bersama Junior kini mencoba menahan temannya itu agar tidak mengamuk pada Kad yang terlihat lemas dalam rangkulan Bank Tora dan Tung yang kebetulan berada dalam lift itu.

"Njing banget sih lo! Pernah ga sehari aja lo ga nyari gara-gara sama gue?! Kurang diapain lagi sih lo biar kapok?!" Teriak murka Junior hingga Yoshi dan Fluqe yang awalnya duduk di depan resepsionis kini ikut menahan Junior.

"Nong, sudah! Lihatlah, nong Kad sedang sakit! Dia tidak sengaja muntah di punggung mu." Ucap lembut Yoshi mengusap bahu Junior pelan.

"Dengarkan Yoshi, nong! Lagi pula kamu tinggal melepas rompi mu dan menggantinya saja bukan?" Imbuh Fluqe, meski jujur, bekas muntah di punggung Junior sangat menjijikan.

"Aaaarrghh!" Teriak frustasi Junior, dia melepas cekalan Jet dan Jame lalu membuka rompi tekniknya dan membuangnya ke lantai.

Isakan kecil mulai terdengar dari bibir Kad yang masih dipapah Bank Tora dan Tung di sisi tubuhnya.

"P'Ju kenapa jahat banget sih?! Gue lagi sakit ngerti dikit napa sih? Ga usah bentak-bentak! Tambah sakit nihh gue-" tiba-tiba Kad membuat gestur ingin muntah lagi, dan benar. Sekali lagi Kad muntah di sepatu Junior yang tadinya berdiri menghadapnya.

Jangan tanyakan lagi apa yang Junior rasakan saat ini. Dia ingin meledak rasanya.

Pada akhirnya Kad dibawa ke kamarnya oleh Bank Tora dan Tung, Junior dan Jet juga Jame turut serta. Ini adalah pertama kalinya Junior melihat bocah banyak tingkah itu dalam kondisi lemah, mendadak amarahnya lenyap digantikan rasa kasihan.

"Lo bisa jaga diri sendiri kan? Tiduran aja dulu, ntar gue mau bolos, males sama jadwal hari ini, ntar gue jagain lo." Bank Tora menepuk pundak Kad beberapa kali.

"Tung mau juga dong bolos." Pekik Tung.

"Eh, lo bocah belajar yang rajin biar naik kelas lo."

"Lah, P'Bank juga kan perlu belajar biar lulus dan malah bolos, kenapa Tung ga boleh?"

"Karena lo bocah, dan gue udah gede! Dahh ahhh.. yok berangkat! Kad, lu jaga diri ya, kalo ada apa-apa telpon aja gue."

Kad hanya mangguk-mangguk pelan, dia menarik selimut dan hendak tidur lagi.

"Eh, Junior. Kita juga kudu berangkat." Jet menepuk bahu Junior yang dari tadi melamun (?)

"Kalian duluan." Jawabnya datar.

"Kalian? Sorry aja, gue pergi sendiri. Males gue sama si Bundit!" Seru Jame melangkah lebih dulu keluar kamar Kad.

"Lo kira gue juga mau pergi sama lo? Kepedean lo!" Balas Jet tak mau kalah.

"Berisik!" Junior mendelik pada Jet. "Pergi, udah pergi sana!"

"Lo ga ikut?"

"Gue nyusul, Bundit!"

Jet mengernyit. "Lo ga lagi berniat jagain bocah itu kan?"

Junior mendadak gelagapan. "Bangsat! Kaga lah! Gue m-mau ganti seragam dulu! Masa gue ke kampus pake baju bekas muntah?!"

"Oh, kirain." Jet memasang senyum jahil, membuat Junior buru-buru menendangnya agar pergi menjauh.

"Cepet sembuh." Gumam Junior sebelum melangkah menjauhi pintu kamar Kad. Namun belum jauh dia berhenti lagi.

-

Seperti yang direncanakannya semalam, Copter kini benar-benar menemui Zom, adik tingkatnya yang dulu pernah menyatakan perasaannya pada Copter namun dia tolak. Jangan salahkan Copter, dia saat itu tidak ada perasaan apapun pada Zom, jadi daripada sama-sama sakit hati pada akhirnya, lebih baik tolak diawal kan?

Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Copter menawari Zom untuk menjadi kekasihnya.

"Tapi P'Copter, Zom-"

"Maaf, dulu gue nolak lo. Maaf banget bukan maksud mainin perasaan lo, tapi gue kepepet banget, Zom! Kalo lo ga mau jadi pacar gue, jadi pacar gadungan gue aja."

"Tapi-"

"Gue mohon, please!"

Gadis blasteran itu menghela nafas kasar, Copter bahkan tidak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan.

"Oke, oke. Cuma satu hari aja, oke? Zom ga mau bikin masalah."

"Okeh! Bagus! Nanti sore dateng ke apartemen gue, oke? Nanti gue share loc' ke lo."

Zom berdecak pelan. "Oke, oke. Jelasin dulu, sebenarnya ada apa sampai P'Copter maksa Zom begini?"

"Nanti gue jelasin, intinya lo harus berakting sebaik mungkin jadi pacar gue!"

Zom masih bingung, tapi Copter terlihat sangat perlu bantuannya, maka dari itu dia setuju.

---bersambung.

Holaa.. akhirnya bisa ngetik nih :')

Kemarin² banyak banget drama di tempat kerja jadi ga sempet ngedrama di fanfict dehh..

Dan sekarang lagi lockdown disini, yahh gegara kasus covid baru, jadi punya waktu buat ngetik.

Have a nice day😍

Hunian Pemburu BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang