Hari berjalan seperti biasa setelah kejadian di rumah Sasuke, Naruto dengan kesehariannya dan begitupun Sasuke yang menjalani kehidupannya seperti biasa.
Naruto,seperti biasa ketika dia membutuhkan sentuhan dengan wajah menggoda mendatangi Kiba, tanpa bicara biasanya Kiba akan segera meraup bibir Naruto diruangannya. Tanpa Naruto berkata "Kiba, bisakah kau menyentuhku, aku sangat menginginkanmu." Kiba akan segera menyentuhnya hanya dengan melihat wajah merah menggoda Naruto.
Setelah selesai melakukan hal yang tidak senonoh ditempat kerja, tepatnya diruangan Kiba, Naruto akan keluar seolah tak terjadi apa-apa. Hal seperti itu sering terjadi. Lalu bagaimana dengan teman sekantor Naruto, apakah mereka menaruh curiga?? Apa pertanyaan ini membutuhkan jawaban? Ayolah bahkan hampir seluruh rekan kerja Naruto sudah pernah merasakan tubuhnya.
Beberapa mungkin tidak, berpikir hal itu menjijikan, beberapa ada yang hilaf dan tak sengaja tergoda oleh wajah Naruto yang rupawan tiada tara, beberapa dipaksa mencoba oleh teman-temannya, rekomendasi bahwa bercinta dengan Naruto cukup memuaskan, gratis pula atau bahkan bisa bayar tip seikhlasnya.
Tak jarang mereka membicarakan buruk tentang Naruto dibelakangnya, tapi mereka juga memainkannya, bukankah lumayan dapat fun serv gratisan.
Naruto tahu dia dimanfaatkan, tetap saja baginya tidak masalah bagaimanapun dia senang karena dia dibutuhkan, sebut dia bodoh. Tapi bagaimanapun itulah karakter yang muncul akibat masalalu yang dibuat ayahnya. Selama dia dapat pujian ketika memberikan fun serv, baginya itu sudah lebih dari cukup. Dia punya cukup uang dari pekerjaannya yang sekarang, tak butuhlah dia uang dari para bajingan yang mendiurinya. Naruto-pun tidak pernah meminta.
"Naruto, hari ini setelah pulang kerja apa kau sibuk?" Sai di samping Naruto berbicara membuat Naruto berhenti sejenak dari kegiatannya yang sedang mengetik dan menoleh menanggapi Sai.
"Kurasa tidak, kenapa?" jawab Naruto setelah berpikir sejenak.
"Hmmm.. boleh aku main ke rumahmu?" Sai mengatakannya dengan gugup, tidak biasanya dia menunjukan ekspresi selain datar. Pasalnya ini adalah kali kedua dia akan melakukan sex dengan Naruto setelah sebelumnya melakukannya di kantor, di bilik toilet paling ujung. Dan memintanya untuk yang kedua 'nanti' benar-benar membuatnya gugup. Padahal dia tahu hal ini mungkin sudah wajar bagi Naruto.
Naruto yang mendengar Sai mau ke rumahnya terlihat bersemangat, tentu dia takkan menolak, "Tentu saja, kau boleh bermain kapanpun, Sai. Tapi kurasa aku perlu membeli beberapa makanan ringan dan minuman untuk kita nanti, aku tak punya apapun di rumah."
mendengar jawaban Naruto wajah Sai datar, dia ingin tersenyum, tapi seperti lupa bagaimana melakukannya, Sai memang tidak pandai berekspresi, "Aku akan mengantarmu, kita pulang bersama." Tawar Said an dijawab anggukan bersemangat Naruto.
"Tentu." Kata Naruto. Dan percakapan berakhir, Naruto kembali sibuk dengan pekerjaannya dan Sai juga segera menyelesaikan pekerjaannya, bersabar untuk 'bermain' ke rumah Naruto.
"Naru!" Kiba menyentuh kepala Naruto dari belakang.
Naruto menjawab dengan gumaman tanpa mengehentikan jarinya mengetik.
"Aku akan ke rumahmu nanti malam, pastikan kau ada di rumah." Mendengar perkataan Kiba, Naruto menoleh dan menghentikan aktivitasnya mengetik.
"Heeeee.." Naruto yang terkejut bersuara protes.
"Kenapa?" Kiba bertanya. "Apa kau ada rencana di luar rumah? Aku bisa mengantarmu kalau begitu." Tawar Kiba.
"Tidak, bukan begitu. Hanya saja..." Naruto menjawab tergagap sesekali melirik meja Sai disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Sex No Life [Completed]✔
FanfictionNaruto adalah jalang. dia butuh laki-laki lain untuk memuaskan hasrat birahinya, Naruto ingin disentuh, Naruto ingin kasih sayang, dan Naruto ingin dicintai, dia akan memberikan apapun pada seseorang yang memberinya ruang termasuk tubuhnya, dan hidu...