11. Keluar kandang singa, masuk kandang buaya darat

124 16 2
                                    

"Terus lo terima kagak?" Tanya Kad heboh di ruang makan gedung hunian.

Di hadapannya ada Bank Tora yang baru saja menceritakan kejadian hebat dalam hidupnya, yakni diminta menjadi pacar gadunganya Copter.

"Ya kagak, gue bilang gue pengen jadi pacar beneran, bukan gadungan. Tapi karena dia nolak, ya udah ga jadi." Tutur Bank Tora sambil menyuap makan malamnya.

Bonus di sudut lain meja makan panjang itu tanpa sadar menghela nafas lega, dia menyunggingkan senyum tipis yang sialnya tertangkap oleh retina Bank Tora.

"Tenang aja, Bo. Gue masih setia nunggu lo."

Bonus tersentak, dia mendelik. "Nunggu apaan?!"

"Nunggu lo di pelaminan sebagai mempelai gue." Bank Tora terkiki geli. Seisi meja makan mulai menggoda mereka.

"Tapi nih, gue heran. Kenapa sih lo gak terima aja Bank Tora? Dia udah segitu gilanya sama lo, Bo!" Bankji alias Bank Thanathip menyenggol lengan Bonus di sebelahnya.

"Iya, Bo. Kamu masih ragu apa lagi sama si Bambank? Aku juga heran!" Imbuh Pon di seberang Bankji.

Mata Bonus berkeliaran mencari alasan, dia sendiri juga bertanya-tanya, kenapa ragu menerima Bank Tora yang suda terang-terangan menyukainya.

"Ka-karena.. dia gak pernah ngajakin gue pacaran dengan serius kan?"

Seini meja seketika senyap, tidak menyangka dengan jawaban Bonus. Bonus panik, dia gelagapan.

"Maksud gue gak gitu! Woii.. d-dia gak kelihatan serius j-jadi gue masih ragu!"

Kad mulai menggoda. "Aciee.. denger tuh Bambank, Bo minta diseriusin. Makanya lo jangan ngebadut mulu."

Bambank -eh Bank Tora mendengus geli. Dia tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah Bonus. Dia meraih tangan Bonus dan berlutut di sebelahnya.

"Gue serius kali ini, Thanadech. Lo mau jadi pacar gue kan? Will you be mine and only?" Bank Tora mengecup punggung tangan Bonus membuat pemuda berkulit putih susu itu memerah.

Sorakan menggoda terdengar dari meja itu, Bonus yang merasa malu dan gugup seketika berdiri dan berlari ke kamar mandi, membuat sorakan kecewa dari penonton.

"Tenang permisa, Bo malu disorakin begitu. Biar gue tuntas di kamar mandi." Bank Tora mengedip sebelah matanya sebelum menyusul Bonus ke kamar mandi.

-

Setelah menemani Kimmon latihan futsal seharian, Copter akhirnya dapat merebahkan tubuhnya kembali di ranjang. Dia lelah, lelah hanya untuk duduk menunggu pemuda tak tau diri yang bermain bola di tengah lapangan

Copter terpikirkan kembali untuk memiliki pacar secepatnya untuk membuat Kimmon berhenti mengganggunya, tapi bagaimana? Untuk menemukan yang palsu saja sulit, apalagi pacar sungguhan?!

Astaga, Copter seperti kekurangan pasokan gadis cantik di kampus saja, dengan penampilan tampan dan manisnya ini Copter pikir dirinya akan mudah mendapatkan seorang gadis sebagai kekasihnya. Ya, benar! Copter akan mencobanya besok!

Saat Copter hampir terlelap, suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar nya. Dia pikir itu Kimmon jadi dia hanya mengabaikannya saja namun lama-kelamaan ketukan pintu itu semakin mengganggu, Copter terpaksa membawa tubuh lelahnya untuk membuka pintu. Dia malah mendapati Bas yang menerobos masuk kemudian menghempas tubuhnya ke ranjang Copter dan meringkuk disana.

"Heh, ngapain lo ke sini? Nyapa kek, nanya kek, main nyelonong aja lu!" Gerutu Copter dari ujung pintung.

"Diem lu, Ter! Gue lagi sakit hati!"

"Sakit hati ya udah obatin! Ngapain lu ganggu gue ke sini?"

"Ini gak ada obatnya, sakit banget, mau mati aja gue!"

Copter mendorong tubuh Bas menepi dari ranjangnya dan ikut rebahan.

"Mati aja sana, jangan di kamar gue."

"Oiihh.. Copter?! Lo ga mau dengerin gue curhat apa?!"

"Curhat aja, gue bakal pura-pura dengerin."

"Lu kelamaan main sama Kimmon jadi ikutan nyebelin ya!"

Copter mendelik. "Jangan samain gue sama k*ntol asu itu!"

"Makanya, dengerin sahabat lo cerita."

"Njir, sahabat! Gue ada beban pun lo ga peduli!"

"Beban apaan sih, padahal cuma tunangan, lagian lo udah bisa ngindar kan?"

"Gue keluar kandang singa, masuk kandang buaya darat! Lo tau tuh asu Kheemmonta jadiin gue babu gegara- ah, udah lah. Lo jadi curhat kaga?"

"Gegara apa?" Bas memasang wajah penasarannya.

"Ish, kepo! Lo jadi cerita ga? Kalo gak gue beneran tidur, gue capek banget, sumpah!"

"Ck, lu ah!" Bas berdecak. "Hah, sakit lagi hati gue mau cerita. Hmm.. jadi gini, gue sakit hati, masa P'God ghosting banget sama gue?! Kemarin bilang mau ngejar gue, ehh sekarang? Dia gandeng cewe lain! Keparat emang!"

"Hah? God tetangga sebelah?"

Bas mengangguk.

"Bukannya sebaya? Ngapain lu panggil dia phi?"

"Ish, biar imut lah, Ter! Bukan itu masalahnya, Copgi! Dia gandeng cewe lain wee!"

"Sodaranya kali?"

"Kagak! Dia bahkan post di IG nya, ngetag cewek itu pake caption lopeh lopeh!"

"Ya udah kalo dia punya yang lain, lo cari juga yang lain!"

"Ngomong aja emang mudah, Copgi!"

"Ya udah lakuin, biar ga omongan doang. Dah, sana! Gue mau tidur. Besok ada kelas."

"Yak, Ter! Tunggu dulu!"

Tidak ada jawaban lagi dari Copter, dia pura-pura tertidur agar Bas mau meninggalkannya.

"Ck, ya udah. Gue mau nginep aja!"

Copter segera membelakan matanya. "Siapa yang ngasih lo nginep di sini? Balik ke kamar lo sana!"

"Males ah, sakit hati buat gue mager!"

"Suradet, pergi lo kagak?"

"Ga! Sini Panuwat, bobok sama dedek."

"Sialan. Bebas dari buaya darat, malah ketemu si kancil. Kapan coba hidup gue bisa tenang?!" Copter mendumel sebelum memperbaiki posisi tidurnya. Biar saja si kancil ini tidur di sini, Copter sudah lelah menghadapinya.

--bersambung.

Hunian Pemburu BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang